• Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Sunday, July 13, 2025
  • Login
Portallnews.id
Advertisement
  • Beranda
  • News
  • Hukum & Kriminal
  • E-Magazine
  • Politik
  • Lampung
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pesisir Barat
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Pendidikan
  • Olahraga
    • Kesehatan
  • Ekonomi
No Result
View All Result
Portallnews.id
  • Beranda
  • News
  • Hukum & Kriminal
  • E-Magazine
  • Politik
  • Lampung
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pesisir Barat
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Pendidikan
  • Olahraga
    • Kesehatan
  • Ekonomi
No Result
View All Result
Portallnews.id
No Result
View All Result
Home Headline

Kewarasan yang Memudar (Ketika Manusia Lupa Bahwa Dirinya Manusia)

OPINI

by portall news
July 13, 2025
in Headline
Jalur Langit

Prof. Dr. Sudjarwo, M.S.

142
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Oleh: Sudjarwo, Guru Besar Universitas Malahayati Lampung

PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) -Media sosial saat ini merajai dunia informasi dengan begitu masif. Di sana tidak ada filter, tidak ada larangan, tetapi ada algoritma terprogram dan mengendalikan pengguna. Oleh sebab itu dunia sekarang tampak semakin ramai, walaupun sebenarnya hampa.

Kita hidup di zaman yang ramai suara, tetapi sunyi makna. Setiap hari layar kita dijejali informasi, opini, argumen, saling ancam, dan perdebatan, bahkan caci maki. Semakin banyak yang dibicarakan, semakin sedikit yang benar-benar didengarkan. Masyarakat seakan tahu segalanya, tetapi tidak merasa apa-apa.

Baca Juga

Meriah! Walikota Eva Buka Bandar Lampung Expo 2025 , Warga Padati Graha Mandala

Wisuda Itera ke-22, Rektor Canangkan Kurikulum Baru OBE Berbasis AI

Koalisi Kecam Kriminalisasi Warga Penolak Proyek PLTM di Pesisir Barat

Inilah yang disebut oleh para pemikir sebagai krisis kewarasan. Bukan karena manusia menjadi gila dalam arti klinis, tetapi karena manusia kehilangan arah, kehilangan kejernihan berpikir, dan yang lebih dalam adalah “kehilangan daya untuk menjadi manusia seutuhnya”. Sehingga dengan mudah untuk berucap, walaupun ucapannya tidak layak didengar oleh telinga manusia. Setelah dilaporkan sebagai pelanggaran, dengan mudah menucapkan kata minta maaf, dan mengubah mimik muka untuk minta belas kasihan.

Di tengah atmosfer sosial yang penuh polarisasi seperti saat ini, banyak dari kita merasa letih secara diam-diam. Letih melihat absurditas yang menjadi normal. Letih melihat pejabat bicara soal pembangunan, tapi lupa mendengar keluhan rakyatnya. Letih menyaksikan narasi-narasi besar yang dipaksakan untuk menutup luka-luka kecil yang sesungguhnya sangat nyata, dan dalam serta menyakitkan.

Yang lebih menyedihkan: banyak orang sadar akan kegilaan ini, tetapi memilih diam. Bukan karena tidak peduli, tetapi karena merasa tak berdaya. Padahal dalam filsafat manusia, sebagaimana diajarkan oleh tokoh-tokoh besar seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, hingga Descartes dan Sartre, manusia didefinisikan sebagai makhluk yang berpikir dan memilih. Manusia diberi kemampuan untuk bertanya, merenung, mempertimbangkan, dan yang paling penting adalah bertanggung jawab atas pilihannya.

Namun, apa jadinya jika kemampuan berpikir ini ditumpulkan oleh tekanan sosial, oleh manipulasi informasi/data, dan oleh kekuasaan yang antikritik. Tentu menjadikan manusia akan kehilangan otonominya sebagai subjek. Ia berubah menjadi objek yang sekadar mengikuti arus, menerima tanpa mencerna, percaya tanpa bertanya. Inilah yang disebut sebagai kewarasan yang mulai memudar.

Krisis kewarasan hari ini tidak datang secara tiba-tiba, dia muncul melalui tanda-tanda yang tampaknya sepele, tetapi sangat serius, seperti:

normalisasi ketidakadilan, ditandai dengan kita terbiasa melihat ketimpangan tanpa merasa terganggu.

Delegitimasi nalar, ditandai dengan suara yang rasional dianggap membosankan, sementara suara yang sensasional dirayakan.

Pemutusan hubungan antarrealitas, ditandai dengan kita lebih percaya meme daripada berita, lebih patuh pada opini influencer daripada ilmu pengetahuan.

