PORTALLNEWS.ID (Pesawaran) – Sekitar dua puluh anak duduk di atas terpal di pinggir pantai Pulau Tegal, Desa Gebang, Teluk Pandan, Pesawaran. Mata mereka berbinar, senyum mengembang, sesekali tertawa riang mendengar cerita yang disampaikan Kak Jarwo, seorang pendongeng Lampung.
“Tolong aku! tolong aku! lepaskan aku!” suara Jarwo melengking seperti suara anak perempuan ketika menceritakan kisah Srintil yang diganggu oleh pria tidak dikenal.
Wajah anak-anak berubah serius, kepala mereka mendongak dengan mata tak berkedip, seakan tak sabar menunggu apa selanjutnya yang akan terjadi kepada Srintil.
“Teriakan Srintil didengar oleh ibunya, yang kemudian berlari ke arah Srintil sehingga pria yang berusaha mengganggu Srintil berlari menjauh ketakutan,” kata Kak Jarwo sambil membentangkan satu tangannya selebar mungkin.
“Jadi, ketika Srintil diganggu pria asing apa yang dilakukan Srintil?” tanya Kak Jarwo.
“Berteriak minta tolong, tolong aku! Lepaskan aku!” jawab anak-anak serentak.
“Iya, benar, kalian harus berani meminta tolong kalau ada orang yang berusaha menyentuh bagian yang tertutup baju dalam,” kata Jarwo mengajarkan anak-anak untuk berani berteriak minta tolong saat ada seseorang yang berusaha melakukan tindakan pelecehan seksual kepada mereka.
Kegiatan mendongeng kepada anak-anak Pulau Tegal ini dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional yang jatuh pada Minggu (23/7/2023). Kegiatan diinisiasi oleh Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Lampung bersama Sukarelawan Peduli Pendidikan Pulau Tegal (SP3T) Pesawaran, serta didukung oleh PT Bukit Asam Unit Pelabuhan Tarahan Provinsi Lampung, campaign.com, dan Yayasan Dunia Lebih Baik.
Kegiatan edukasi pencegahan seksual pada anak semakin meriah ketika Kak Jarwo mengajak anak-anak bernyanyi bersama.
“Sentuhan boleh, sentuhan boleh, kepala tangan kaki, karena sayang, karena sayang, karena sayang,” ujar Kak Jarwo menggunakan irama lagu Lingkaran Kecil.
“Sentuhan tidak boleh, sentuhan tidak boleh, yang tertutup baju dalam, hanya diriku, hanya diriku yang boleh menyentuh,” lanjutnya sambil mengerakkan kedua tangannya memeluk badannya sendiri. Anak-anak yang bernyanyi bersama Kak Jarwo ikut meniru gerakan tersebut.
Usai mendongeng, anak-anak mengikuti lomba mewarnai dengan tema Kenali Tubuhmu, Jaga Tubuhmu.
Parenting Pencegahan Kekerasan Seksual
Selain kegiatan mendongeng, FJPI Lampung dan SP3T juga mendatangkan Psikolog Fiqih Amalia yang juga dosen Prodi Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung.
Fiqih memberikan edukasi kepada ibu-ibu di Pulau Tegal tentang pencegahan pelecehan dan kekerasan seksual pada Anak. Kegiatan dilaksanakan di musala Pulau Tegal.
Mengawali materinya Fiqih menjelaskan hasil penelitian yang menyatakan bahwa 5, 2 persen anak pernah dipaksa melakukan kegiatan seksual, dan 3,5 persen anak perempuan pernah dipaksa berhubungan seksual.
“Pelecehan seksual tidak selalu dengan pemerkosaan, tetapi tindakan, ucapan juga bisa pelecehan, misalnya suit, suit cantik, itu pelecehan,” kata Fiqih.
Sedangkan kekerasan seksual, kata Fiqih, sudah berupa paksaan atau bujukan untuk melakukan sentuhan fisik di area vital.
“Kekerasan seksual bisa terjadi di rumah, di tempat ibadah, di kamar mandi, tempat karaoke, taman, transportasi umum, tempat bermain, dan tempat-tempat wisata,” tuturnya.
Bahkan, pelaku kekerasan seksual pun bisa dari anggota keluarga sendiri, tokoh masyarakat, warga sekolah, supir, pedagang, orang tidak dikenal, dan teman sebaya.
Fiqih menceritakan pengalamannya mendampingi korban kekerasan seksual yang menyebabkan trauma dalam diri korban. Anak yang mengalami kekerasan seksual cenderung menarik diri dan menutup diri dari pergaulan, sering mimpi buruk, stres hingga menyebabkan sakit fisik, bahkan ada yang berupaya mengakhiri hidupnya karena merasa tidak berguna. Korban membutuhkan terapi yang cukup lama untuk menghilangkam trauma dan memulihkan kesehatan mentalnya.
“Nauzubillah, jangan sampai pelecehan atau kekerasan seksual terjadi pada anak-anak kita, ayo kita jaga mereka sebaik mungkin,” ujar Fiqih.
Jadilah Sahabat Anak
Fiqih menjelaskan, remaja mulai mengalami perubahan hormonal dan perubahan fisik karena peralihan dari masa anak-anak ke dewasa. Pada masa ini mereka harus mengerti tentang kesehatan reproduksi, apa-apa saja prilaku seksual yang tidak boleh dilakukan berikut konsekuensinya.
“Jadi ibu-ibu jangan tabu bicara tentang masalah seks dengan anak perempuannya, jadilah sahabat anak, dengarkan cerita anak, pelan-pelan beri arahan mana yang boleh dan mana yang tidak,” kata Fiqih.
Di usia tersebut, lanjut Fiqih, cara berpikir anak juga ikut berkembang, biasany anak memiliki cara pandang dan pendapat sendiri.
“Jadi jangan suka mendikte anak, atau mendoktrin anak. Biasanya orang tua akan merasa anak mereka ngeyelan, padahal itu menunjukkan bahwa cara berpikir anak berkembang. Orangtua harus belajar mendengarkan pendapat anak, ajak anak diskusi,” jelasnya.
Tidak kalah penting, orang tua juga harus mengenal secara baik teman-teman dan orang-orang di lingkungan sekitar anak. Dengan begitu, orang tua bisa memberikan masukan untuk kebaikan masa depan anak.
Ketua FJPI Lampung, Vina Oktaviani mengatakan, peringatan Hari Anak Nasional menjadi momentum untuk memberikan edukasi pencegahan kekerasan seksual kepada anak, sebab di era sekarang kasus-kasus kekerasan pada anak semakin marak.
“Dalam momentum ini, kami ingin mengajak anak di Pulau Tegal untuk mendongeng, mewarnai, dan bernyanyi bersama. Kami juga mengundang psikolog untuk memberikan parenting tentang bahaya kekerasan seksual pada anak,” ujar Vina.
Sementara, Ketua SP3T, Uniroh berharap anak-anak memiliki pengetahuan tentang pencegahan kekerasan seksual sehingga terhindar dari perilaku pelecahan dan kekerasan seksual.
“Selain itu, dengan kehadiran para jurnalis perempuan, dan mahasiswa KKN terpadu dari Unila, Itera, dan Universitas Muhammadiyah Metro, diharapkan memotivasi anak-anak untuk bersekolah tinggi agar bisa kuliah dan sukses seperti kakak-kakak yang hadir di sini,” ujar Uniroh. (RINDA/R-1)
Recent Comments