Oleh: Sudjarwo, Pemerhati Masalah Sosial dan Pendidikan
PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Siang itu saat membaca berita dibeberapa media dan pagi ini menyimak kiriman vedio dari grup Ikatan Sarjana Pendidikan Lampung, sangat miris melihat seorang guru yang harus kehilangan matanya karena menegakkan marwah pendidikan.
Guru olah raga di Rejang Lebong-Bengkulu menggunakan dedaktik-metodik sebagai Ilmu pendidikan, menegur peserta didik yang merokok di sekolah, justru mendapatkan biji ketapel di matanya, dan harus kehilangan pengelihatan sebelah untuk selamanya.
Betapa biadabnya pelaku yang tega terhadap guru yang mengajarkan kebaikan kepada anaknya.
Sudah seharusnya semua elemen organisasi guru di negeri ini, apapun namanya dan apapun asas organisasinya, memberikan bantuan kepada “Pahlawan yang berjasa untuk negeri” yaitu guru; yang mendapatkan perlakuan tidak seharusnya seperti di atas. Merudapaksa guru berarti sama dengan merudapaksa pendidikan, barang kali slogan itu yang tepat untuk menyikapi peristiwa tadi.
Kita semua yang mencintai generasi melalui pendidikan sangat prihatin dengan cara seperti ini, dan sudah seharusnya pemerintah dengan cepat dan tanggap untuk menyelesaikan persoalan ini secara hukum. Karena jika hal seperti ini dibiarkan berlarut, maka tidak menutup kemungkinan akan menular ketempat lain.
Menurut konsep pendidikan, teori apapun yang dirujuk, perilaku seperti ini tidak bisa dibenarkan, terutama yang menjadi sangat memprihatinkan adalah kejadiannya ada di lingkungan sekolah. Bisa di bayangkan jika peristiwa ini ada di luar pagar sekolah; bisa jadi guru kita akan bertaruh nyawa dalam tugasnya. Oleh karenanya pembiaran akan peristiwa ini adalah juga arogansi kekuasaan atasnya.
Tampaknya kita semua harus melakukan evaluasi terhadap sistem penyelenggaraan pendidikan, terutama untuk daerah-daerah tertentu. Banyak hal yang oleh kementerian belum bisa tergarap secara baik. Persoalan-persoalan administrasi pendidikan yang membuat biaya pendidikan, terutama pendidikan tinggi negeri yang begitu tinggi, fasilitas pendidikan yang belum memadai, sistem koordinasi yang masih lemah; membuat seolah kita berada pada taman sesat.
Berkaca dari peristiwa ini, nantinya dari Menteri akan berkata, ini urusan kepolisian, dari kepolisian akan bicara ini urusan pemerintah daerah, pemerintah daerah akan berkata ini urusan sekolah; dan ujung-ujungnya damai tanpa perdamaian. Logika seperti ini sudah sangat sering kita tonton di negeri ini; semua akan “Kebakaran jenggot pada waktunya” setelah diviralkan oleh anak muda. Anehnya anak muda yang pahlawan itu diupat dan di maki karena dianggap tidak tau diri.
Tidak salah jika ada komentar dari guru yang mengatakan “Mari rapatkan barisan” untuk membenahi pendidikan. Tetapi juga perlu diingat jangan sampai peristiwa ini dimanfaatkan oleh orang atau kelompok tertentu untuk memancing di air keruh. Peristiwa ini bukan medan kampanye, akan tetapi medan kemanusiaan siapapun kita untuk menyelamatkan negeri ini melalui pendidikan. Jangan butuh guru hanya pada waktu kampanye, setelah itu dibuang untuk dilupakan. Guru sudah sangat muak dengan cara-cara seperti ini, karena sudah kenyang dengan janji yang entah kapan untuk ditepati.
Guru tidak berharap pujian atau penghargaan, karena profesi ini panggilan nurani, akan tetapi jangan pula didholimi hanya karena menyelamatkan diri. Oleh karena itu jangan salahkan guru jika masa depan negeri tidak menentu, karena mereka tidak butuh janji, mereka butuh bukti.
Sekali lagi melalui media ini mari para guru kita bersatu berjuang untuk negeri, jangan surut karena peristiwa ini. Sekalipun pendidikan untuk menjadi guru sangat mahal saat ini, ternyata setelah jadi gurupun kita harus pertaruhkan nyawa dalam mengabdi. Selamat berjuang guru-ku; tanpamu negeri ini akan sunyi bagai kampung tanpa penghuni. (R-1)
Recent Comments