Kemarahan kolektif yang tak terkendali, ditandai dengan kita mudah tersulut, tetapi sulit diajak berdiskusi jernih.

Oleh sebab itu, manusia tampak masih berpikir, tetapi tidak benar-benar merenung. Masih berbicara tetapi kehilangan makna. Masih bergerak tetapi kehilangan tujuan. Ketika masyarakat kehilangan kemampuan berpikir jernih, maka kebohongan mudah diterima sebagai kebenaran, dan kebenaran mudah dianggap sebagai gangguan.

Mungkin bangsa ini belum sepenuhnya hilang arah. Tetapi tampak jelas ada kelelahan kolektif. Kelelahan mendengar janji yang tidak ditepati. Kelelahan membaca berita yang menyakitkan. Kelelahan melihat ironi demi ironi.

Dalam filsafat eksistensialisme, kelelahan seperti ini bisa membawa manusia pada dua pilihan: menyerah dalam apatisme, atau bangkit dalam kesadaran baru. Pilihan ini sangat bergantung pada seberapa besar kemampuan kita untuk tetap menjadi manusia yang berpikir, merasa, dan peduli.

Lalu apa yang bisa kita lakukan? Jawabannya, tidak ada resep yang instan untuk mengembalikan kewarasan masyarakat, tetapi ada beberapa hal kecil yang dapat kita mulai dari diri sendiri, diantaranya:

Latih kepekaan terhadap kebenaran. Jangan buru-buru percaya atau membagikan informasi. Biasakan bertanya, menimbang, dan memverifikasi.

Jaga lingkungan berpikir yang sehat. Cari ruang-ruang diskusi yang jujur dan terbuka. Jauhi lingkungan yang hanya memperkuat prasangka dan kebencian. Kembalikan makna dalam tindakan sehari-hari.

Berbuat baik, meski kecil, adalah bentuk resistensi terhadap absurditas dunia.

Berani berpikir sendiri. Jangan serahkan kesadaran kita pada algoritma media sosial atau narasi politik. Dukung suara-suara yang jernih. Dalam masyarakat yang bising, mereka yang masih mau bicara dengan tenang adalah aset langka.

Di masa seperti ini, menjaga kewarasan bukan sekadar soal psikologi pribadi. Ia adalah bentuk tindakan pertahanan diri yang senyap, tapi mendalam. Di tengah narasi besar yang menenggelamkan suara hati, menjadi manusia yang jujur pada pikirannya sendiri adalah keberanian luar biasa. Kita mungkin tidak bisa langsung mengubah dunia, tetapi kita bisa menolak untuk ikut tenggelam dalam kegilaannya. Sebab, “Dalam setiap zaman, suara yang paling penting bukan yang paling keras, tetapi yang paling jernih.” Mari kita pelihara kejernihan itu, sebelum semuanya benar-benar hilang
Salam Waras. (R-1)

Previous Post

Wisuda Itera ke-22, Rektor Canangkan Kurikulum Baru OBE Berbasis AI

Next Post

Meriah! Walikota Eva Buka Bandar Lampung Expo 2025 , Warga Padati Graha Mandala

Next Post
Meriah! Walikota Eva Buka Bandar Lampung Expo 2025 , Warga Padati Graha Mandala

Meriah! Walikota Eva Buka Bandar Lampung Expo 2025 , Warga Padati Graha Mandala

No Result
View All Result

Recent Posts

  • Meriah! Walikota Eva Buka Bandar Lampung Expo 2025 , Warga Padati Graha Mandala
  • Kewarasan yang Memudar (Ketika Manusia Lupa Bahwa Dirinya Manusia)
  • Wisuda Itera ke-22, Rektor Canangkan Kurikulum Baru OBE Berbasis AI
  • Pramuka SMA Al Kautsar Tanam 1.000 Bibit Mangrove di Pesawaran Bersama Wakil Gubernur Lampung
  • Koalisi Kecam Kriminalisasi Warga Penolak Proyek PLTM di Pesisir Barat

Recent Comments

  • portall news on British Propolis Dapat Mengobati Berbagai Penyakit Ini
  • Icha on British Propolis Dapat Mengobati Berbagai Penyakit Ini
Portallnews.id

© 2020 Portallnews.id

PORTALLNEWS.ID hadir ke tengah masyarakat memberikan sajian berita yang berkualitas dan berimbang.

  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
  • Hukum & Kriminal
  • E-Magazine
  • Politik
  • Lampung
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pesisir Barat
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Pendidikan
  • Olahraga
    • Kesehatan
  • Ekonomi

© 2020 Portallnews.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist