• Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Wednesday, July 23, 2025
  • Login
Portallnews.id
Advertisement
  • Beranda
  • News
  • Hukum & Kriminal
  • E-Magazine
  • Politik
  • Lampung
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pesisir Barat
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Pendidikan
  • Olahraga
    • Kesehatan
  • Ekonomi
No Result
View All Result
Portallnews.id
  • Beranda
  • News
  • Hukum & Kriminal
  • E-Magazine
  • Politik
  • Lampung
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pesisir Barat
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Pendidikan
  • Olahraga
    • Kesehatan
  • Ekonomi
No Result
View All Result
Portallnews.id
No Result
View All Result
Home Headline

Membantah Tidak Bisa, Membuktikan Tidak Bisa (Antara Kekosongan Argumen dan Ketidakpastian Kebenaran)

OPINI

by portall news
July 22, 2025
in Headline
Jalur Langit

Prof. Dr. Sudjarwo, M.S.

145
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Oleh: Sudjarwo, Guru Besar Universitas Malahayati Lampung

PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Pagi itu cuaca sangat cerah, dan dari lantai lima gedung rektorat memandang ke segala arah tampak menghijau. Saat mau masuk ruang kerja, ternyata di kursi tunggu tamu sudah ada mahasiswa pasca yang menanti untuk konsultasi tugas akhir. Kami berbincang beberapa hal, terutama yang berkaitan dengan pembuktian statistik. Ternyata mahasiswa tadi merasa mendapat kesulitan dalam memaknai statistika sebagai alat bantu penelitian. Sampai pada titik tertentu yang bersangkutan berucap “Prof…saya ada pada posisi membantah tidak bisa, tetapi membuktikan juga tidak bisa”. Setelah diberi penjelasan panjang lebar yang bersangkutan memahami, dan mohon diri untuk melanjutkan menulis hasil penelitiannya.

Setelah yang bersangkutan undur diri ternyata ungkapan “membantah tidak bisa, membuktikan juga tidak bisa”; terlintas pada benak ini untuk ditelusuri lebih jauh dari konsep filsafat. Berbekal penelusuran digital ternyata ditemukan informasi bahwa ungkapan ini muncul sebagai refleksi mendalam atas kondisi manusia yang tidak selalu dapat menjangkau kepastian logis atau kebenaran mutlak dalam hidupnya.

Baca Juga

Dorong Generasi Sehat, Rahmawati Herdian Sosialisasikan Program Makan Bergizi Gratis di Pesawaran

PGN Edukasi Siswa SD di Bandar Lampung soal Gas Bumi dan Keselamatan

Menambal Langit Menguras Lautan

Ungkapan ini mengandung persoalan filsafat yang serius: bagaimana manusia menghadapi realitas ketika argumentasi rasional gagal memberikan jawaban, dan pembuktian empiris tak mampu menyentuh inti persoalan. Sehingga sekelas menteri yang lulusan perguruan tinggi ternama di dunia, harus menerima kenyataan bahwa ketidaksalahan itulah menjadi salahnya. Akibatnya harus menanggung beban yang seharusnya bukan bebannya.

Manusia dalam filsafat tidak hanya dipahami sebagai entitas biologis, tetapi sebagai makhluk sadar yang hidup dengan kesadaran akan keberadaannya. Ia bertanya, merenung, dan berusaha menemukan makna dari segala yang ia alami. Namun kemampuan ini bukannya tanpa batas. Kesadaran manusia bersifat reflektif dan problematis, dan justru karena itu, ia sadar bahwa ada begitu banyak hal dalam hidup ini yang tak bisa dijelaskan secara pasti. Karena itu para filusuf sepakat bahwa hanya ketidakpastian itulah sebenarnya yang pasti.

