Oleh: Sudjarwo, Guru Besar Universitas Malahayati Lampung
PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Pagi itu sedang menyelesaikan urusan domestik di kediaman, dan menyiapkan sejumlah obat yang harus ditelan karena dampak iring dari kesehatan usia yang tidak muda lagi; dawai gadget berdenting memanggil. Ternyata diujung sana Kepala Stasiun Televisi Lampung mengundang untuk dapat hadir pada tanggal 26 Desember di salah satu hotel ternama di daerah ini untuk mengikuti acara semacam kilas balik capaian. Penulis hanya bisa berucap Insyaallah karena badan ini jika harus berpergian malam hari banyak kendala, terutama mata dan belum pulihnya kesehatan secara sempurna. Tampaknya faktor “U” tidak bisa diingkari. Melalui tulisan ini penulis mencoba melihat perkembangan televisi lampung dari perspektif kini dan yang akan datang, itupun dari sudut sosiologi pertelevisian.
Kita tidak bisa mengingkari perjalanan panjang stasiun televisi Lampung yang semula milik Departemen Penerangan Republik Indonesia, setelah era pembubaran departemen ini dan memandirikan stasiun televisi; untuk menjadi lembaga penyiaran publik. Akibatnya kiprah dan dinamisasi pertelevisian pelat merah ini sangat tergantung dari bagaimana kinerja Kepala Stasiun-nya.
Banyak stasiun televisi di daerah yang tidak mampu memposisikan diri antara stasiun televisi pusat dengan pemerintah daerah; akibatnya lembaga ini mati enggan hidup tak mau; apalagi jika kepala lembaganya bukan orang yang menguasai manajemen sekaligus teknis lapangan; maka sudah bisa dipastikan perjalanan lembaganya akan tersendat.
Televisi stasiun Lampung diawal-awal kemandiriannya jujur diakui mengalami kegonjangan budaya seperti ini. Namun seiring perjalanan waktu setelah pergantian kepemimpinan yang memang memiliki pengalaman panjang dari memanggul kamera sampai duduk dikursi pimpinan; maka geliat lembaga ini mulai tampak.
Sekalipun dengan dana yang sangat terbatas, pembenahan dilakukan dimana-mana; salah satu diantaranya adalah manajemen organisasi. Pimpinan mengambil langkah melibatkan eksternal televisi untuk menjadi pengawas dengan mengangkat orang-orang yang tidak akan bertanya “digaji berapa”; karena mereka sudah berada pada posisi makrifat, sehingga hanya mencari ridho illahi dalam mengumpulkan pundi-pundi amal.
Kemudian iklim kerja karyawan diciptakan sedemikian rupa sehingga tidak ada persaingan, yang ada rasa memiliki bersama akan lembaga dan dibangun dengan rasa tenggang rasa akan sesama; akibatnya sinergitas ini tercermin pada kinerja mereka tampak sekali dalam capaian-capain kinerja yang terukur.
Tugas operasional dipercayakan sepenuhnya kepada perjenjang jabatan, sehingga mereka memiliki kreatifitas yang merdeka, sejauh sesuai aturan yang berlaku; pimpinan hanya berfungsi mengarahkan, tidak melakukan penekanan. Capaian sudah ditetapkan bersama, tinggal bagaimana mencapainya, diserahkan kepada masing-masing individu sebagai insan merdeka dalam berkarya.
Hal ini dibuktikan dengan kepercayaan TVRI se-Sumatera kepada TVRI Lampung untuk menjadi host siaran program Titian Andalas. Tentu hal ini tidak datang tiba-tiba dari langit, tetapi proses tumbuhnya kepercayaan kepada TVRI Lampung; adalah sesuatu yang patut diapresiasi. Strategi dan promosi pimpinan serta ditunjang oleh sarana prasarana yang memadai, dan karyawan yang handal; maka semua itu dapat terwujud.
Sedangkan program fisik perlu mendapat penghargaan juga kepada pimpinan TVRI Lampung yang sudah mampu bersinergi dengan pemerintah daerah, terutama Pemerintah Provinsi. Hal ini dibuktikan dengan diberikannya hibah oleh Pemerintah Provinsi Lampung melalui Gubernur dengan dibangunkannya Gedung yang terbaik se Sumatera untuk TVRI, dengan sarana penunjang jalan. Tentu apresiasi juga patut diberikan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Lampung yang sangat peduli akan keberadaan TVRI Lampung.karena secara otomatis TVRI Lampung dapat membantu Pemda dalam bidang perhumasan, guna menyebarluaskan keberhasilan capaian pembangunan daerah.
Hal lain yang juga menjadi catatan penting adanya pembangunan transmisi di Krui dan Way Kanan, sumbangan peralatan dari Kota Metro; tentu ini semua adalah kerja keras pimpinan dan staf dalam menjalin kerjasama yang baik dengan pemerintah daerah tingkat dua. Belum lagi kepedulian pemerintah pusat yang cukup signifikan dalam menunjang bantuan peralatan dan pelatihan; tentu semua ini adalah kerja-kerja yang perlu diapresiasi.
Namun, ada yang tertinggal, umur berjalan terus, generasi akan berganti; tampaknya pimpinan TVRI Lampung perlu diingatkan untuk mengkader penerusnya agar supaya “musim boleh berganti, tetapi ideologi harus terus terjaga guna membangun negeri”.
Persoalan regenerasi sudah harus dipersiapkan dari jauh agar marwah pertelevisian yang sudah mekar tidak redup ditelan masa. Semangat Herly Marjoni yang sekarang harus terus mengalir kepada penerusnya, untuk tidak lekang oleh zaman lapuk karena usia.
Tetap Jaya TVRI Lampung Sepanjang Masa. (R-1)
Recent Comments