
PORTALLNEWS.ID (Lampung Selatan) -. Fredi Kogoya duduk agak gugup di depan para awak media. Mahasiswa baru Institut Teknologi Sumatera (ITERA) itu menjawab perlahan semua pertanyaan jurnalis karena kosa kata bahasa Indonesia yang masih terbatas.
Fredi Kogoya dinobatkan sebagai mahasiswa dengan jarak terjauh, yaitu sekitar 3.680 kilo meter dari Desanya di Ampera, Kecamatan Karuba, Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua Pegunungan ke ITERA.
Fredi rela meninggalkan desanya dan berpisah jarak dengan keluarganya untuk kuliah di Program Studi Fisika ITERA melalui jalur Afirmasi Pendidikan Tinggi ( ADik) Papua 2023.
“Begini…ee..supaya bisa mandiri walau jauh dari orang tua,” kata Fredi, Senin (14/8/2023), ketika ditanya tentang tekadnya ke luar dari provinsi Papua untuk kuliah di ITERA.
Menurut Fredi, ini merupakan pertama kalinya dia keluar dari desanya dan melakukan perjalanan ke luar provinsi. Dia mengaku, awalnya juga tidak tahu secara detil tentang kampus ITERA. Ketika pengajuan beasiswa ADIk Papua, pihak sekolahnya SMA Negeri Karubaga yang mengisikan berkas nilai rapor, kampus tujuan dan jurusan sesuai minat siswa dan jurusan yang tersedia di kampus tujuan.
Pertamakali menginjakkan kaki di Lampung, Fredi bersama satu rekannya yang juga lulus ADik di ITERA langsung menuju asrama ITERA.
“Pertama kali di Lampung ini, banyak yang lihat-lihat aku, jadi aku merasa takut, tapi begitu mulai kenal, aku betah tinggal di sini,” tutur Fredi menyampaikan kesan pertamanya saat tiba di Lampung pada minggu lalu.
Fredi sudah pernah main ke mal di Bandar Lampung saat membeli kemeja putih untuk kegiatan pengukuhan mahasiswa baru hari ini. Selebihnya dia menghabiskan waktu bersama teman-teman mahasiswanya di lingkungan asrama dan kampus ITERA.
Fredi mengatakan, awalnya dia bercita-cita menjadi seorang guru, tetapi di kampus pilihannya tidak terdapat Fakultas Keguruan, hanya ada pilihan jurusan Matematika dan Fisika.
“Akhirnya saya ambil Fisika, ini memang pilihan saya, karena di Papua sangat sulit mata pelajaran Fisika, tapi saya pengen tahu, pengen bisa,” katanya.
Fredi mengaku, materi pelajaran Fisika di sekolahnya sangat jauh ketinggalan dibandingkan sekolah-sekolah di kota. Siswa hanya belajar materi-materi umum saja seperti gaya, gaya gravitasi bumi, energi, dan beberapa materi lain.
“Kami di sana ketinggalan, proses pembelajaran di sana kurang guru dan buku-buku,” tuturnya.
Namun, keterbatasan tersebut tidak mengendurkan semangat dan tekad Fredi untuk bisa menuntaskan kuliahnya di Prodi Fisika ITERA dalam waktu empat tahun.
“Saya akan berusaha semampu saya,” tegasnya.
Energi besar untuk mengenyam pendidikan di bangku kuliah tidak lepas dari dukungan orangtuanya Aur Kagoya yang selalu memotivasi Fredi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Saat diterima di ITERA melalui program beasiswa ADik, ayahnya berpesan agar Fredi belajar baik-baik, fokus, dan tidak ikut-ikutan pergaulan yang kurang bagus.
“Pesan ayah belajar baik-baik, fokus, selesai kuliah baru balik, gitu,” tutur Fredi.
Sementara itu, Rektor ITERA, Prof. I Nyoman Pugeg Aryantha menyatakan ITERA sebagai bagian dari institusi pemerintah yang mengemban amanah UU Dasar 1945 mencerdaskan kehidupan bangsa, maka ITERA komitmen untuk ikut mencerdaskan anak-anak Papua melalui program beasiswa ADik Papua.
“Adik-adik kita yang ada di Provinsi Papua, secara kualitas mereka di pendidikan menengah tidak semaju di kota-kota. Kita akan mengawal, kita akan bekerja keras dengan segala yang kita miliki di kampus. Insyaallah kita akan melakukan pendampingan dan memberikan bimbingan-bimbingan supaya mereka bisa mengejar (ketertinggalan pelajaran),” ujar I Nyoman.
Menurutnya, ini akan menjadi keberhasilan yang luar biasa jika ITERA mampu meningkatkan kualitas mahasiswa Papua. Sebab, ke depan akan memberikan dampak yang luar biasa ketika mereka lulusan dan kembali ke Papua untuk membangun daerahnya.
“Ini akan menjadi keberhasilan ITERA di dalam mengemban misi mencerdaskan anak bangsa,” pungkasnya. (RINDA/R-2)
Recent Comments