Oleh : Fitri Yana, S.K.M Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Lampung
Penyakit Demam Berdarah dan Malaria mulai mewabah. Penyakit ini sama – sama disebabkan oleh nyamuk, namun dibawa oleh vector yang berbeda. Penyakit Malaria dibawa oleh nyamuk Anopheles yang menyukai air kotor seperti dirawa, parit, sawah. Sedangkan Penyakit Demam Berdarah dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti yang menyukai air bersih yangtergenang seperti vas bunga, bak mandi, dispenser atau tempat minum hewan.
WHO (2022) mendefinisikan malaria sebagai penyakit parasit yang dapat menyebabkan gejala ringan hingga berat, bahkan berpotensi fatal bila tidak ditangani segera. Berdasarkan data Profil Kesehatan Provinsi Lampung, kasus malaria di Kota Bandar Lampung menempati kasus tertinggi kedua setelah posisi pertama ditempati oleh Kabupaten Pesawaran.
Sampai saat ini, Kabupaten Pesawaran masih menjadi daerah endemis malaria. Data profil kesehatan Provinsi Lampung mencatat berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih tinggi berpotensi terkena penyakit Malaria dibandingkan wanita. Penulis menelusuri, tahun 2019 kasus malaria mencapai total 2.043 kasus dengan 1.292 kasus malaria diderita oleh lakilaki dan 751 kasus diderita wanita. Tahun 2020 hingga hingga 2024 masih didominasi oleh laki-laki ,dengan 1.181 kasus di tahun 2024 ditempati oleh laki-laki dan 834 kasus diderita oleh wanita.

Tahun 2020 menunjukkan penurunan drastis menjadi 165 kasus pria dan 129 kasus wanita. Namun, tahun 2024 menunjukkan peningkatan kembali menjadi 1.181 kasus pria dan 834 kasus wanita. Secara konsisten, jumlah kasus pria selalu lebih tinggi dibandingkan wanita di setiap tahunnya. Hal ini disebabkan faktor prilaku laki-laki yang banyak bekerja diluar, beraktivitas malam hari dan cara berpakaian terbuka sering menjadi penyebabnya.
Selain itu, faktor imunitas, dimana hormon estrogen wanita yang lebih tinggi dapat memperkuat respons imun terhadap infeksi. Sebaliknya, hormon testosteron pada laki-laki terkadang bersifat immunosuppressive (menekan sistem imun).
Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal eLife (2020) menemukan bahwa perempuan mampu membersihkan parasit malaria dari tubuh mereka secara alami hampir dua kali lebih cepat dibandingkan laki-laki dalam kasus infeksi tanpa gejala. Terakhir, Laki-laki cenderung lebih lambat dalam mencari bantuan medis saat merasa sakit karena norma sosial atau tuntutan pekerjaan, sehingga infeksi seringkali sudah mencapai tahap yang lebih parah saat terdiagnosis.
Pesawaran masih menjadi PR pemerintah dalam menanggulangi masalah malaria, penelitian 2022 oleh Endahsetyaningrum,dkk bahkan menuliskan selama rentang waktu 5 tahun yakni 2013 hingga 2017 Pesawaran masih termasuk daerah dengan High Case Insidence karena annual parasite incidence (API) lebih dari 5 % dan masih terus menjadi daerah dengan kasus malaria tertinggi. Salah satu solusi penting yang harus difokuskan dalam penanganan malaria di pesawaran adalah perlu adanya tindakan nyata dalam mencari solusi terhadap tambak-tambak terlantar.
Hasil penelitian, tambak terlantar adalah sumber utama penyakit malaria. Persoalan tambak terlantar akibat adanya konflik lahan, perijinan, pendidikan masyarakat yang rendah, kemiskinan serta peran serta masyarakat perlu menjadi perhatian utama,kerjamasa lintas sektor seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, dinas Kesehatan, dinas lingkungan hidup, organisasi Masyarakat, NGO sampai pencinta lingkungan hidup perlu bekerjasam dalam pengendaliannya.
Penanganan tambak terlantar dapat dimulai dari menumbuhkan kesadaran seluruh individu bahwa malaria merupakan permasalahan yang serius dan penanganan tambak terlantar merupakan keniscyaan untuk memutuskan rantai penularan penyakit. Menghidupkan tambak lagi dengan budi daya udang atau menggantinya
dengan ikan nila. Menerapkan prinsip kerjasama lintas sector, integrated, dan sustainability
dalam penanganan tambak terlantar.

Recent Comments