PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Di tengah hiruk pikuk suara bising kendaraan yang lalu lalang melintasi jalan dekat Pasar Jatimulyo, Kabupaten Lampung Selatan, tampak seorang pria tengah sibuk melayani pembeli.
Pria memakai kaus lengan panjang berwarna kuning itu menuangkan satu per satu bahan dawet ke dalam gelas, mulai dari cendol, santan, hingga gula merah.
Pria paruh baya ini adalah Subehan (35 tahun), perantau asal Kota Serang. Setiap hari dia mangkal menjajakan dagangannya di tepi jalan sebelum Pasar Jatimulyo. Meski terik matahari terasa begitu menyengat kulit, ia terlihat tetap gigih mengumpulkan rezeki.
Subehan mengaku, sudah 6 tahun mengais rezeki di Bandar Lampung, mulai dari menjual es dawet milik orang lain hingga akhirnya nekat dengan modal pas-pasan menjual es dawet buatannya sendiri.
“Saya aslinya dari Serang mbak, tahun 2013 saya datang ke Lampung mencoba mengadu nasib. Ada juga saudara disini, sampai akhirnya coba buka usaha sendiri. Lalu menikah, dapet istrinya orang Pringsewu,” ujar Subehan.
Dia berupaya es dawet terjual habis setiap harinya. Tak jarang, dia harus mangkal hingga sore. Namun, jika sudah mendekati magrib dan dagangannya belum terjual habis, Subehan terpaksa pulang karena anak dan istrinya menunggu di rumah.
Sebelum pandemi Covid-19, Subehan mampu mengumpulkan penghasilan sekitar Rp 200 ribu hingga Rp 350 ribu per hari. Keuntungan yang dia dapat cukup lumayan, dari modal sekitar Rp 100 ribu. Dia menjual es dawet dengan harga Rp5.000 per gelasnya.
Itu jika cuaca cerah dan panas. Namun, jika musim hujan, dagangannya akan sepi pembeli.
“Untuk omset perharinya tergantung sih mbak, kadang ya kalau pas musim hujan gak seberapa. Tapi kalau pas cerah panas gini lumayan,” tuturnya.
Sejak pandemi, pendapatannya menurun cukup drastis. Ia mengaku, keuntungan yang biasanya dua kali lipat dari modal, kini hanya setengah dari modal.
“Turunnya jauh bener mbak, ibaratnya cuma setengahnya modal. Belum lagi kebutuhan harian makin meningkat, makan, minum, sewa kontrakan, biaya sekolah anak di PAUD,” tambah Subehan.
Apalagi, ujarnya, sejak awal pandemi Covid-19 hingga sekarang, keluarganya sama sekali tidak pernah mendapatkan bantuan sosial dari Pemerintah, padahal identitas kependudukannya sudah tercatat sebagai warga Lampung.
“Tapi, saya tetap semangat jualan, untuk mencukupi kebutuhan anak dan istri saya,” pungkasnya. (MG-2)
Recent Comments