PORTALLNEW.ID ( Bandar Lampung ) – Suasana di gedung tempat pelantikan Direktur LBH Bandar Lampung, Kamis (27/11/2025), terasa jauh lebih dalam daripada sekadar seremoni pergantian kepemimpinan. Hari itu, ruang pelantikan berubah menjadi tempat di mana suara-suara yang biasanya tak terdengar suara petani, penggarap, dan warga kecil diberi tempat untuk hadir, bersuara, dan berbagi harapan.
Mereka datang bukan sebagai tamu resmi, bukan pula sebagai undangan formal. Mereka datang dengan sesuatu yang lebih kuat: rasa terima kasih, keyakinan, dan ikatan emosional kepada sebuah lembaga yang bagi mereka bukan sekadar LBH, tetapi rumah perjuangan.
Di tengah keramaian, tampak Ibu Uun Irawati, atau biasa disapa Bunda Timur, petani penggarap asal Sindanganom, Kota Baru, Lampung Selatan. Ia datang dengan rombongan dari desanya. Dengan suara bergetar, ia mengenang bagaimana LBH menjadi sandaran terakhir saat lahan mereka terancam.
“Kalau bukan karena LBH Bandar Lampung, mungkin kami sudah tidak bisa menggarap tanah lagi,” tuturnya. “Walaupun tiap hari kami masih diintimidasi, tapi kami tetap bertahan. LBH itu mantep banget, yes banget. Jangan sampai kami ditinggalin.”ujarnya.
Ia menceritakan bahwa lebih dari 500 warga penggarap di Jati Agung dan wilayah Kota Baru Lampung Selatan pernah mendapat pendampingan hukum dari LBH Bandar Lampung. “Hanya LBH yang betul-betul berjuang bersama kami. Yang lain datang hanya melihat,” ucapnya lirih.
Tak jauh dari sana, suasana serius namun hangat tercipta saat Supriyono, warga Sripendowo, Lampung Timur, berbagi kisah. Sesekali ia tersenyum, meski nada suaranya menggambarkan pengalaman berat di masa lalu.
“Semenjak kami kenal dengan LBH, yang dulunya kami enggak tahu arahnya harus kemana, kami jadi punya arah,” tuturnya. “LBH mendampingi kami sepenuh hati. Tidak ada kata lelah, tidak ada kata menyerah. Jiwa raga LBH benar-benar dicurahkan untuk kami.”katanya.
Ketika ditanya apakah pendampingan LBH membawa perubahan nyata, ia mengangguk mantap:
“Alhamdulillah, sejak ada LBH, enggak ada lagi tekanan dari pihak lawan. Kami terbantu, sangat terbantu. Sudah dua tahun kami didampingi LBH, dan sampai sekarang kami merasa dilindungi.”
Supriyono, yang mengaku mewakili masyarakat Sripendowo, menyampaikan harapan besar terhadap kepemimpinan baru LBH Bandar Lampung.
“Kami sangat berharap LBH tetap mendampingi kami. Jangan sampai berhenti. Kami butuh LBH sampai perjuangan ini selesai.”harap Supriyono.
Bagi masyarakat, LBH bukan hanya lembaga advokasi hukum, tetapi sahabat dalam perjuangan. Rumah bagi mereka yang tak memiliki suara. Tempat menemukan keberanian dan arah dalam memperjuangkan hak mereka.
Di bawah kepemimpinan yang baru, harapan masyarakat tetap sama: LBH harus tetap berpihak pada rakyat kecil, tetap menjadi garda terdepan dalam konflik agraria, dan tetap menjadi pelindung mereka yang lemah.
Karena di mata para petani dan warga yang hadir hari itu, LBH Bandar Lampung bukan hanya lembaga hukum, tetapi napas perjuangan.
Prabowo Pamungkas Tekankan Perjuangan untuk Rakyat Kecil
Usai dilantik sebagai Direktur LBH Bandar Lampung, Prabowo Pamungkas menyampaikan refleksi mendalam tentang kondisi penegakan hukum dan perjalanan LBH selama setahun terakhir. Ia mengungkapkan bahwa LBH Bandar Lampung telah menangani lebih dari 60 kasus, sebagian besar berkaitan dengan konflik agraria, sengketa tanah berkepanjangan, kekerasan aparat, hingga persoalan ekonomi masyarakat.
“Sebagian besar adalah kasus struktural yang berhadapan langsung dengan negara atau korporasi,” ujarnya.
Menurut Prabowo, tren tersebut menunjukkan semakin menyempitnya ruang demokrasi dan melemahnya prinsip negara hukum. Ia menilai, kriminalisasi pejuang agraria dan perluasan kewenangan aparat melalui regulasi terbaru berpotensi memperburuk eskalasi konflik pada tahun-tahun mendatang.
Dalam masa kepemimpinannya, Prabowo menegaskan akan memperkuat kapasitas internal LBH, termasuk melalui riset hukum, dokumentasi kasus, pendidikan hukum rakyat, dan pengorganisasian komunitas. Baginya, advokasi tidak boleh berhenti di ruang pengadilan.
“Advokasi harus bertumpu pada kekuatan rakyat. Keadilan hanya tercapai ketika masyarakat memahami haknya dan berani mengorganisir diri,” tegasnya.
Prabowo menyebut Lampung masih menjadi salah satu daerah dengan tingkat konflik agraria tertinggi di Sumatera, termasuk di wilayah Anak Tuha, Tulang Bawang, Way Kanan, dan kawasan register hutan. Karena itu, LBH juga akan mempercepat regenerasi advokat publik untuk menghadapi tingginya volume kasus.
“Kami akan memastikan setiap warga, khususnya mereka yang termarjinalkan, tetap punya tempat untuk mencari keadilan,” ujarnya.
Recent Comments