PORTALLNEWS.ID ( Bandar Lampung ) – Pemerintah Provinsi Lampung terus mengakselerasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) sebagai solusi dual fungsi: mengatasi persoalan sampah dan mendorong energi terbarukan. Proyek ini digadang-gadang masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).
Rencana percepatan pembangunan PLTSa Regional Lampung kembali dibahas dalam rapat yang dipimpin Wakil Gubernur Lampung, Jihan Nurlela, di Kantor Gubernur, Rabu (28/5/2025). Wagub menekankan pentingnya kolaborasi lintas kabupaten/kota dan sektor agar proyek ini segera terealisasi.
“Ini bukan sekadar soal pengelolaan sampah, tapi tentang masa depan Lampung yang lebih maju, bersih, dan berkelanjutan,” ujar Jihan.
Proyek ini direncanakan berdiri di Desa Tanjung Sari, Kecamatan Natar, Lampung Selatan di atas lahan seluas 20 hektare. PLTSa tersebut akan menampung minimal 1.000 ton sampah per hari dari lima wilayah utama: Bandar Lampung, Lampung Selatan, Lampung Tengah, Pesawaran, dan Metro.
Namun untuk masuk PSN, sejumlah syarat harus dipenuhi, seperti MoU antar pemerintah daerah, penetapan lokasi (penlok) yang didukung masyarakat, legalitas lahan, dan proposal teknis.
Wagub menugaskan BPKAD dan Biro Pemerintahan untuk mengawal proses administratif, bekerja sama dengan BPN guna memastikan lahan bebas dari persoalan hukum.
“Semua tahapan ini harus dijalankan cepat dan serius. Kita dikejar tanggung jawab moral, bukan sekadar tenggat waktu,” tegas Jihan.
Ia juga menyoroti pentingnya dukungan anggaran dari kabupaten/kota untuk pengelolaan sampah, minimal 3% dari APBD, sesuai regulasi yang ada.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Emilia Kusumawati menjelaskan bahwa proyek ini terkendala pada typing fee yang selama ini menghambat kerja sama dengan investor. Masuknya PLTSa dalam daftar PSN diharapkan menghapus kendala tersebut dan menjamin pembelian listrik oleh PLN dengan subsidi pemerintah pusat.
Emilia juga menekankan pentingnya dukungan masyarakat, terutama terkait penetapan lokasi. Ia menyebut penolakan di masa lalu terjadi akibat kurangnya sosialisasi tentang teknologi modern PLTSa yang ramah lingkungan dan bebas bau.
“Kita tidak hanya membangun infrastruktur, tapi juga meletakkan dasar peradaban baru yang bersih dan berkelanjutan,” pungkas Jihan Nurlela.
.
Recent Comments