Filsuf eksistensial seperti Martin Heidegger menyebut manusia sebagai Dasein, yakni “ada-di-dunia” yang tidak hanya hadir secara fisik, tapi juga menafsirkan eksistensinya. Dasein tidak hidup dalam kepastian, tetapi dalam “kejatuhan” ke dalam dunia yang ambigu, tidak utuh, dan kerap membingungkan. Dalam situasi ini, manusia kerap dihadapkan pada berbagai pertanyaan yang tidak dapat dibuktikan secara rasional, tetapi juga tak bisa dibantah secara tuntas. Apakah hidup ini punya tujuan? Apakah cinta sejati itu nyata? Ini adalah contoh pertanyaan eksistensial yang menggambarkan batas antara apa yang bisa dibuktikan dan yang tidak.

Di era modern dan pascamodern, krisis kebenaran menjadi tema penting dalam filsafat manusia. Dalam konteks ini, pernyataan “membantah tidak bisa, membuktikan juga tidak bisa” mencerminkan kondisi epistemologis di mana manusia tidak memiliki dasar yang cukup kuat untuk menerima atau menolak suatu klaim. Kebenaran menjadi relatif terhadap sudut pandang dan pengalaman.

Michel Foucault bahkan menyatakan bahwa “kebenaran” sering kali adalah produk konstruksi kekuasaan; ia bukan sesuatu yang murni, tetapi dibentuk oleh relasi sosial dan politik. Pola seperti ini diera digital seperti saat ini, menunjukkan kebenarannya. Hal ini membuat manusia hidup dalam ketidakpastian epistemik; situasi dimana berbagai klaim hidup berdampingan tanpa satu pun bisa membuktikan keunggulannya secara absolut. Dalam konteks filsafat manusia, ini menggambarkan dilema eksistensial: manusia mencari kebenaran, tetapi ia harus menerima bahwa kebenaran itu sendiri bisa jadi tidak pernah dapat dicapai secara penuh.

Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia kerap berhadapan dengan argumen-argumen yang tidak bisa dipecahkan secara logis. Dalam perdebatan, kita sering mendapati bahwa satu pihak mempertahankan keyakinannya tanpa bisa membuktikannya, sementara pihak lain tidak mampu membantahnya karena tidak ada dasar rasional yang cukup kuat untuk menyangkalnya.

Emmanuel Levinas, dalam pemikirannya tentang “yang lain”, menegaskan bahwa pengalaman manusia tidak selalu rasional. Pertemuan dengan sesama atau dengan peristiwa keilahian, sering kali tidak bisa dijelaskan, namun tetap meninggalkan jejak mendalam. Dalam pengalaman semacam ini, misteri menggantikan argumen, dan diam menjadi bahasa yang paling jujur. Levinas mengajak manusia untuk tidak menundukkan semua hal ke dalam kategori logika, karena ada aspek-aspek kehidupan yang tak terjangkau oleh rasio; namun tetap nyata dalam pengalaman eksistensial.

Albert Camus, dalam esainya “The Myth of Sisyphus”, menyatakan bahwa hidup itu absurd: manusia terus-menerus mencari makna dalam dunia yang tidak memberikan jawaban. Dalam absurditas ini, Camus melihat dilema utama manusia: apakah ia akan menyerah dan menjadi nihilistik, ataukah ia akan melawan absurditas dengan terus hidup dan menciptakan makna sendiri?. Dalam konteks “membantah tidak bisa, membuktikan juga tidak bisa”, absurditas tercermin dengan jelas. Manusia terus bertanya, tetapi jawaban-jawaban yang datang tak pernah memuaskan secara absolut. Maka pilihan yang tersisa adalah keberanian eksistensial: hidup meski tanpa jaminan, percaya meski tanpa bukti, mencintai meski tak bisa dibuktikan cinta itu benar.

Camus menyarankan untuk “membayangkan Sisyphus bahagia”; yakni membayangkan manusia yang menerima keterbatasannya, namun tetap setia menjalani hidup dengan keberanian dan integritas. Dalam filsafat manusia, ini disebut otentisitas eksistensial: ketika seseorang menjalani hidupnya secara jujur dan sadar, walau tahu bahwa banyak hal tak bisa dipastikan atau dipahami sepenuhnya.

