PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Banyak pertanyaan yang muncul di masyarakat tentang waktu yang tepat mengonsumsi obat-obatan herbal, apakah saat sakit, saat pemulihan atau saat sehat sebagai bentuk suplemen bagi tubuh.
Pertanyaan ini juga mencuat pada seminar kesehatan “Memanfaatkan Obat Herbal Menuju Indonesia Sehat” yang digelar oleh Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (Unila) dengan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Sabtu, 27 Mei 2023.
Salah satu peserta seminar, Kasio menanyakan kapan seseorang bisa mengonsumsi obat herbal karena kalau sakit selalu berobat ke dokter dan mendapat terapi obat-obat kimia.
Dua narasumber, yaitu Apt. Mohamad Kashuri, M.Farm., selaku Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik BPOM RI, serta Dr. Si. dr. Syazili Mustofa, M.Biomed., yang juga dosen Unila memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
dr. Syazili Mustofa menyatakan penggunaan suplemen herbal bisa untuk me-maintenance kesehatan atau juga sebagai komplemen atau tambahan obat-obatan secara formako terapi. Dia mencontohkan orang-orang yang sering terpapar asap rokok, atau pekerja yang terpapar debu berbahaya dengan kandungan oksidan tinggi, sangat dianjurkan untuk mengonsumsi suplemen.
Menurutnya, sebagian besar suplemen mengandung antioksidan yang baik untuk daya tahan tubuh. Walaupun tubuh manusia memiliki pertahanan terhadap oksidan berupa antioksidan endogen yang sifatnya enzimatik, seperti Superoksida dismutase (SOD) ataupun katalase, dan yang nonenzimatik seperti glutation, tetapi karena paparan oksidan dari lingkungan sangat tinggi, maka tubuh membutuhkan antioksidan tambahan dari luar.
“Nah, antioksidan tambahan ini bisa kita dapatkan dari diet kita sehari-hari dari tanaman atau tumbuhan yang berwarna terang, kita juga bisa mengonsumsi antioksidan yang sudah lulus dari BPOM yang bisa direkomendasikan. Kalau dari kedokteran misalkan quarcetin, vitamin C, itu adalah antioksidan eksogen yang bisa menopang kesehatan tubuh kita,” ujar dr. Syazili Mustofa.
Pada bahan alami, quarcetin terdapat pada sayuran brokoli, tomat, apel, kakao, anggur, bawang, beri, jeruk dan paprika.
Suplemen herbal juga bisa ditambahkan pada saat pengobatan, kata dr. Syazili, misalnya, bagi orang dengan diabetes, selain mengonsumsi obat dari dokter juga bisa mengonsumsi suplemen serat sehingga metabolisme glukosa bisa membaik.
Suplemen Herbal Untuk Penyembuhan
Sementara, Mohamad Kashuri mengatakan, obat herbal bisa dikonsumsi untuk semua kondisi, saat sehat sebagai suplemen bagi tubuh, atau saat sakit dengan tujuan kuratif (penyembuhan). Namun, Kashuri mengingatkan proses penyembuhan dengan mengonsumsi obat-obatan herbal tidak instan. Bergantung kepada kecepatan obat tradisional tersebut dalam menumbuhkan sel atau memperbaiki sel yang sakit atau lebih cepat penyakitnya yang menggerogoti pasien.
“Oleh karena itu untuk yang kuratif ini mungkin yang sudah kategori minimal obat herbal terstandar atau fitofarmaka yang memang sudah terevaluasi manfaat dan khasiatnya,” tutur Kashuri.
Kenapa dianjurkan Obat herbal terstandarisasi (OHT) dan fitofarmaka? Sebab OHT sudah melalui uji preklinis pada hewan, dan fitofarmaka sudah melalui uji klinis pada manusia sehingga terjamin khasiat dan manfaatnya bagi tubuh manusia.
Untuk tujuan preventif atau pencegahan penyakit, kata Kashuri bisa dengan mengonsumsi jamu secara rutin setiap hari, misalnya kunyit sebagai upaya memperbaiki liver, pencernaan dan daya tahan tubuh.
“Upaya mencegah dengan membiasakan minum jamu itu sangat baik. Saya juga dari kecil ikut ibu saya minum jamu kunyit asem, saya ikut minum aja, setelah belajar ternyata ini baik untuk pencernaan dan untuk daya tahan tubuh,” ujarnya. (RINDA/R-1)
Recent Comments