Penulis: Glesos Yoga Mandira,
Ketua KPSBN (Komunitas Pelestari Seni Budaya Nusantara).
PORTALLNEWS.ID – Seni budaya tradisional wayang kulit adalah salah satu dari ribuan seni budaya tradisional yang dimiliki oleh bangsa indonesia.
Seni wayang kulit sudah berkembang di Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu. Sunan Kalijaga, dianggap sebagai tokoh yang berperan besar dalam menyebarkan dan mempopulerkan wayang kulit.
Meskipun bila dirunut sejarahnya, wayang kulit kemungkinan sudah hadir di masa sebelum Sunan Kalijaga. Di masa pemerintahan Raja Airlangga (1035-1049), pujangga istana menuliskan tentang adanya pertunjukkan wayang.
Pada pagelaran wayang, penonton bisa terharu, bersedih, bahkan menangis saat mengikuti cerita dalam pertunjukan wayang yang terbuat dari potongan kulit ini.
Dua fakta di atas menunjukkan wayang kulit sudah muncul dan berkembang di Indonesia selama ratusan tahun, bahkan sudah sekitar satu milenium alias sekitar seribu tahun.
Wayang menjadi tontonan yang menarik selama sekitar seribu tahun bahkan mungkin lebih, karena ceritanya berisi pesan-pesan moral yang mendalam.
Wayang, statusnya tidak hanya sebagai tontonan, tapi juga tuntunan bagi masyarakat. Hal inilah yang membuat wayang selalu populer dan digemari masyarakat di setiap zaman.
Perjalanannya yang panjang dan selalu jadi tontonan dan rujukan nilai hidup inilah yang kemudian membuat wayang kulit mendapat pengakuan UNESCO pada 7 November 2003 sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity dari Indonesia.
Sebagai generasi penerus, kita semua harus terus nguri-uri kabudayan atau melestarikan budaya adi luhung yang merupakan warisan dari para leluhur.
Nilai-nilai yang disampaikan dalam wayang masih tetap relevan hingga hari ini dan tak lekang oleh waktu. Di mana pun pagelaran wayang diadakan, hampir selalu menjadi “magnet” bagi masyarakat sekitar.
Salah satu pihak yang berkomitmen untuk melestarikan seni wayang kulit di Indonesia adalah Komunitas Pelestari Seni Budaya Nusantara (KPSBN).
Komunitas ini diisi oleh orang-orang mencintai wayang sekaligus memiliki visi untuk melestarikan dan mengembangkan wayang kulit di Indonesia.
Pembina KPSBN adalah Bopo Anies Baswedan, sedangkan Penasehat KSPB adalah Ki H. Anom Suroto. Sejak dulu, Bopo Anies Baswedan punya perhatian khusus terhadap pengembangan wayang kulit di Indonesia.
Tak heran beliau sering berkunjung ke rumah para dalang di Indonesia, salah satunya Ki Anom Suroto. Terakhir, saat berkunjung ke Solo, Bopo Anies mendapat hadiah wayang gunungan spesial dari Ki Anom Suroto.
Tak hanya dekat dengan Ki Anom Suroto, Bopo Anies juga dekat dengan legenda wayang kulit di Indonesia lainnya seperti Ki Manteb Sudarsono (alm.) dan Ki Kondang Sutrisno (alm.).
Hubungan mereka terjalin selama puluhan tahun dan sama-sama berkomitmen untuk memajukan dunia pewayangan di Indonesia.
Apa yang dilakukan Bopo Anies, Ki Anom Suroto, dan para pegiat wayang di KPSBN menjadi langkah penting dalam melestarikan seni wayang di Indonesia.
Kita semua tahu, nilai-nilai kearifan lokal yang selalu disampaikan oleh dalang, jadi tuntunan penting masyarakat Indonesia dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik di masa depan.
Selama tokoh-tokoh seperti mereka masih ada di Indonesia, kita semua optimis, seni sayang akan tetap bisa dilestarikan dan dikembangkan di Indonesia.
Bila UNESCO saja mengakui luhurnya nilai seni wayang, apa kita tidak mau melestarikan dan mencintainya? Upaya merajut kearifan lokal untuk menunjukkan jati diri bangsa ini tentu saja harus terus didukung.
Bagaimana pun, keluhuran suatu bangsa terletak pada keluhuran budayanya. Kalau bukan kita yang melestarikan, mau siapa lagi? Kalau tidak sekarang melakukannya, mau kapan lagi. Semoga seni wayang terus bersemi dan bertumbuh di Indonesia. Salam budaya. (R-1)
Recent Comments