Kecewa

OPINI

Prof. Sudjarwo

Oleh: Sudjarwo, Guru Besar Universitas Malahayati Lampung

PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Arti kecewa menurut definisi Ilmu Psikologi adalah Kondisi dimana Individu merasakan hal yang tidak mengenakkan, menjengkelkan disertai ada rasa kemarahan karena apa yang diinginkan tidak sesuai dengan realita yang terjadi. Sifat mudah kecewa dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti pengalaman masa lalu yang buruk, kurangnya keyakinan diri, kurangnya kemampuan untuk mengatasi tekanan atau stres, atau masalah kesehatan mental. Hal ini dapat mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang dan mempengaruhi hubungan mereka dengan orang lain.

Kecewa juga termasuk dalam jenis emosi yang pasti ada di setiap manusia. Semua manusia di dunia, pasti pernah kecewa. Harus dipahami betul bahwa kecewa hanya akan membuat kita tenggelam di lautan ketidakbahagiaan. Oleh sebab itu hal pertama yang perlu dilakukan saat mengalami rasa kecewa adalah menerima keadaan dan masa lalu yang sudah terjadi. Oleh karena banyak kita sering terjebak dalam dua pengertian yang berbeda tetapi mirip, yaitu benci dengan kecewa; padahaal keduanya berbeda. Benci biasanya dihubungkan dengan rasa tidak suka yang kuat terhadap seseorang atau sesuatu, sementara kecewa biasanya dihubungkan dengan rasa tidak puas terhadap hasil atau tindakan seseorang atau sesuatu.

Namun demikian sisi lain yang perlu dipahami bahwa kecewa itu ada yang bersifat personal, ada yang komunal. Tampaknya akhir-akhir ini banyak kecewa itu bukan hanya pada personal, juga sudah melanda wilayah komunal. Bisa dibayangkan pemimpin yang selama ini kita banggakan, diakhir perjalanannya menelikung kita dari samping. Selama ini kita banggakan sebagai pimpinan yang berhasil bahkan sampai dua periode, ternyata hutan kota dibabat sampai gusis, dengan alasan yang dibuat masuk akal. Selama ini kita banggakan sebagai menteri yang bersih dan perkasa, ternyata diujung sana harus ditangkap KPK. Demikian juga dengan KPK yang selama ini kita menduga lembaga terbersih, ternyata kita kecewa karena ada pungli merebak di sana.

Kekecewaan kolektif ini cukup membahayakan manakala akselerasinya begitu cepat, dan menjadi kumulatif; akibatnya adalah akan muncul ketidakpercayaan sosial; tidak jarang berujung pada kerusuhan sosial. Dan, jika ini yang terjadi maka sangat membahayakan eksistensi negara.

Belajar dari itu semua, maka yang perlu disiapkan sekarang adalah kesiapan pribadi atau kolektif akan datangnya kekecewaan. Sebentar lagi, akan ada yang menang dan ada yang kalah, ada yang terpilih dan ada yang tidak terpilih. Sisi-sisi heksagonal seperti ini akan otomatis terjadi manakala ada bentuk pemilihan; terlepas pemilihan apa saja. Berarti kekecewaan itu datang kapan saja tanpa undangan. Bagi yang tidak siap kecewa, maka langkah yang diambil biasanya mencari kembing hitam atas kekalahannya. Dan, ini secara sosial berpotensi untuk menjadi kefrustrasian sosial.

Bagi mereka yang siap atas suatu ketidakberuntungan, maka berserah diri kepada Tuhan akan rencanaNYA. Namun mereka yang ada pada kelompok ini pada umumnya tidak banyak; dan mereka termasuk kelompok orang-orang pilihan. Akan tetapi ada individu yang dikhawatirkan memiliki batas ambang toleransi atas kekecewaan itu rendah; maka kondisi ini bisa mendorong yang bersangkutan mengalami gangguan kejiwaan, dari yang paling ringan sampai yang berat.

Oleh sebab itu melalui tulisan ini penulis mengajak mari kita siap kecewa, karena jangan-jangan kekecewaan itu diberikan kepada kita adalah cara Tuhan menunjukkan rasa sayangNYA kepada kita. Apa yang kita sukai jangan-jangan itu bukan untuk kita, dan apa yang kita benci sebenarnya itu milik kita. Kearifan untuk melihat ini memang memerlukan ketenangan diri, sehingga mampu melihat hikmah dengan jernih. (R-1)