• Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Wednesday, November 19, 2025
  • Login
Portallnews.id
Advertisement
  • Beranda
  • News
  • Hukum & Kriminal
  • E-Magazine
  • Politik
  • Lampung
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pesisir Barat
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Pendidikan
  • Olahraga
    • Kesehatan
  • Ekonomi
No Result
View All Result
Portallnews.id
  • Beranda
  • News
  • Hukum & Kriminal
  • E-Magazine
  • Politik
  • Lampung
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pesisir Barat
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Pendidikan
  • Olahraga
    • Kesehatan
  • Ekonomi
No Result
View All Result
Portallnews.id
No Result
View All Result
Home Headline

Prabu Tremboko

OPINI

by portall news
November 19, 2025
in Headline
Prabu Tremboko

Prof. Dr. Sudjarwo, M.S.

124
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Oleh: Sudjarwo, Guru Besar Universitas Malahayati Lampung

PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) –
Senja menyelimuti Balairung Pringgadani. Prabu Tremboko berbadan wadak raksasa, tetapi berjiwa ksatria; duduk di singgasana, menatap halaman yang mulai gelap. Abdi tua mendekat dengan langkah perlahan.
“Baginda, tampak ada kegelisahan di wajah Baginda hari ini,” ucap abdi itu.
“Aku Raja Pringgadani,” kata Prabu Tremboko lirih. “Aku menjaga rakyat, menata kerajaan, menegakkan hukum… tapi mengapa hatiku masih terasa hampa?”
Abdi tua menunduk. “Mungkin Baginda mencari jawaban di luar diri. Kekuasaan, istana, dan rakyat tak selalu memberi kedamaian.”
Prabu menatap langit senja. “Benar. Aku memerintah, tetapi setiap keputusan meninggalkan tanya. Apakah aku benar-benar memahami diriku sendiri, atau hanya mengikuti bayangan tanggung jawab?”
“Manusia memang begitu, Baginda,” sahut abdi tua. “Yang terlihat sering menipu, yang tak terlihat justru menuntut perhatian. Hati yang tenang lahir dari keberanian menatap diri sendiri.”

Prabu tersenyum pahit. “Kalau begitu, menjadi raja bukan soal menguasai kerajaan, tetapi tentang memahami diri, menerima batas, dan tetap berusaha memberi makna pada hidup.”
Abdi tua mengangguk. “Perjalanan itu tak pernah usai, Baginda. Selama ada pertanyaan, ada kehidupan.”
Mereka berdua duduk dalam keheningan, sementara Balairung Pringgadani diterangi cahaya senja, menjadi saksi perjalanan batin seorang raja yang juga manusia.

Baca Juga

Pendongeng Jarwo Songha Ajak Siswa SDN 5 Krui Konsumsi Makanan Beragam dan Bergizi Seimbang

GKS SD Al Kautsar Dimeriahkan 1.322 Siswa TK se Lampung

Gubernur Mirza: Integritas Wartawan Penentu Citra Lampung di Era AI

Kisah tentang Prabu Tremboko dapat dibaca sebagai cermin perjalanan manusia dalam memahami dirinya sendiri. Sosok ini bukan sekadar raja atau pemimpin dalam cerita, melainkan simbol tentang bagaimana manusia bergulat dengan waktu, kekuasaan, dan keterbatasan diri. Dalam setiap langkahnya, terpampang tanya yang secara diam-diam hidup dalam diri setiap manusia: siapa aku, untuk apa aku ada, dan apa yang semestinya kulakukan dengan hidup yang singkat ini?

Prabu Tremboko digambarkan sebagai figur yang telah memikul beban waktu. Ia hidup dengan kesadaran bahwa segala sesuatu memiliki ujung, bahkan kekuasaan yang tampak abadi sekalipun. Kesadaran akan kefanaan itu menjadikan hidupnya ruang kontemplasi yang tidak pernah usai. Dalam perjalanan batinnya, ia menyadari bahwa manusia bukan hanya makhluk yang mampu memerintah atau membangun, tetapi juga makhluk yang selalu bertanya, meragukan, dan mencari makna.

Pertanyaan-pertanyaan itu bukan kelemahan, melainkan penanda bahwa manusia dianugerahi kesadaran untuk mengasah kedalamannya.
Dalam kehidupan Prabu Tremboko, terlihat bahwa kekuasaan tidak pernah benar-benar memuaskan kegelisahan manusia. Ia dapat mengatur kerajaan, menata rakyat, dan menegakkan aturan, tetapi ia tetap dihantui perasaan bahwa ada sesuatu yang melampaui kemampuan tangannya. Di sinilah manusia, sebagaimana tercermin pada dirinya, bukan sekadar makhluk rasional, tetapi makhluk yang selalu merasa kurang lengkap. Ada ruang kosong dalam diri yang tidak bisa diisi oleh harta, jabatan, ataupun penghormatan. Ruang itu adalah tempat di mana manusia menyembunyikan ketakutannya akan kehilangan, harapannya akan masa depan, dan pencariannya terhadap sesuatu yang lebih tinggi dari dirinya.
Dalam perjalanannya, tampak bahwa Prabu Tremboko mencoba memahami hubungan antara manusia dan waktu. Waktu adalah kekuatan yang tak dapat ditaklukkan, bahkan oleh seorang raja. Ia mengalir tanpa kompromi, membawa setiap manusia semakin dekat pada kesudahan. Namun waktu pula yang mengajarkan bahwa setiap pengalaman, sekecil apapun, memiliki nilai. Dalam cengkeraman waktu, manusia belajar memilih apa yang benar-benar penting. Dan bagi Prabu Tremboko, pentingnya bukan pada peninggalan fisik yang akan hilang dimakan zaman, tetapi pada jejak batin yang dapat diwariskan kepada mereka yang hidup setelahnya.
Kisahnya dapat dipandang sebagai upaya manusia memahami kebebasannya sendiri.

