Penulis: Sinta A. Febriani, Pemerhati Masalah Sosial dan Politik
PORTALLNEWS.ID – Sampai hari ini, Partai Golkar masih belum mengeluarkan keputusan untuk bergabung ke koalisi manapun. Bahkan, belum terbaca signal akan mengarah ke mana.
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto terlihat menjajaki semua kemungkinan dengan melakukan silaturahmi politik ke semua pimpinan partai.
Golkar, terlihat sangat berhati-hati dan sepertinya ingin melihat capres paling potensial dalam memenangkan kontestasi Pilpres 2024.
Bukan tanpa alasan Golkar sangat berhati-hati, karena partai ini memiliki basis massa yang sangat besar. Golkar menduduki peringkat ketiga pemilu 2019 dengan 12,31% suara nasional. Suara Golkar tentu akan berpengaruh sangat besar terhadap hasil kontestasi pilpres 2024.
Kehati-hatian tersebut juga secara jelas diungkapkan oleh Ketua Dewan Pembina Partai Golkar, Aburizal Bakrie.
Dalam acara temu media di Kantor DPP Partai Golkar, Ical menyatakan partainya tidak perlu buru-buru menentukan arah koalisinya menjelang Pilpres 2024.
“Masih 6 bulan lagi, jadi kalau kita buru-buru tentu kecepatan,” kata Ical pertengahan Juni 2023.
“Kita lihat nanti bagaimana perkembangannya, saya cuma mengatakan tidak harus buru-buru, ngapain buru-buru?” lanjutnya.
Kehati-hatian Golkar ini bukan hanya sebatas mencari posisi aman. Namun lebih berdasar data dan fakta yang ada di lapangan.
Menurut informasi dari sumber terpercaya di Golkar, mereka punya tim survei sendiri dalam menilai perkembangan politik nasional.
Tim ini terus memantau elektabilitas partai dan juga calon presiden. Golkar tidak pernah memakai lembaga survei eksternal untuk menilai perkembangan politik di Indonesia.
Berdasar info dari internal Partai Golkar, survei yang mereka lakukan memiliki hasil yang berbeda dengan survei yang banyak disebarkan lembaga survei eksternal.
Dari hasil survei Partai Golkar, ternyata peringkat pertama capres pilihan rakyat adalah Anies Baswedan. Setelah itu disusul oleh Ridwan Kamil, Prabowo Subianto, dan terakhir Ganjar Pranowo.
Survei tersebut jadi acuan Partai Golkar dalam menentukan arah dan pilihan politik pada pilpres 2024.
Dari hasil survei tersebut, Golkar sekarang ini sedang bergerak di bawah tanah untuk menggalang kesepakatan-kesepakatan yang sepertinya tidak akan diumumkan di publik. Salah satunya adalah saat bertemu dengan Suryo Paloh dan juga dengan SBY-AHY.
Terbuka peluang bahwa Golkar akan masuk ke dalam Koalisi Perubahan dan Airlangga Hartarto akan mendampingi Anies Baswedan sebagai cawapresnya.
Kemungkinan ini sangat terbuka, karena dinamika politik masih terus berkembang.
Bagaimana pun, survei Golkar bukan survei pesanan yang hanya berdasar 1.000 atau bahkan ratusan responden saja.
Sebagai salah satu partai terbesar di Indonesia, tentu Golkar punya mesin politik—temasuk tim survei—yang sangat solid.
Bila nanti Partai Golkar jadi bergabung dengan koalisi perubahan dan duet Anies Baswedan-Airlangga Hartarto terjadi, tentu kekuatan koalisi ini akan semakin solid.
Popularitas Anies yang tinggi dan tambahan mesin partai yang solid dari Golkar akan menjadi modal penting untuk lolos ke putaran kedua pilpres dan bahkan menjadi pemenang pada pilpres 2024.
Kita lihat dan tunggu saja perkembangan dialog dan negosiasi antar-partai dalam menyiapkan kontestasi pilpres 2024.
Penulis: Sinta A. Febriani, pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta, pemerhati masalah sosial dan politi.
Recent Comments