Ketidakmampuan untuk membuktikan atau membantah juga memiliki dampak pada bagaimana manusia hidup secara etis dan spiritual. Dalam filsafat manusia, etika tidak hanya berdasar pada aturan eksternal, tetapi juga pada tanggung jawab eksistensial. Jean-Paul Sartre menyatakan bahwa manusia bebas, dan karena itu bertanggung jawab atas semua pilihannya. Namun dalam dunia yang tidak bisa menjanjikan kebenaran mutlak, etika menjadi pilihan yang muncul dari kedalaman kesadaran, bukan dari bukti logis.

Seseorang mungkin tidak bisa membuktikan bahwa berbuat baik adalah benar secara universal, tetapi ia tetap memilih berbuat baik karena menyadari tanggung jawabnya sebagai manusia yang hidup bersama sesama. Begitu pula dalam spiritualitas. Banyak keyakinan spiritual yang tidak bisa dibuktikan secara ilmiah, namun juga tak bisa dibantah secara meyakinkan. Dalam hal ini, iman menjadi bentuk keberanian eksistensial: bukan ketakutan buta, tetapi keputusan sadar untuk mempercayai sesuatu yang tak bisa dibuktikan, namun tetap bermakna. Dalam teologi eksistensial, seperti yang dikemukakan oleh Paul Tillich, iman adalah “keberanian untuk menerima kenyataan bahwa kita tidak tahu.”

Ungkapan “membantah tidak bisa, membuktikan juga tidak bisa” bukanlah bentuk skeptisisme pasif, melainkan cermin dari realitas eksistensial manusia. Ia mengungkap bahwa hidup manusia bukan semata-mata ruang logika dan rasionalitas, tetapi juga ruang misteri, pengalaman, dan makna yang tidak selalu dapat dijelaskan. Oleh sebab itu situasi ini mengajak kita untuk berdamai dengan keterbatasan kita.

Manusia adalah makhluk yang berdiri di tepi jurang ketidakpastian, namun memilih untuk menyeberang dengan harapan, bukan dengan kepastian. Dalam ruang antara “tidak bisa membantah” dan “tidak bisa membuktikan” itulah, manusia menemukan ruang untuk beriman, mencintai, berharap, dan bertindak dengan keberanian. Agama mengajarkan menghadapi situasi seperti ini hanya dengan konsep tawakal. Dan, disinilah letak kemanusiaan yang paling mendalam sebagai manusia.
Salam Waras (R-1)

Previous Post

Ketua Yayasan Al Kautsar Perkuat Komitmen Civitas Al Kautsar Diawal KBM

No Result
View All Result

Recent Posts

  • Membantah Tidak Bisa, Membuktikan Tidak Bisa (Antara Kekosongan Argumen dan Ketidakpastian Kebenaran)
  • Ketua Yayasan Al Kautsar Perkuat Komitmen Civitas Al Kautsar Diawal KBM
  • Dorong Generasi Sehat, Rahmawati Herdian Sosialisasikan Program Makan Bergizi Gratis di Pesawaran
  • PGN Edukasi Siswa SD di Bandar Lampung soal Gas Bumi dan Keselamatan
  • Memahami Kedalaman Pembelajaran untuk Pendidikan yang Lebih Baik

Recent Comments

  • portall news on British Propolis Dapat Mengobati Berbagai Penyakit Ini
  • Icha on British Propolis Dapat Mengobati Berbagai Penyakit Ini
Portallnews.id

© 2020 Portallnews.id

PORTALLNEWS.ID hadir ke tengah masyarakat memberikan sajian berita yang berkualitas dan berimbang.

  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
  • Hukum & Kriminal
  • E-Magazine
  • Politik
  • Lampung
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pesisir Barat
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Pendidikan
  • Olahraga
    • Kesehatan
  • Ekonomi

© 2020 Portallnews.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist