PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Ratusan siswa kelas X SMA Al Kautsar terlihat bersemangat dan antusias menjajakan inovasi produk kuliner nusantara olahan mereka. Ada sebelas stand yang dibuka di lapangan SMA Al Kautsar, Selasa (14/2/2023), sebagai wadah siswa mengasah kemampuan enterpreuner dan wirausaha.
Kegiatan yang merupakan program kedua Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) SMA Al Kautsar ini mengangkat tema “Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Dengan Memodifikasi Warisan Kuliner Nusantara.”
Kepala SMA Al Kautsar, Eko Anzair mengatakan, kegiatan tersebut bertujuan menumbuhkan jiwa enterpreuner pada peserta didik sehingga lebih siap dalam menghadapi persaingan global.
Menurut Eko, peserta didik dibawah bimbingan guru dan tutor lintas disiplin ilmu mempelajari semua tahapan dalam berwirausaha, mulai dari melihat peluang pasar, inovasi produk, menyusun rencana bisnis, hingga menghasilkan produk dan melakukan pemasaran produk.
“Kegiatan ini juga untuk membangun sikap berani dalam mengambil suatu keputusan, menyusun business plan, dan mengenal warisan kuliner nusantara. Peserta didik melakukan modifikasi kuliner nusantara yang disajikan secara kekinian,” kata Eko.
Dia menjelaskan, kegiatan diikuti oleh siswa kelas X mulai dari X-1 sampai X-11 yang sudah dibagi dengan kuliner daerah yang berbeda-beda, diantaranya kuliner khas Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.
Inapirasi Pengusaha Sukses
Secara resmi kegiatan P5 SMA Al Kautsar dibuka oleh Ketua Yayasan, Wagiso. Dalam sambutannya, Wagiso mengatakan, kegiatan P5 dalam rangka penerapan kurikulum merdeka di kampus Al Kautsar. Pengenalan kewirausahan kepada siswa sangat bermanfaat sebagai bekal di masa depan untuk menciptakan peluang kerja baru dan bagian dari upaya pemerintah mengurangi pengguran.
“Anak-anak sekolah sudah mulai berpikir wirausaha, tidak lagi hanya berpikir menjadi pegawai atau karyawan, tetapi bagaimana menciptakan peluang kerja baru dan menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin,” kata Wagiso.
Dia mengingatkan para siswa untuk memperhatikan manajemen produksi, manajemen pemasaran, manajemen tenaga kerja, serta manajemen distribusi.
“Kalian semua harus berpikir lebih luas, tidak hanya sekedar modifikasi produk, berjualan biasa, tetapi berpikir seperti pengusaha daerah atau pengusaha nasional. Siapa pangsa pasarnya? Segmennya apakah anak-anak, remaja, atau dewasa? Siapa kompetitor? Kalian harus menghasilkan produk yang lebih unggul dari kompetitor,” ujar Wagiso.
Dia juga mengingatkan siswa untuk memperhatikan standarisasi kualitas produk, sebab jika tidak memiliki standarisasi yang jelas, maka cita rasa dan mutu produk akan berubah-ubah. Hal ini dapat mengecewakan konsumen sehingga konsumen lagi ke produk lain.
Wagiso berharap, kegiatan P5 yang merupakan salah satu praktek dari kurikulum merdeka ini dapat memenuhi harapan pemerintah untuk menciptakan pengusaha-pengusaha sukses di masa depan.
“Mudah-mudahan ini menjadi inspirasi bagi anak-anak dan ke depan menjadi pengusaha-pengusaha sukses,” tuturnya.
Pembukaan P5 ditandai dengan pengguntingan pita bazar SMA Al Kautsar. Ketua Yayasan Wagiso bersama kepala SMA Eko Anzair dan para guru mengunjungi satu persatu stand siswa melihat inovasi kuliner yang dilakukan.
Pada stand kelas X-3 dijual makanan khas Lampung yang telah dikreasikan dengan cita rasa kekinian, diantaranya pie pisang tiramisu dan taro, dadar sap coklat, serta es kacang merah santan.
“Harga makanannya berkisar Rp5.000 sampai Rp6.000 saja,” kata Azhar Adibi, salah satu siswa yang berjaga di stand.
Selanjutnya, stand kelas X-8 menjual makanan khas Jawa Barat, berupa kue cubit red velvet dengan tambahan toping mesis dan ice cream, serta mie yamin sehat menggunakan pewarna alami dari sayur sawi dan buah naga.
“Kue cubitnya rasanya lebih enak karena ada toping ice cream, jadi lebih lumer di mulut,” kata salah satu siswa, Fadila.
“Mie yaminnya juga sehat, dapat pangsit, keju, bakso, dan ayam, enak banget, harga cuma Rp15.000 per porsi,” timpal siswa lain, Utami.
Di stand kelas X-9, para siswa melakukan modifikasi makanan khas Padang dengan Korea. Diantaranya, Spandang yaitu spageti rendang, lalu Oshiro yaitu onigiri shusi rendang balado yanh dijual dengan harga Rp12.500 hingga Rp15.000 per porsi.
“Ini cita rasa makanan khas Sumatera Barat yang dikemas seperti makanan-makanan kekinian, ada spageti rendang, onigiri shushi rendang balado, es tebak,” kata Mutiara dan Nabila yang berjaga di stand tersebut. (R-1)