PORTALLNEWS.ID ( Bandar Lampung ) – Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Desa, dan Transmigrasi (PMDT) Provinsi Lampung, Dr. Zaidirina, S.E., M.Si., memaparkan strategi pembangunan desa dalam mendukung 100 hari kerja Gubernur Rahmat Mirzani Djausal (Mirza) dan Wakil Gubernur Jihan Nurlela. Arah pembangunan ini sekaligus menjadi fondasi Lampung menuju visi Indonesia Emas 2045.
Zaidirina menekankan pentingnya sinergi lintas sektor dan inovasi desa sebagai kunci kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Tahun 2025 ditetapkan sebagai momen percepatan, dengan fokus pada penguatan kelembagaan desa, optimalisasi BUMDesa, dan percepatan digitalisasi layanan publik desa.
“Tahun 2025 adalah momen percepatan. Kita ingin hasil nyata, tidak hanya fisik, tapi juga penguatan kapasitas dan ekonomi masyarakat desa,” ujar Zaidirina, Jumat (23/5/2025).
Hingga kini, terdapat 2.446 BUMDesa tersebar di 13 kabupaten se-Provinsi Lampung. Dari jumlah itu, 845 BUMDesa dan BUMDesa Bersama berstatus berkembang dan maju, dan 1.027 telah berbadan hukum serta memiliki unit usaha aktif yang menyumbang Pendapatan Asli Desa (PADes).
Salah satu program unggulan adalah Desaku Maju, yang terbukti mampu mempercepat transformasi desa. Sampai Mei 2025, program ini telah diimplementasikan di 490 desa. Hasilnya, 952 desa naik status menjadi desa maju dan 579 menjadi desa mandiri. Jumlah desa mandiri di Lampung kini mencapai 23,51%, melebihi rata-rata nasional 22,85%. Sementara itu, desa tertinggal berhasil ditekan hingga 60% dibanding 2022.
Desaku Maju menyasar pelatihan manajemen BUMDesa, digitalisasi layanan dan pemasaran lewat platform Desamart, serta penguatan ketahanan pangan berbasis potensi lokal. Program ini diperkuat sistem Padanan Data Terintegrasi—pendataan serentak potensi desa, mulai dari aset, pertanian, UMKM, tempat ibadah, hingga data mustahik—yang terhubung ke Dashboard Pusat Data Provinsi Lampung.
Padanan data ini juga menjadi dasar inkubasi BUMDesa unggulan dan pengembangan program Desa Ekspor di berbagai kabupaten. Produk yang disiapkan antara lain kopi, pisang, porang, gula semut, mocaf, lada, serta kriya lokal dengan potensi pasar global.
Inisiatif desa ekspor didukung oleh LPEI, Kementerian Desa, Bank Indonesia, Bank Lampung, dan BSI. Dukungan mencakup pelatihan, sertifikasi, akses pasar, serta pembiayaan syariah ramah desa.
Dinas PMDT juga tengah mempersiapkan peluncuran Program Desa Digital Terpadu dan aplikasi Layanan Desa Online (LADO) guna mewujudkan pelayanan publik yang digital, transparan, dan akuntabel.
Selain itu, revitalisasi BUMDesa diperkuat lewat kemitraan industri serta gerakan Satu Desa Satu Produk Unggulan (SDSPU), yang mendorong setiap desa mengembangkan produk khas berbasis budaya lokal.
“Desa harus menjadi subjek pembangunan dan pusat pertumbuhan ekonomi baru, bukan sekadar objek,” pungkas Zaidirina.
Melalui program Desaku Maju, padanan data, penguatan BUMDesa, ketahanan pangan lokal, desa ekspor, dan digitalisasi layanan, Lampung menempatkan desa sebagai motor utama pembangunan menuju Indonesia Emas 2045. (*)
Recent Comments