Oleh: Sudjarwo, Pemerhati Masalah Sosial dan Pendidikan
PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Pagi menjelang siang beberapa waktu lalu, memenuhi dorongan hati dan permintaan anak sulung, untuk menjumpai seorang rekan yang bergelar Doktor Ilmu Hukum. Dari segi usia beliau tidak muda lagi, beliau juga seorang kandidat Guru Besar. Ciri khas beliau pemikirannya jernih runut, tetapi anti kemapanan terhadap suatu pemikiran. Maksudnya ialah beliau sangat pandai dan jeli dalam melihat sisi-sisi kekurangan dan kelebihan dari bangun teori, baik yang berlevel makro, mikro maupun meso. Kalau diskusi dengan beliau waktu satu dua jam itu tidak terasa, karena sarat ilmu dan teori; terutama teori teori kontemporer atau kekinian.
Salah satu ciri khas pemikiran beliau adalah selalu mencurigai kekuasaan; maksudnya bukan pada tataran praksis kepada orang yang diberi kuasa atau sedang berkuasa, akan tetapi lebih kepada kekuasaan itu sedang dipakai siapa untuk apa. Tentu saja pada ranah ontologi seperti ini diskusi menjadi menarik dan harus bebas “baper”; sebab bisa jadi kekuasaan yang sama, dipakai orang yang berbeda untuk hal yang sama, menghasilkan sesuatu yang berbeda atau bisa juga sama. Sebaliknya kekuasaan yang sama dipakai orang yang sama untuk hal yang berbeda, bisa jadi menghasilkan sesuatu yang berbeda.
Silogisme-silogisme yang kami bangun menjadi membingungkan manakala diturunkan pada tataran praksis, karena bangun cara berfikir menjadi di luar nalar. Aspek jika-maka menjadi sangat kental dengan efek lanjut dari sesuatu yang ditengarai sebagai awal persoalan. Bisa dibayangkan belajar dan mencermati peristiwa yang terjadi pada salah satu perguruan tinggi ternama di negeri ini, dengan leluasa penguasa menggunakan kekuasaannya untuk “melorot” kegurubesaran seseorang karena perbuatannya; terlepas pada wilayah mana keberlakuan perbuatan tadi.
Kesesatan berfikir tampaknya akhir-akhir ini menggejala di semua bidang kehidupan di negeri ini. Tidak perduli jabatan, tingkat pendidikan, rakyat atau pejabat; semua memiliki peluang yang sama dalam kesesatan. Manakala kekuasaan sudah menguasai pikirannya, maka pikiran tadi berpeluang tersesat di jalan yang sesat, atau bisa jadi tersesat di jalan yang benar. Berbeda manakala kekuasaan dikuasai oleh yang diberi amanah untuk berkuasa, maka yang terjadi kekuasaan adalah sebagai kendaraan untuk mencapai kesejahteraan bersama.
Tentu saja alur diskusi di atas menjadi begitu debatable manakala ukuran dan evaluasi diterapkan sebagai alat koreksi. Karena kita masih banyak menjumpai penguasa yang berkekuasaan mampu mensejahterakan yang dikuasainya; walaupun tidak menutup peluang orang yang diberi kekuasaan menjadi tidak kuasa untuk menguasaia dirinya, akhirnya terjebak kepada kondisi “baper” kata bahasa anak milenial. Dengan ciri keputusan diambil hanya dipikirkan sesaat atas subyektifitas pribadi, akhirnya berdampak domino kepada bidang-bidang lain, yang selama ini tidak terperhatikan secara seksama.
Diskusi-diskusi “langit” tadi jika kita “bumi”kan, maka dapat kita simak peristiwa-peristiwa keseharian, apakah itu pada wilayah birokrasi, wilayah kampus, wilayah bisnis,wilayah politik, dll, terlepas dari itu semua, ternyata banyak kita jumpai kejadian yang seharusnya tidak terjadi. contoh, soal pelanggar hukum orang yang tahu hukum, pelanggar azaz pendidikan orang yang keseharian mengelola pendidikan, pelanggar norma agama dilakukan orang yang mengajarkan tentang agama; dan masih banyak lagi rangkaian ini jika kita deret-ukurkan.
Tampaknya “kekuasaan” itu berkilau saat belum dikuasai, tetapi manakala kekuasaan itu sudah dikuasai, peluangnya hanya dua, yaitu membuat bermanfaat atau membuat mudarat. Orang bijak bilang “jangan kau kejar kekuasaan karena itu bagai kamu mengejar bayang-bayang, manakala kamu berhenti diapun berhenti, manakala kamu berlari diapun berlari”. Generasi milenial dengan cerdas akan menjawab, jangan beri cahaya maka bayangan tak akan nyata. Orang pondok mengatakan kekuasaan itu jika datang jangan kau tentang, jika dia pergi jangan kau tangisi.
Selamat Tahun Baru Islam 1445 Hijriyah. (R-1)
Recent Comments