PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Puluhan anak muda berkumpul di Kopi Nako, Jalan Sultan Agung, Labuhan Ratu, Kedaton, melakukan kampanye membaca satu jam. Kegiatan ini digagas oleh Komunitas Kumpulbaca, berkolaborasi dengan Turun Tangan Lampung dan Jendela Lampung.
Pendiri Komunitas Kumpulbaca, Muhammad Rizko Fatra mengatakan, kegiatan kumpul bersama dan membaca selama satu jam di Kopi Nako merupakan kegiatan perdana di Lampung.
“Kumpulbaca ini awalnya berdiri di Jakarta sejak 2019, tapi kita buka acara offline di Lampung baru pertama ini,” ujar Rizko, Sabtu, 27 Juli 2024 saat ditemui di lokasi kegiatan.
Dia menjelaskan, gagasan Kumpulbaca ini muncul ketika melihat fenomena generasi muda yang saat berkumpul lebih sering bermain game, atau membuka handphone melihat media sosial dan membicarakan hal-hal yang terkadang tidak memberi impact positif.
“Dari situ saya mikir, kenapa nggak kita ngumpul dan membaca buku dulu, yang penting ada kegiatan positifnya. Intinya satu jam membaca. Kita selalu compare buka sosmed tiga jam aja bisa, masa membaca buku dua jam nggak bisa sih, gitu,” jelasnya.
Harapan Rizko tidak muluk-muluk, melalui kegiatan Kumpulbaca, dia ingin mengajak orang ramai-ramai untuk suka membaca buku. Sebab, lanjutnya, manfaat membaca buku sangat banyak, tidak hanya meningkat literasi dan edukasi, tetapi buku juga bisa menjadi sarana entertainment, memperkaya kosa kata, mencegah kepikunan, mengasah berpikir kritis dan kreatif.
“Membaca buku itu seperti olahraga buat otak, sesimpel itu goal Kumpulbaca mengajak orang suka membaca buku,” katanya.
Sharing Isi Buku dan Habit Membaca
Sekitar 30 peserta yang mengikuti kegiatan Kumpulbaca berasal dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar, mahasiswa, guru, wiraswasta, penulis, dan jurnalis. Mayoritas dari kalangan mahasiswa dan fresh graduate.
Setiap peserta diharuskan membaca minimal satu buku untuk dibaca selama satu jam, setelah itu kegiatan dilanjutkan dengan sharing tentang isi buku yang telah dibaca, serta berbagi pengalaman dalam mengasah habit membaca.
Salah satu peserta Cantika, mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Lampung (Unila) membaca buku berjudul “Is It Bad or Good Habits”. Menurutnya, saat ini sedang tertarik untuk mengetahui tentang habit baik atau buruk.
“Saya ingin mengetahui bagaimana sih caranya mengelola kebiasaan baik,” kata Cantika.
Peserta lainnya, Lala yang juga mahasiswa Unila mengaku sangat menyukai drama fantasi dan mitologi China.
“Makanya saya jadi tertarik untuk membaca buku The Girl Who Fell Beneath The Sea karya Axie Oh ini,” katanya.
Mahasiswa Institut Teknologi Sumatera (Itera), Safira menunjukkan buku The Island of Doctor Moreau karya H.G. Wells yang sedang dia baca.
“Saya sedang melatih kemampuan bahasa Inggris saya, jadi saya suka baca-baca buku berbahasa Inggris. Kadang saya sambil baca buka translate-an juga,” tuturnya saat mendapat giliran berbagi.
Rosya, mahasiswa UIN Raden Intan mengaku mulai memiliki kesadaran membaca ketika tulisan-tulisan singkatnya di Instagram diapresiasi banyak warganet.
“Aku suka menulis kata-kata mutiara atau kutipan-kutipan yang menarik di Instagram, eh kok banyak yang nonton sampai seribuan orang. Justru hal itu menyadarkan aku untuk lebih banyak membaca, akhirnya aku beli banyak buku,” kata Rosya yang juga Ketua Turun Tangan Lampung.
Zakir, yang berprofesi sebagai guru di Bandar Lampung juga ikut bergabung dalam kampanye membaca selama satu jam. Dia mengaku sebagai guru, dia memiliki kewajiban untuk banyak membaca.
“Apalagi kebetulan pelajaran yang saya berikan berbeda dengan latar belakang kuliah saya, jadi saya harus lebih banyak membaca dan belajar terus,” kata Zakir.
Penulis cerita fiksi yang telah menerbit beberapa karya novel, Laylha Wachyoenie juga berbagi tentang habit membacanya.
Laylha mengatakan, sudah suka membaca sejak SD, awalnya membaca komik dan buku Candy Candy.
“Sampai sekarang senang baca, biasanya sebelum tidur, kayak teman tidur. Jadi, buku itu selain jendela dunia juga teman tidur yang baik,” kata Laylha sambil tertawa.
Menurut Laylha, dia baru terjun di dunia kepenulisan selama empat tahun terakhir. Pada 2020 dia menerbitkan buku Negeri Di Atas Awan. Dia juga aktif menulis cerpen di platform Wattpad dengan nama pena MK. Laylha.
“Saya ingin merevisi buku saya Negeri di Atas Awan yang bercerita tentang mistis di Gunung Semeru. Makanya, saya membaca buku Hilang Dalam Dekapan Semeru sebagai referensi, atau riset kecil-kecilan untuk bahan revisi buku saya,” kata Laylha.
Dua novelnya lain yang baru-baru ini diterbitkan adalah Under Blanket dan Hwajeon Untuk Gyunghui. (RINDA/R-1)
Recent Comments