PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Usai dilantik sebagai anggota DPRD Provinsi Lampung periode 2019-2024 pada Senin, 2 September 2019, Ade Utami Ibnu tidak berlama-lama di ruang Rapat Utama DPRD Lampung. Setelah bersalaman dengan sesama rekan anggota dewan, Ade mampir ke kantor Partai Keadilan Sejahtera (PKS), kemudian meluncur menemui warga Negeri Olok Gading, Telukbetung Barat, Bandar Lampung.
Setibanya di sana, terlihat ibu-ibu sibuk menyiapkan sajian berupa sayur asam, tahu goreng, tempe goreng, ikan asin, sambal terasi dan lalapan. Ade terharu, warga Negeri Olok Gading yang memang menjadi salah satu basis pendukungnya membuat acara syukuran atas pelantikannya sabagai anggota dewan untuk periode kedua. Bahkan, di rumahnya sendiri di Jalan Gelatik, Pengajaran, Telukbetung Utara, Bandar Lampung, dia tidak menggelar acara apapun.
“Setelah pelantikan waktu itu, di rumahkan saya nggak buat acara apa-apa tuh, nggak ada syukuran, tapi dari kantor saya langsung ke Gang Jati, Negeri Olok Gading, ibu-ibunya udah masak sayur asam, ikan asin, tempe, segala macam, makan-makan di situ. Mulai dari situ lah, saya launching rumah baca di situ, Mobil Baca Ade dikirim ke situ setiap sebulan sekali,” ujar Ade Utami Ibnu, Jumat, 15 September 2023, menceritakan tentang gerakan pemberdayaan ibu-ibu Kota Bandar Lampung.
Diawali dengan bercengkrama bersama ibu-ibu di Negeri Olok Gading, Ade melanjutkan silaturahmi kepada ibu-ibu di kampung-kampung lain. Bersamaan dengan ini, Ade memulai gerakan pemberdayaan ekonomi ibu-ibu rumah tangga yang dia beri nama Gerakan Kuntum Bunga.
Menurut Ade, sejak dipindahkan oleh partai ke Dapil 1 Kota Bandar Lampung pada 2018, dia sudah mulai melakukan survei tentang permasalahan yang terjadi di masyarakat. Ditemukan, rata-rata persoalan masyarakat adalah rendahnya tingkat ekonomi keluarga sehingga menyebabkan mereka terlilit hutang.
“Di 2018 itu, saya nggak habis-habis nangis itu, kalau dengar emak-emak cerita itu sedih, ada yang bilang sudah nggak tahan lagi, mau cerai aja. Hampir rata-rata warga itu terlilit hutang,” ujar pria kelahiran Serang, 19 Desember 1975 ini.
Kondisi inilah yang kemudian melatarbelakanginya untuk membuat gerakan kemandirian ekonomi bagi ibu-ibu rumah tangga. Dia ingin ibu-ibu bisa berdiri di atas kaki sendiri, dan berdiri di atas uang sendiri. Lahirlah Gerakan Kuntum Bunga yang kepanjanganya adalah Kemandirian Usaha dan Ekonomi yang Terus Tumbuh dan Berkembang Ibu Rumah Tangga.
Tanamkan Tiga Karakter

Substansi Gerakan Kuntum Bunga, kata Ade, adalah mengubah mindset dan karakter ibu-ibu yang terbiasa berhutang. Ada tiga karakter yang ditanamankan oleh Ade, pertama, tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Mengubah kebiasaan tangan di bawah, suka meminta, suka meminjam, itu tidak mudah.
“Pembinaan ini saya lakukan setiap bulan, datang ke ibu-ibu, menjelaskan apa yang dimaksudnya dengan karakter tangan di atas itu. Alhamdulillah, terbangun karakter tangan di atas. Indikasinya apa? Di Kumtum itu dilihat dari dua hal, yaitu rajin bersedekah dan rajin menabung,” tutur Ade.
Dia menjelaskan, basis Gerakan Kuntum Bunga ada di kelompok yang disebut dengan Kumtum. Setiap Kumtum memiliki anggota, dan bertanggungjawab mengelola simpan-pinjam dalam kelompok mereka masing-masing. Dengan rajin menabung di Kuntum, lanjut Ade, maka anggota tidak hanya menyimpan untuk kebutuhan masa depan mereka, tetapi di saat yang sama juga membantu anggota lain di kelompok tersebut yang membutuhkan pinjaman dana. Hal ini lah yang mendorong keuangan di setiap Kumtum tumbuh dan berkembang dengan baik.
Karakter kedua adalah sikap bertanggungjawab. Banyak ibu-ibu yang terlilit hutang karena lemahnya rasa tanggung jawab sehingga memiliki kecendrungan untuk menunda-nunda membayar hutang. Karakter ketiga adalah sikap jujur. Kebiasaan yang suka berhutang menyebabkan kejujuran mudah hilang, sering berbohong tentang alasan meminjam uang. Begitu juga saat membayar, suka mencari alasan yang dibuat-buat untuk menunda membayar hutang.
“Kalau mau bebas dari hutang, tiga karakter ini harus melekat. Kalau nggak, ya nambah terus hutangnya, lama-lama hutang menjadi hobi,” kata Ade.
Gerakan yang diawali dengan perubahan mindset dan karakter ini membuahkan hasil. Sekitar dua tahun melakukan gerakan pemberdayaan dengan memberikan ilmu-ilmu manajemen terapan, pada 2021, gerakan ini memiliki badan hukum berupa Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) dengan nama KSPPS Gerakan Kuntum Bunga.
“Alhamdulillahhirabbil’aalamiin, sekarang di seluruh kelurahan di Kota Bandar Lampung sudah berdiri Kumtum. Sekarang Ibu-Ibu sudah berdiri diatas kaki sendiri dan diatas uang sendiri,” ujarnya.
Yang lebih membanggakan, ada Kumtum yang sudah memiliki 70 anggota dan mengelola hingga Rp70 juta uang koperasi. Kuntum ini tumbuh cepat dan pesat hanya dalam waktu dua tahun. Pertumbuhan ini diikuti oleh Kumtum-Kumtum lain yang ada hampir di semua kelurahan di Bandar Lampung. (RINDA/R-1)
Recent Comments