PORTALLNEWS.ID (Lampung Timur) – Tim dosen Institut Teknologi Sumatera (ITERA) dari Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan memaparkan hasil penelitian yang mengukur kecerlangan langit di kawasan Situs Purbakala Pugung Raharjo, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur.
Hasil penelitian tim dosen ITERA menggunakan Sky Quality Meter (SQM) di beberapa titik situs purbakala tersebut didapatkan nilai kecerlangan langit malam tertinggi yaitu 20,07 MPAS dengan rata-rata 20,01 MPAS.
“Ini menunjukkan daerah Situs Purbakala Pugung Raharjo merupakan tempat dengan kondisi langit malam yang masih dalam kondisi gelap dan sangat cocok menjadi tempat pengamatan Astronomi dan menjadi Pusat Astrowisata atau Wisata Astronomi,” ujar Ketua tim penelitian, Hendra Agus Prastyo, S.Si., M.Si, dalam rilis tertulis yang diterima portallnews.id, Jumat (2/12/2022).
Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) ITERA yang melakukan penelitian adalah para dosen yang tergabung dalam Pusat Riset dan Inovasi Wisata Geopark Global dan Wisata Langit (WG2WL). Hasil penelitian tersebut disosialisasikan kepada pengelola Situs Purbakala Pugung Raharjo dan para pemangku kepentingan, di Rumah Museum Situs Purbakala Pugung Raharjo, beberapa waktu lalu.
Menurut Hendra, survei terkait potensi Astrowisata dan Geosite Situs Pugung Raharjo telah dilakukan sejak 5 Juli 2022. Dia juga menampilkan hasil fotografi objek langit di Pugung saat sosialisasi. Salah satunya, yaitu Galaksi Bima Sakti yang masih bisa diamati tanpa alat bantu apapun di wilayah Punden. Selain itu, Galaksi Andromeda juga cukup mudah dilihat dengan menggunakan kamera maupun binokuler.
Tidak hanya itu, lanjut Hendra, Situs Purbakala Pugung Raharjo juga dinilai memiliki potensi geosite berupa batu basalt vesikuler yang merupakan batuan konstruksi pembangunan punden berundak di Situs Purbakala ini.
Terbentuknya batu basalt ini memiliki daya tarik tersendiri karena mirip dengan batuan basalt yang ada di daerah Hawai. Pada Situs Purbakala Pugung Raharjo juga terdapat sumber mata air yang sering digunakan sebagai tempat peribadatan masyarakat setempat. Mata air ini terbentuk akibat perpotongan antara muka air tanah dengan elevasi (ketinggian lahan). Hal ini menyebabkan air dapat mengalir melalui akar-akar pohon dan terbentuk kolam.
Pada akhir sosialisasi, tim pengelola Situs Purbakala Pugung Raharjo menyampaikan beberapa masukan berupa usulan kegiatan pengamatan yang melibatkan pelajar setempat. Diharapkan dari kegiatan tersebut dapat menambah pengetahuan bagi pelajar di wilayah sekitar terkait Astronomi. Selain itu, tim pengelola Pugung menyarankan kegiatan lanjutan terkait penelitian pengukuran pH air kolam untuk mengetahui kemurnian air. (R-1)
Recent Comments