PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Ribuan kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang tergabung dalam Forum Kakbah Membangun (FKM) dan Forum Ulama Membangun melakukan deklarasi mendukung Anies Baswedan sebagai calon presiden di Pilpres 2024.
Deklarasi oleh ribuan kader PPP di tingkat akar rumput ini dilaksanakan di Grand Pacific Hall, Sleman, Yogyakarta, Rabu (16/11/2022).
Masyarakat berkonvoi memenuhi jalan serta memadati Grand Pacific Hall. Mereka menyanyikan lagu dukungan untuk Anies.
“Bapak Anies Presiden, Bapak Anies Presiden, Bapak Anies Presiden,” suara masyarakat menggema di dalam hall.
Kader Senior PPP, Habil Marati memimpin acara deklarasi dukungan terhadap Anies Baswedan. Dia menjelaskan, deklarasi bersama FKM hari ini menyalurkan aspirasi keluarga besar PPP yang mendukung Anies maju di Pilpres 2014. Juga demi membawa PPP lolos ambang batas parlemen 4% pada Pemilu 2024.
“Untuk menyelamatkan PPP agar lolos parliamentary threshold dalam Pemilu 2024. Dengan mendukung Anies Baswedan, diperkirakan elektabilitas PPP akan meningkat pesat,” kata Habil.
Namun, langkah Habil melalui FKM dinyatakan bukan sikap resmi partai berlambang Ka’bah tersebut. DPP PPP maupun DPW PPP Yogyakarta menegaskan apa yang dilakukan FKM bukan representasi dari PPP.
“Pak Habil saat ini tidak aktif di kepengurusan PPP sehingga apa yang dilakukannya tidak bisa mempresentasikan PPP, tapi hanya langkah individu yang ini tidak bisa dibaca sebagai langkah PPP,” kata Ketua DPP PPP Achmad Baidowi, beberapa waktu lalu.
Hal senada ditegaskan oleh Ketua DPW PPP Yogyakarta, Muhammad Yazid. “Forum Ka’bah Membangun yang menjadi panitia agenda tersebut bukan bagian dari DPW PPP DIY,” kata Yazid.
Pengamat Politik, Dedi Kurnia Syah mengatakan, apa yang dilakukan Habil bersama ribuan kader PPP lainnya menunjukkan gejolak di internal PPP.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) itu menilai sikap Habil semakin membuat gejolak di internal PPP memanas.
Pasalnya, belum lama ini internal PPP mengalami gonjang-ganjing usai Muhammad Mardiono dan Suharso Monoarfa saling mengklaim diri sebagai Ketua Umum PPP.
Menurutnya, perpecahan di internal PPP sudah terlihat dari sangketa perebutan posisi ketum tersebut. Konflik memanas usai mukernas, karena partai memilih Mardiono sebagai Plt Ketua Umum, sementara Suharso merupakan Ketua Umum PPP masa jabatan sebelumnya.
Suharso sempat menyatakan dirinya masih menjabat sebagai Ketua Umum PPP, sedangkan Mardiono juga menyarakat siap mengemban amanah sebagai Plt Ketua Umum PPP menggantikan Suharso. Belakangan Suharso melunak dan merelakan Mardiono menjadi pucuk pimpinan PPP.
Dedi menilai, Mardiono bukan elite partai yang mengakar, sehingga dia menduga banyak kader yang tidak patuh pada perintahnya.
“Terlebih jika sebagian kader mengetahui jika pergantian itu bernuansa sabotase, maka gejolak di bawah akan terus tumbuh karena PPP seolah tanpa nakhoda saat ini,” tutur Dedi.
Ini menjadi pemicu kader-kader di Yogyakarta merasa ringan memutuskan nasib politiknya sendiri. (Dari berbagai sumber/R-1)
Recent Comments