PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) : Sebanyak 30 anggota Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Lampung mengikuti nonton bareng (nobar) Film Lyora : Penantian di Bioskop Mall Kartini XXI, Jumat, 22 Agustus 2025.
Film Lyora diangkat dari kisah nyata perjuangan Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid, dan suaminya, Noer Fajrieansyah, untuk memiliki anak melalui program bayi tabung. Film ini mampu menghadirkan emosi-emosi yang muncul selama perjuangan untuk mendapatkan keturunan.
Pengurus Kagama Lampung, Soni Wicaksono mengatakan, kegiatan nonton bareng ini difasilitasi oleh Staf Khusus (Stafsus) Menkomdigi yang juga alumnus Fakultas Kehutanan UGM, Arnanto Nurprabowo dengan menyediakan 30 tiket nonton gratis Film Lyora.
“Tiket nobar tidak hanya diberikan untuk Kagama Lampung, tetapi juga komunitas lainnya yang berminat untuk menonton Film Lyora. Alhamdulillah, teman-teman Kagama Lampung cukup antusias untuk mengikuti nobar, sehingga tiket terpakai semua,” kata Soni.
Kekuatan Cinta dan Harapan
Menurutnya, Film Lyora memberi inspirasi tentang kekuataan cinta, harapan, dan kesabaran dalam perjuangan panjang untuk mendapatkan keturunan. Film dengan pemeran utama Meutya (Marsha Timothy) dan Fajri (Darius Sinathrya) menunjukkan pentingnya peran suami sebagai support system yang kokoh dalam menghadapi tantangan kesuburan.
Rasa sakit yang muncul ketika Meutya melewati tahapan suntik hormon, pengambilan sel telur yang matang dari ovarium, hingga transfer embrio ke dalam rahim, menunjukkan beratnya perjuangan seorang calon Ibu. Film ini mengangkat isu kesuburan dan bayi tabung (IVF) yang jarang dibahas secara terbuka sebagai edukasi tentang infertilitas kepada masyarakat.
“Kegigihan Meutya dan Fajri yang melakukan berbagai upaya, termasuk terapi hormon, inseminasi, bayi tabung, dan tiga kali keguguran, akhirnya membuahkan hasil, Meutya hamil di usia 44 tahun dan memiliki anak pertamanya bernama Lyora,” tutur Soni.
Hal senada disampaikan oleh Anggota Kagama Lampung lainnya, Sri Wahyuni yang mengaku sangat terinspirasi atas perjuangan Meutya dan Fajri dalam mendapatkan keturunan, mengingat keduanya merupakan pasangan yang sibuk dan sukses di karir masing-masing. Meutya berhasil melahirkan buah hatinya tanpa harus keluar dari pekerjaan yang disukainya.
“Terimakasih Bu Meutya, sudah menginspirasi kami semua untuk menjadi wanita tangguh, makin sayang anak, orang tua dan keluarga,” kata Sri Wahyuni.
Batasan Ikhtiar dan Tawakal
Film ini juga cocok untuk remaja yang membuka wawasan tentang tantangan hidup berumah tangga serta bioteknologi reproduksi yang semakin canggih dalam mengatasi masalah infertilitas.
Salah satu penonton remaja, Aura Annisa mengaku menjadi tahu tantangan yang dihadapi pasangan saat menikah dan berumah tangga. Menurutnya Film Lyora menunjukkan hubungan dan komunikasi yang harmonis antara Meutya dan Fajri, walau dihadapkan pada masalah keturunan, tetapi keduanya dapat mengatasinya dengan baik karena saling mencintai.
Aura menyoroti kondisi Meutya yang sempat rapuh karena dua kali keguguran setelah program bayi tabung. Meutya menyalahkan Tuhan atas kegagalan tersebut. Namun, kondisi Ibunya yang ternyata divonis kanker dan tidak pernah menyalahkan Tuhan atas takdir itu, menyadarkan Meutya tentang batasan antara ikhtiar dan tawakal.
“Kita tidak perlu menyalahkan Tuhan atas apapun takdir yang terjadi pada diri kita, yang penting kita sudah berusaha,” kata Aura.
Menurutnya film ini recommended untuk ditonton karena akting para pemeran yang sangat bagus dan menghayati, mampu membuat penonton tergugah, ikut senang, kesal, bahkan menangis.
“Akting pemerannya bagus, sangat menghayati, itu menjadikan film ini tidak membosankan untuk ditonton sampai selesai,” tuturnya. (RINDA/R-1)