PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Universitas Lampung (Unila) menggelar Lokakarya Pengembangan Rencana Bisnis Layanan Laboratorium di Hotel Emersia Bandar Lampung, Kamis, 10 Oktober 2024. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Program Revitalisasi Perguruan Tinggi Negeri (PR-PTN) dari Ditjen Dikti untuk mengakselerasi peralihan Unila dari BLU ke PTNBH.
Kegiatan lokakarya dihadiri oleh jajaran dekanat, dan sepuluh kepala laboratorium yang menyatakan siap untuk melayani publik melalui marketplace pada 2025. Sepuluh lab tersebut adalah Lab Analitik dan Instrumentasi (FMIPA), Lab Kimia Organik (FMIPA), Lab Biokimia (FMIPA), Lab Pengujian Mutu Hasil Pertanian (Fakultas Pertanian), Lab Oseanografi (Fakultas Pertanian), Lab Ilmu Ukur Tanah (Fakultas Pertanian), Lab Jalan Raya (Fakultas Teknik), Lab Bahan dan Kontruksi(Fakultas Teknik), Lab Geofisika Geothermal (Fakultas Teknik), serta Lab Metrologi (Fakultas Teknik).
Dalam sambutannya, Wakil Rektor Bidang PKTIK Unila Dr. Ayi Ahadiat mengatakan, Unila memiliki 128 laboratorium, tetapi baru 10 diantaranya yang memantapkan diri untuk menjadi role model melakukan layanan terhadap publik melalui aplikasi marketplace.
“Jadi hari ini kegiatan lokakarya diikuti oleh 10 kepala lab untuk membuat pengembangan rencana bisnis layanan laboratorium. Sepuluh lab ini akan menjadi role model, uswatun hasanah, contoh bagi yang lain. Tetap semangat, sajikan yang terbaik, tinggalkan legacy yang bagus dan memastikan Unila masuk PTNBH,” kata Ayi Ahadiat.
Menurut Ayi, kegiatan PR-PTN ini merupakan kendaraan bagi Unila menuju PTNBH. Kampus dengan status PTNBH dituntut memiliki generating income yang baik, tidak mengandalkan Uang Kuliah Tunggal (UKT). Oleh sebab itu, Unila diminta untuk membuat Revenue Generating Activites atau kegiatan-kegiatan yang dapat menjadi generating income bagi Unila, salah satunya adalah melalui layanan jasa laboratorium.
“Di PTNBH ini generating income-nya tidak mengandalkan UKT, sekitar 60 persennya non-UKT. Nah, layanan laboratorium Unila ini ke depannya didorong untuk menjadi salah satu sumber income bagi Unila,” kata Ayi.
Penyusunan rencana bisnis layanan laboratorium Unila dibimbing oleh tim Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada (UGM), yaitu Kepala LPPT UGM Prof. Yusril Yusuf, dan Koordinator Bidang Ilmu Kimia dan Teknologi Material Fungsional dan Kalibrasi Taufik Abdillah Natsir.
Ayi Ahadiat meminta, tim LPPT UGM untuk benar-benar membimbing tim laboratorium Unila hingga siap running dengan platform digital layanan laboratorium Unila.
“Hari ini output kegiatan kita adalah business plan, ada komponen visi misi, aspek strategik, goal, marketing, SDM, operasional, finansial dan IT-nya. Nanti akan ada platform digital marketplace yang akan dikembangkan, sudah ada role model yang baik dari UGM, itu nanti bisa kita contoh,” kata Ayi.

Sementara itu, dalam paparannya, Prof. Yusril Yusuf menekankan, selain recana bisnis, juga dibutuhkan regulasi sebagai payung hukum. Di UGM sendiri ada Peraturan Rektor (Pertor) tentang Laboratorium yang menaungi laboratorium dasar, laboratorium bidang keilmuan, dan laboratorium terpadu.
Sedangkan untuk sistem bagi hasil diatur berdasarkan SK Rektor tentang Gainsharing. Dalam SK tersebut diatur tarif berdasarkan harga pokok penjualan (HPP), serta persentase keuntungan yang dibagikan ke operasional, insentif/kinerja, serta belanja modal dan administrasi.
“Nanti kan ada platform marketplace, semua personil yang ada di lab bisa membukanya dan tahu omset labnya berapa. Jadi, mereka bisa bayangkan dari omset itu mereka dapat berapa,” ujar Yusri.
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengurus ISO 17025 yang merupakan standar internasional mengatur kompetensi laboratorium pengujian dan kalibrasi. LPPT UGM telah memiliki Accredited Testing Laboratory untuk layanan pengujian lab, dan Accredited Calibration Laboratory untuk layanan kalibrasi alat. Yusril menyarankan tim lab Unila untuk segera mengurus ISO 17025 agar customer percaya menggunakan jasa layanan laboratorium Unila.
“Sertifikasi ini penting dalam bisnis lab. Ini pekerjaan pertama yang harus dilakukan, agar customer percaya bahwa lab Unila ini betul-betul terstandar untuk uji, tes, dan kalibrasi alat,” jelasnya.
Setelah itu lakukan akreditasi uji parameter, misalnya uji parameter kualitas air, uji halal produk makanan dan minuman, dan seterusnya. “Satu akreditasi uji air aja dulu, kan banyak nanti lembaga dan instansi yang membutuhkan uji kualitas air. Pelan-pelan nanti ke depanya akan berkembang, di LPPT UGM untuk layanan pengujian sudah ada 500 parameter. Jadi yang diakreditasi itu nanti yang dibutuhkan dan yang laku saja, tidak perlu semua diakreditasi karena akreditasi itu kan berbayar,” jelasnya.
Yusril menyatakan, penghasilan dari layanan jasa laboratorium cukup besar dan menjanjikan sebagai salah satu sumber penghasilkan kampus. Dia membocorkan omset LPPT UGM sejak Januari sampai September 2024 tercatat lebih dari Rp800 juta. “Sumber pendapatan dari lab ini sangat menjanjikan, belum setahun omset sudah hampir satu miliar,” kata Yusril.
Secara umum, LPPT UGM memiliki empat layanan, yaitu testing/pengujian, research/penelitian, calibration/kalibrasi, dan training/pelatihan. Beberapa produk lab yang menjadi sumber pemasukan LPPT diantaranya adalah bisnis tikus siap uji yang memberikan pemasukan seperlima dari omset lab.
“Bisnis tikus ini bisnis yang menjanjikan, tapi pemeliharaannya memang berat ya, tikusnya harus happy, tidak boleh stres, kandang bersih dan hygienis, ada mainannya, tikusnya MCU (medical check-up) setiap sekali enam bulan. Nah, nanti silahkan Unila overview apa yang dimiliki, dan apa saja yang akan ditawarkan kepada customer,” katanya. Customer laboratorium kampus adalah mahasiswa, dosen, pemerintah dan industri.
Yusril menampilkan contoh Marketplace UGM yang bisa diakses di situs market.ugm.ac.id. Pada laman beranda akan muncul layanan dan produk laboratorium yang tersedia di UGM, seperti analisis buah, batu bara, analisis beras, hasil produk PCR, minyak, minuman, dan lainnya. (RIN/R-2)
Recent Comments