Manusia sering merasa terikat oleh keadaan, oleh masa lalu, oleh peran sosial yang membentuk hidup mereka. Namun kebebasan sejati bukan sekadar kemampuan melakukan apa yang diinginkan, melainkan keberanian untuk bertanggung jawab atas pilihan-pilihan yang dibuat. Prabu Tremboko menunjukkan bahwa kebebasan adalah ruang refleksi: ruang untuk bertanya pada diri sendiri apakah yang dilakukan selama ini benar-benar berasal dari suara hati, atau hanya bayang-bayang dari tuntutan sekitar.

Cermin eksistensial itu mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk yang senantiasa berproses. Ia tidak pernah selesai; ia terus berubah, berkembang, dan terkadang hancur untuk kemudian bangkit kembali. Proses itu tidak selalu nyaman. Justru dalam ketidaknyamanan, manusia sering menemukan siapa dirinya sebenarnya. Prabu Tremboko menghadapi berbagai pertarungan batin, dan setiap pertarungan menjadi bukti bahwa manusia hanya dapat memahami dirinya melalui pergulatan, bukan melalui kenyamanan yang statis.

Kisahnya juga merangkum hubungan manusia dengan kekuasaan. Kekuasaan, betapapun besarnya, hanyalah ilusi kendali atas dunia. Manusia sering merasa dapat menata segala sesuatu, tetapi pada akhirnya harus mengakui batas yang tidak dapat ditembus. Namun batas itu bukanlah kelemahan; ia adalah panggilan untuk memahami bahwa manusia hidup tidak hanya dalam ruang duniawi, tetapi juga dalam ruang makna. Kekuasaan tanpa pemahaman atas makna hanya akan menjerumuskan manusia dalam kesia-siaan.

Pada akhirnya, Prabu Tremboko menjadi simbol dari perjalanan manusia menuju kedewasaan batin. Kedewasaan itu bukan tentang usia atau pengalaman luar, melainkan tentang sejauh mana seseorang dapat memahami dirinya, menerima keterbatasannya, dan tetap berusaha memberi makna pada hidupnya. Melalui dirinya, kita belajar bahwa manusia bukan hanya penonton dalam dunia, tetapi aktor yang harus mempertanggungjawabkan setiap lakon yang diperankannya.

Dalam renungannya yang panjang, Prabu Tremboko menyadari bahwa hidup manusia pada akhirnya adalah tentang meninggalkan cahaya, bukan warisan yang dapat diukur secara materi. Cahaya itu adalah pemahaman, kebijaksanaan, dan keberanian untuk terus mencari meski tidak ada kepastian. Dan dalam pencarian itulah manusia menemukan dirinya: bukan sebagai raja, bukan sebagai pemilik kekuasaan, tetapi sebagai makhluk yang sadar bahwa hidup adalah perjalanan menghadapi tanya yang tak pernah benar-benar selesai.
Salam Waras (R-1)

Previous Post

Pendongeng Jarwo Songha Ajak Siswa SDN 5 Krui Konsumsi Makanan Beragam dan Bergizi Seimbang

No Result
View All Result

Recent Posts

  • Prabu Tremboko
  • Pendongeng Jarwo Songha Ajak Siswa SDN 5 Krui Konsumsi Makanan Beragam dan Bergizi Seimbang
  • GKS SD Al Kautsar Dimeriahkan 1.322 Siswa TK se Lampung
  • Gubernur Mirza: Integritas Wartawan Penentu Citra Lampung di Era AI
  • Wagub Jihan: PMI Garda Terdepan Kemanusiaan Lampung

Recent Comments

  • portall news on British Propolis Dapat Mengobati Berbagai Penyakit Ini
  • Icha on British Propolis Dapat Mengobati Berbagai Penyakit Ini
Portallnews.id

© 2020 Portallnews.id

PORTALLNEWS.ID hadir ke tengah masyarakat memberikan sajian berita yang berkualitas dan berimbang.

  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
  • Hukum & Kriminal
  • E-Magazine
  • Politik
  • Lampung
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pesisir Barat
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Pendidikan
  • Olahraga
    • Kesehatan
  • Ekonomi

© 2020 Portallnews.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist