PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Sekitar dua puluh lima mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Peduli Wadas menggelar aksi di depan kampus Universitas Bandar Lampung (UBL) Jalan protokol Zainal Abidin Pagaralam, Bandar Lampung, Jumat sore (11/2/2022).
Para mahasiswa bergantian berorasi menuntut pemerintah menarik seluruh aparat dari Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah, dan menghentikan represi terhadap masyarakat yang mempertahankan tanah mereka.
“Mereka dirampas haknya, tergusur dan lapar. Bunda, relakan darah juang kami, padamu kami berbakti!” koor mahasiswa berbaur dengan deru mesin kendaraan saat menyanyikan lagu Darah Juang.
Peserta aksi juga membawa keranda sebagai simbol penindasan terhadap rakyat. Spanduk besar bertuliskan Hentikan Perampasan Lahan di Desa Wadas #SaveWadas dipegang menghadap jalan untuk menggugah kepedulian masyarakat yang melintas akan nasib warga di Desa Wadas.
“Hari ini, kita menyatakan sikap atas kesewenang-wenangan aparat di Desa Wadas! Kita mengutuk keras tindakan-tindakan aparat kepolisian yang melakukan kekerasan dan pemaksaan kepada masyarakat Wadas! Hidup mahasiswa!” lantang suara mahasiswa yang sedang berorasi.
Koordinator Aksi Aliansi Peduli Wadas, Aldo Wahyu Pratama mengatakan aksi solidaritas ini sebagai bentuk kepedulian kepada masyarakat Wadas.
“Bagi kami pemerintah hari ini sudah tidak bisa dipercaya lagi. Pemerintah hari ini sudah tidak pro kepada rakyat, karena mengukur tanah itu seharusnya membawa meteran bukan membawa polisi,” kata Aldo.
Apalagi, pada proses pengawalan pengukuran lahan di Desa Wadas untuk kepentingan pertambangan batu andesit, banyak warga Desa Wadas yang diintimidasi, mengalami kekerasan fisik, dan ditangkap oleh aparat.
“Karena itu kami mengutuk perbuatan aparat. Kami menuntut pemerintah menarik semua aparat dari Desa Wadas, jangan lakukan represi dan melukai masyarakat Wadas yang membela haknya dan mempertahankan tanahnya,” kata Aldo.
Dia menegaskan, masyarakat Wadas mempertahankan tanah mereka untuk keberlangsungan hidup anak-cucu. Kalau tanah dijual, otomatis mata pencarian mereka sebagai petani ikut hilang.
Kasus pengerahan ratusan aparat ke Desa Wadas untuk mengawal pengukuran lahan yang akan dijadikan lahan tambang batu andesit terjadi pada Selasa (8/2/2022). Bersamaan, pada hari itu, aliran listrik mati, sinyal internet putus sehingga warga sulit berkomunikasi dengan masyarakat luar Desa. Warga juga mengalami intimidasi hingga pemukulan fisik oleh aparat. (R-1)
Recent Comments