PORTALLNEWS.ID (Lampung Barat) – Tiga dosen Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila), yakni Sri Waluyo, Ph.D., Prof. Dr. Ir. Kukuh Setiawan, M.Sc., dan Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc., melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) tentang inovasi pupuk kalium organik sebagai solusi untuk pertanian ramah lingkungan.
Kegiatan pengabdian dilakukan di wilayah Way Tenong, Kabupaten Lampung Barat dilaksanakan sejak Juli hingga November 2024. Kegiatan sosialisasi ini bagian dari Skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat Ruang Lingkup Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat, DRTPM Tahun 2024.
Salah satu dosen PKM, Sri Waluyo mengatakan, mereka melatih para petani untuk membuat pupuk kalium organik menggunakan bahan baku limbah pertanian, berupa batang singkong, pelepah/batang pisang, dan kulit kopi. Selanjutnya, mengimplementasikan pupuk kalium organik tersebut ke lahan budidaya kentang granola seluas 800 meter persegi.
Alasan penggunaan pupuk kalium organik ini karena kondisi lahan pertanian di Lampung memiliki kandungan bahan organik yang rendah, seringkali di bawah 2%, yang merupakan batas minimal untuk tanah subur.
Kandungan bahan organik yang rendah ini mengindikasikan bahwa tanah memerlukan peningkatan bahan organik untuk memperbaiki strukturnya dan meningkatkan kapasitas penyerapan air dan nutrisi.
“Ditambah lagi, ketersediaan pupuk di lapangan seringkali langka saat dibutuhkan,” tutur Waluyo, Senin, 30 Oktober 2024.

Pof. M. Kamal menambahkan, pada lahan-lahan pertanian intensif, penggunaan pupuk kimia yang cukup tinggi untuk mengimbangi target capaian produksi, menjadikan tanah mengalami proses pengasaman dengan pH tanah yang sering kali berada di bawah 5,5. Kondisi PH asam ini dapat menghambat ketersediaan hara penting seperti fosfor dan dapat menurunkan aktivitas mikroorganisme tanah.
“Oleh sebab itu, kami bertiga melakukan introduksi (memasukkan) pupuk kalium organik ke lahan perkebunan kentang granola di Way Tenong, Lampung Barat untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia, serta untuk memperbaiki struktur tanah, dan meningkatkan kapasitas penyerapan air dan nutrisi oleh akar tanaman,” kata Prof. M. Kamal.
Dia menjelaskan, pupuk kalium organik menyediakan unsur kalium yang sangat dibutuhkan tanaman untuk memperkuat akar, memperbaiki kualitas hasil panen, dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kondisi stres. Kalium organik juga kaya akan bahan organik yang membantu meningkatkan struktur dan kapasitas tanah dalam menahan air sehingga tanaman lebih kuat menghadapi musim kemarau.
Dengan berbagai manfaat ini, pupuk kalium organik membantu petani meningkatkan hasil panen secara efisien sambil menjaga kualitas tanah dan kelestarian lingkungan. “Pilihan ini menjadi langkah strategis bagi petani dalam menghadapi tantangan pertanian masa depan, sehingga keberlanjutan dan kesejahteraan petani dapat tercapai,” tutur Prof. M. Kamal.

Panen 35 Ton Kentang/Ha
Sementara itu, Prof. Kukuh Setiawan menjelaskan, implementasi pupuk kalium organik berupa cacahan batang singkong segar sebanyak 20 ton per hektar ditaburkan langsung ke tanah sebelum tanam, atau dengan cara pencampuran dengan pupuk lain untuk meningkatkan efek, serta pemberian dalam bentuk larutan foliar. Selanjutnya lahan ditabur dengan 1 ton dolomit per hektar untuk mengurangi keasaman tanah, dengan jarak pemberian sekitar 3 minggu.
“Kita tetap mengaplikasikan pupuk kimia seperti 100 kg urea/ha, 150 kg KCl/ha dan 100 SP36, serta menggunakan insektisida satu botol dan fungisida satu botol sejak tanam hingga panen. Alhamdulillah, aplikasi pupuk kalium organik ini terbukti dapat memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan penyerapan nutrisi hara oleh akar tanaman. Petani bisa panen kentang granola sebanyak 1,4 kuintal per 400 meter persegi atau 35 ton kentang per hektar,” ujarnya.
Menurut Prof. Kukuh, pilihan limbah batang singkong, pelepah pisang dan kulit kopi sebagai bahan baku pembuatan pupuk kalium organik karena Lampung merupakan penghasil utama komoditas tersebut. Ketiga komoditas itu tidak hanya menghasilkan produk utama, tetapi juga limbah yang kaya akan nutrisi, termasuk kalium (K), yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman.

“Kulit dan batang singkong mengandung unsur kalium dalam jumlah yang signifikan, selain itu juga mengandung nitrogen dan fosfor meski dalam jumlah kecil, yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pupuk kalium organik,” jelasnya.
Begitu juga dengan batang pisang dan kulit kopi (coffee husk) memiliki kandungan kalium yang cukup tinggi dan juga mengandung unsur lain yang baik untuk tanah dan tanaman.
Dengan adanya limbah pertanian yang melimpah, Lampung berpotensi menjadi pusat produksi pupuk kalium organik berbasis bahan alami, yang menguntungkan baik bagi lingkungan maupun ekonomi petani setempat. Pemanfaatan limbah ini dapat memberikan nilai tambah bagi petani dan mengurangi dampak negatif dari limbah pertanian terhadap lingkungan.
“Pupuk kalium organik menjadi solusi yang cocok untuk mendukung pertanian berkelanjutan. Dengan mengutamakan bahan alami, pupuk ini mengurangi dampak lingkungan, mendukung ekosistem tanah yang sehat, dan membantu petani menghasilkan produk yang lebih berkualitas,” pungkasnya. (R-2)
Recent Comments