PORTALLNEWS.ID ( Bandar Lampung ) — Provinsi Lampung kembali menunjukkan kinerja positif dalam pengendalian inflasi. Berdasarkan rilis resmi Bank Indonesia, inflasi Lampung pada Oktober 2025 tercatat sebesar 0,23% (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya (0,16%), namun masih lebih rendah dibanding inflasi nasional yang mencapai 0,28% (mtm). Secara tahunan, Lampung mencatat inflasi 1,20% (yoy), jauh di bawah angka nasional yang berada di 2,86% (yoy).
Dalam rilis yang diterima portallnews.id, Rabu (5/11/2025) Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, Bimo Epyanto, menyatakan Kondisi ini menunjukkan bahwa stabilitas harga di Lampung masih terjaga meskipun situasi ekonomi global penuh ketidakpastian. Inflasi tahunan Oktober ini tercatat sedikit meningkat dibanding September (1,17%), tetapi tetap dalam kategori terkendali.
Penyebab Utama Inflasi dan Upaya Pengendalian
Kenaikan inflasi pada Oktober terutama dipicu oleh naiknya harga emas perhiasan, daging ayam ras, telur ayam ras, dan cabai merah, masing-masing memberikan andil sebesar 0,14%; 0,05%; 0,05%; dan 0,05% terhadap inflasi.
Kenaikan harga emas terjadi akibat peningkatan harga emas dunia akibat tingginya ketidakpastian global, sementara kenaikan harga daging dan telur ayam ras dipengaruhi minimnya suplai DOC serta penurunan produktivitas akibat faktor cuaca. Di sisi lain, cabai merah mengalami kenaikan karena pasokan menurun setelah masa panen berakhir.
Namun, inflasi tidak meningkat terlalu tinggi karena tertahan oleh penurunan harga bawang merah, tomat, cabai rawit, dan gula pasir, dengan andil masing-masing -0,15%; -0,03%; -0,04%; dan -0,02%. Penurunan harga ini disebabkan oleh masuknya masa panen dan terjaganya stok lokal.
Strategi Pengendalian Inflasi ke Depan
Bank Indonesia dan TPID Provinsi Lampung memprediksi inflasi Lampung masih akan terjaga dalam rentang sasaran 2,5 ±1% (yoy) sepanjang 2025. Namun, sejumlah risiko tetap perlu diwaspadai, seperti kenaikan UMP, permintaan tinggi pada akhir tahun, hingga potensi kenaikan harga pangan dan energi global.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, strategi pengendalian inflasi terus diperkuat melalui pendekatan 4K, yakni:
- Keterjangkauan Harga: operasi pasar beras dan pemantauan harga kebutuhan pokok.
- Ketersediaan Pasokan: optimalisasi lahan, penggunaan varietas unggul, dan distribusi pupuk tepat sasaran.
- Kelancaran Distribusi: perbaikan infrastruktur jalan dan penguatan transportasi barang.
- Komunikasi Efektif: edukasi harga dan penguatan sinergi antar lembaga.
