Oleh: Sudjarwo, Pemerhati Sosial dan Pendidikan.
PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Pemaknaan kedua diksi di atas pada ranah filsafat manusia memiliki makna yang sarat dengan simbol. Kita telaah satu persatu, ternyata untuk kata “Jasa” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti : 1) Perbuatan yang baik atau berguna dan bernilai bagi orang lain, negara, instansi, dan sebagainya: 2) Perbuatan yang memberikan segala sesuatu yang diperlukan orang lain; layanan; servis; (manajemen): 3) Aktivitas, kemudahan, manfaat, dan sebagainya yang dapat dijual kepada orang lain (konsumen) yang menggunakan atau menikmatinya; (ekonomi).
Sementara kata “Kesalahan” memiliki makna : Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kesalahan atau kekeliruan adalah bentuk penyimpangan dari aturan yang telah ditentukan, dengan adanya kesalahan tersebut mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dengan maksimal. Bisa dikatakan bahwa kesalahan adalah bentuk dari penyimpangan yang telah diatur.
Kedua kata itu dalam tataran maknawi berjalan sendiri-sendiri. Namun manakala melekat kepada pribadi manusia, maka akan memiliki dimensi yang rumit, tidak jarang keduanya berkelindan. Menjadi seru lagi terkadang keduanya berada pada satu garis lurus, tetapi berbeda kutub. Inilah yang mendasari kata pepatah “Nila setitik merusak susu sebelanga” yang makna harfiahnya jasa baik selama ini menjadi ternoda oleh perbuatan kecil.
Menjadi semacam keanehan kodrati kebanyakan manusia dalam melihat manusia lain sering dari sudut dosanya, bukan jasanya. Bahkan sejarah mencatat ini, banyak peristiwa yang menggambarkan bagaimana manusia melakukan tindakan tidak terpuji hanya karena “kesalahan” menurut konsep atau persepsi dari sudut pandang dirinya. Bahkan anggapan akan konsep “penghianat” justru lahir dari sisi ini. Menjadi lebih parah lagi, karena ketidakdewasaan memunculkan dendam yang dibangun dengan paradigma berfikir “bukan orang kita”.
Anak bisa lupa dengan orang tua yang membesarkannya, akibat dorongan berfikir paradigmatic serupa ini. Pada akhirnya terbangun konsep fikir “membesarkan anak macan”; sebab anak yang sudah menjadi besar, baik dalam pengertian abstrak maupun kongkrit, tega berbuat zalim kepada orang tuanya. Bentuk penzaliman bisa bermacam-macam, dari yang halus sampai dengan yang terang-terangan.
Konsep yang lebih luas dapat kita perhatikan pada peristiwa sosial yang saat ini banyak terjadi. Sebagai contoh, mesin organisasi bergerak manakala mendekati pemilihan umum, apapun yang dipilih, kesempatan ini sering digunakan oleh pemimpin organisasi untuk membersihkan organisasi dari orang yang dianggap bukan orangnya, terlepas apa dan sebesar apa jasa yang bersangkutan terhadap organisasi. Pertimbangan suka dan tidak suka, akan menutup semua jasa, justru yng dibesarkan adalah persepsi tentang dosanya. Tentu saja pola pikir serupa ini membuat eksodus banyak orang untuk meninggalkan organisasi.
Sikap hidup yang selalu menafikkan jasa orang, menurut ajaran agama samawi, hal serupa itu adalah kesalahan fatal yang sulit ditoleransi. Sebab hal tersebut menyalahi sifat kodrati manusia yang digariskan oleh Tuhan sebagai Pemilik Tuggal dunia dan isinya.
Kecongkakan diri secara tersembunyi dengan menghindar dari keharusan, adalah kesalahan dalam wujud pembenaran. Oleh karena itu menjadi sempurna suatu kesalahan secara filsafat manakala suatu kesalahan dicarikan alasan untuk menjadi pembenaran. Kesalahan nyaris sempurna seperti itu berpeluang dilakukan oleh siapa saja, tidak memandang latarbelakang pendidikan, status sosial, dan atau ukuran stratifikasi lainnya. Bahkan akhir-akhir ini dijadikan komoditi politik untuk dijual kepada mereka yang “buta” politik.
Bisa jadi hari ini kita menghujat kesalahan, tetapi pada waktunya jasa yang kita hujat akan muncul bagai tugu mutiara di tengah lautan. Tinggal kita merenung diri jangan-jangan hujatan tadilah yang mengasahnya menjadi mutiara. Kalau ini yang terjadi maka benar kata orang bijak yang mengatakan “Janganlah merasa diri berjasa, karena pada waktunya bisa jadi itu berubah menjadi pecundang”. Semoga peringatan ini menjadikan matahati kita terasah.
Recent Comments