PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Dua mahasiswa FKIP Universitas Lampung (Unila), yakni Annisa Nathania dari Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, dan Diana Shalma Prodi Pendidikan Bahasa Inggris berhasil meraih medali perak pada ajang International Innovation Competition in Education (IICE), pada Rabu, 17 Juli 2024.
Kompetisi inovasi pendidikan ini digelar oleh Persatuan Pendidikan Sains dan Matematik Johor (PPSMJ) bekerja sama dengan FSSH (Faculty of Social Sciences and Humanities) Universiti Teknologi Malaysia (UTM) dengan tema “Science, Technology, Engineering and Mathematic (STEM) Education for an Innovative Society”.
Annisa Nathania mendapat kesempatan untuk berpartisipasi secara online dan offline. Dia mengikuti perlombaan offline di UTM yang berlokasi di Skudai, Johor, Malaysia.
Menurut Annisa Nathania, awalnya dia bingung dengan bidang STEM karena selama ini berkecimpung dengan ilmu humaniora. Sempat melintas keinginan untuk mengundurkan diri sebagai peserta lomba. Namun, atas dorongan dan motivasi dosen serta teman-temannya, dia akhirnya berusaha keras membuat karya sesuai tema lomba.
“Sejak awal aku pun nggak tau apa itu bidang STEM. Tapi untungnya, berkat bantuan dosen dan teman-teman aku bisa bertahan meskipun memang tidak bisa dianggap mudah, karena ini adalah satu kompetisi STEM pertama kali yang aku ikuti,” ungkap Nathania, Senin, 22 Juli 2024.
Dia membuat proyek pendidikan APEX, berupa media pembelajaran inovatif dengan mengembangkan panel surya sebagai energi bersih, berkontribusi dalam zero emission sebagai perwujudan prinsip dari program SDG’s nomor tujuh tetang energi bersih dan berkelanjutan.
Menurut Annisa Nathania, APEX juga dapat diimplementasikan sebagai sarana edukasi media pembelajaran bidang STEM demi mewujudkan tercapainya prinsip dari program SDG’s nomor empat, yakni pendidikan berkualitas.
“Mungkin, bidang STEM sendiri jadi salah satu bidang yang cukup asing di jurusanku. Aku juga merasa terkendala ketika diharuskan untuk membuat proyek yang sesuai dengan topik ini. Bahkan, setelah sampai di Malaysia, aku cuma punya waktu tiga hari buat matengin materi, brainstorming, pembuatan powerpoint untuk presentasi, serta penguasaan komunikasi,” ujar Nathania.
Sementara, Diana membuat media pembelajaran Funlearn yang juga dapat digunakan pada bidang science, technology, engineering and mathematic.
Melalui kompetisi tersebut, Nathania dan Diana mengaku bisa belajar banyak hal baru tentang bidang STEM. Karena menurut mereka, pengalaman adalah guru terbaik untuk mempelajari hal-hal yang belum pernah diketahui sebelumnya.
Mereka bersyukur bisa berkesempatan mengikuti kompetisi tingkat internasional seperti ini, sebab dapat meningkatkan keterampilan dan memperluas relasi ataupun jaringan pertemanan hingga antarnegara. (R-1)