PORTALLNEWS.ID – Rumah panggung kayu bertuliskan Rumah Pintar di Jorong Tabek, hampir setiap hari ramai oleh warga, mulai dari ibu-ibu, hingga anak-anak dan para pemuda. Rumah seluas 4×20 meter ini memiliki view persawahan dan perbukitan yang hijau. Di bagian tepi rumah juga dihiasi oleh tanaman berbunga nan asri.
Inilah Rumah Pintar Kampung Berseri Astra (KBA) Jorong Tabek, Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Saat pertamakali didirikan pada tahun 2019, rumah panggung ini berfungsi sebagai tempat berkumpul warga untuk berdiskusi dan berkoordinasi terkait program-program Kampung Berseri Astra di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Rumah panggung ini juga kerap dimanfaatkan anak-anak dan para pemuda untuk belajar, serta melakukan kegiatan seni budaya.
“Dari rumah panggung ini lah lahir beragam inisiatif kegiatan, termasuk usulan-usulan pengelolaan ekonomi yang memanfaatkan sumber daya alam di Jorong Tabek ini, sekaligus pengolahan limbahnya agar tidak mencemari lingkungan,” kata Kasri Satra, selaku Ketua Kampung Berseri Astra Jorong Tabek, melalui siaran pers yang diterima portallnews pada 10 Agustus 2025.
Dari diskusi-diskusi di Rumah Pintar Astra tersebut, lahirlah konsep sirkular melalui rantai kegiatan ekonomi yang mengintegrasikan proses produksi gula semut dari nira pohon enau. Limbah organik yang dihasilkan dari produksi gula semut akan dijadikan pakan maggot, selanjutnya maggot dewasa akan dijadikan pakan ikan. Sementara, limbah anorganik, seperti plastik, logam, dan botol kaca dikelola melalui bank sampah, dimana kontribusi setiap warga dihitung dalam bentuk rupiah, dalam periode tertentu dapat diuangkan kembali.
Gula Semut Oleh-Oleh Khas Desa Wisata Jorong Tabek
Kasri mengatakan, Jorong Tabek terletak di dataran tinggi sekitar 1.500 mdpl dengan udara sejuk dan tanah subur. Ini merupakan kondisi ideal untuk pertumbuhan pohon enau atau pohon aren. Oleh sebab itu, tanaman enau menjadi salah satu komoditas unggulan di Jorong Tabek, selain tebu. Sejak dulu, warga menyadap nira enau untuk dioleh menjadi gula cetak memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, pada akhir 2020, sebanyak 20 kepala keluarga mendapat pembinaan dari Astra untuk mengolah nira enau menjadi gula semut yang memiliki nilai jual lebih tinggi dan lebih tahan lama.
“Sejak itu, KBA Jorong Tabek memproduksi 10 sampai 20 kilogram gula semut per hari, bahkan mampu mencapai 50 kilogram per hari jika akses pasar memadai. Produk dikemas hygienis dan menarik, serta dipasarkan ke berbagai daerah,” jelas Kasri, yang juga Inisiator Ekonomi Sirkular KBA Talang Babungo.
Hal ini selaras dengan KBA Jorong Tabek yang telah menjadi destinasi desa wisata edukasi dan budaya. Di jorong ini, terdapat 45 homestay bagi wisatawan domestik yang ingin menikmati keasrian suasana desa, dan produk gula semut berbasis ekonomi kerakyatan menjadi oleh-oleh khasnya.
Integrasi Rumah Maggot dan Bank Sampah
Seiring dengan berjalannya produksi gula semut, maka pengelolaan sampah hasil produksi pun turut dilakukan. Rumah Maggot KBA Jorong Tabek mulai beroperasi pada 2021, terintegrasi dengan bank sampah untuk menampung semua limbah warga, baik limbah dari produksi gula semut, gula tebu, hingga sampah rumah tangga.
Warga sudah diedukasi untuk memilah sampah organik dan anorganik sejak dari rumah, sehingga ketika menyerahkan sampah ke Rumah Maggot, sampah sudah terpisah dengan baik.
“Sampah organik dijadikan makanan maggot, sedangkan sampah anorganik seperti plastik, logam, botol kaca, itu akan dikumpul dan dijual kepada pengepul di luar Jorong Tabek,” kata Kasri.
Menurutnya, hasil penjualan sampah-sampah anorganik tersebut, sebagian akan dikembalikan kepada warga sesuai catatan buku tabungan sampah, sedangkan sebagian lainnya dikumpulkan untuk mendukung kegiatan ekonomi masyarakat, seperti membangun fasilitas-fasilitas di daerah wisata KBA Astra.
Wisata Pancing Kolam Ikan KBA
Kolam Ikan KBA yang menjadi bagian dari ekonomi sirkular di Jorong Tabek dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi dan kolam pancing wisata. Bagi penikmat olahraga pancing ikan yang datang dari luar daerah akan dikenai biaya masuk.
“Alhamdulillah, melalui kolam ikan dengan konsep wisata ini didapatkan penghasilkan bersih sekitar Rp5 juta per bulan. Uang yang terkumpul digunakan untuk mendukung ekonomi masyarakat kurang mampu di Jorong Tabek,” tutur Kasri.
Jorong Tabek yang dulunya terkenal kumuh dan terisolir, kini telah bertransformasi menjadi desa wisata yang indah dengan kekuatan ekonomi sirkularnya. Kunjungan tidak hanya dari kalangan wisatawan, tetapi juga dari berbagai instansi daerah yang ingin belajar tentang pengembangan desa dengan konsep ekonomi sirkular.
Ekonomi sirkular menjadi pendorong penguatan keuangan masyarakat di Jorong Tabek. Tidak hanya menjamin pendidikan dan kesehatan bagi keluarga kurang mampu di daerah Jorong Tabek, tetapi juga mampu menambah pembiayaan beasiswa untuk 20 penerima beasiswa anak muda berprestasi di Jepang. (RINDA/R-2)