Oleh: Sudjarwo, Guru Besar Universitas Malahayati Lampung
PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Beberapa waktu lalu ada teman mahasiswa program doktor yang juga adalah pejabat kunci di pemerintah daerah provinsi, saat membaca artikel yang dikirim, berkirim balik suatu komentar seperti judul di atas.
Bersamaan dengan itu ada Doktor yang pada saat menyelesaikan studi, penulis menjadi promotornya, menunjukkan rumahnya penuh tamu seperti kondangan; karena beliau sekarang sedang mencalonkan diri sebagai anggota legeslatif. Senyampang itu ada pula warga yang datang memohon bantuan karena sudah beberapa hari keluarganya sakit, beliau tidak punya uang untuk ke dokter. Untung ada donatur yang calon legeslatif membantu tanpa peduli itu bukan Dapilnya.
Setelah diberi tahu siapa yang membantu ,beliau menatap dan berdoa meratap pada Tuhan untuk keberhasilan yang membantunya. Benar-benar apa yang dikirimkan oleh sahabat di atas berupa komentar pendek, padat, dan mengena.
Ternyata roda kehidupan yang berputar atas dan bawah; merupakan lambang berhasil dan gagal. Sementara simetrisnya atau garis potong kiri dan kanan; ujungnya diisi oleh Menatap dan sisi lawannya Meratap. Teori Siklus itu tampaknya tepat untuk dijadikan pisau bedah apa yang akan dipaparkan pada tulisan ini.
Kedua diksi ini jika kita renungkan bagi mereka yang ada pada garis naik atau sukses, maka secara otomatis akan menatap, dengan berguman paling tidak “Wah saya berhasil”. Sebaliknya bagi mereka yang ada pada garis turun atau gagal, maka secara otomatis akan meratap, dengan berguman paling tidak “Wah gagal saya”.
Demikianlah jantra kehidupan selalu memiliki lawan, dan yang menempatkan pada posisi kita berada adalah qodratullah. Skope atau ruang yang diberikan kepada manusia adalah usaha dan doa; adapun hasil akhir itu bukan wilayah kita. Oleh sebab itu melalui tulisan ini dipesankan kepada teman-teman yang sedang siap-siap bertarung pada gelanggang pencalonan, apapun itu namanya; siapkan diri untuk menerima sukses dan gagal pada posisi berimbang.
Tidak salah jika anda sekarang berjuang habis-habisan dengan mempertaruhkan segalanya, dari materi sampai perasaan. Namun jangan lupa ikhlaskan semua itu tanpa harus membebani pikiran dan perasaan. Karena mereka yang datang memproklamasikan diri untuk ikut berjuang dengan anda; tidak semua mereka tulus, ada yang pejuang sejati; tetapi tidak jarang mereka ada juga yang pecundang ulung.
Gagal, tidak harus menjadi pengisi Rumah Sakit Jiwa. Sukses, tidak harus disertai balas dendam; karena kita tidak memiliki wilayah untuk mengklaim Sukses atau Gagal. Keduanya sudah tertulis di Lauhul Mahfudz (merupakan kitab yang menuliskan seluruh catatan mengenai takdir dan kejadian yang terjadi di alam semesta, termasuk manusia). oleh sebab itu orang bijak mengatakan yang paling penting didunia ini adalah untuk ihlas dan ridho menerima semua ketentuan Tuhan pada kita, termasuk didalamnya sukses dan gagal.
Sudah merupakan hukum kehidupan saat kita sukses orang akan memuja, sementara saat kita gagal orang akan mencerca. Oleh karena itu “Menatap dan meratap” seolah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan; tinggal bagaimana kita menerima dan mensikapi keduanya secara arif bijaksana. Sebab, dengan gagal dan sukses-lah Tuhan mendidik kita untuk menyadarkan diri bahwa kita adalah “diciptakan” bukan “menciptakan”. Oleh karena itu nasib sesuatu yang diciptakan tergantung kepada yang menciptakan.
Selamat berjuang menjemput takdir, apakah kita berada pada posisi meratap atau menatap, biarkan Tuhan yang mengaturnya. Karena yang diberikan oleh Tuhan kepada kita, yakinlah itu yang terbaik. Jangan-jangan apa yang kita anggap baik itu sebenarnya jelek, dan jangan-jangan pula apa yang kita anggap jelek itu sebenarnya baik untuk kita. Mari kita selalu ikhlas dalam memberi, dan selalu ridho dalam menerima. (R-1)
Recent Comments