PORTALLNEWS.ID – Kasus rabies pada balita dan anak-anak banyak terjadi di Indonesia. Sebelumnya balita di Sikka, Nusa Teggara Timur (NTT) meninggal karena rabies, baru-baru ini kembali seorang balita dari Desa Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali juga meninggal dunia karena rabies.
Dilansir dari who.int, situs resmi World Health Organization, menyatakan anak-anak usia antara 5 dan 14 tahun sering menjadi korban rabies.
Memvaksinasi anjing, termasuk anak anjing merupakan strategi yang paling tepat mencegah rabies karena menghentikan penularan pada sumbernya.
Namun, pendidikan tentang perilaku anjing dan pencegahan gigitan anjing pada anak-anak dan orang dewasa juga menjadi tindak lanjut penting dari program vaksinasi rabies agar dapat mengurangi kejadian rabies pada manusia.
Dilansir dari Jawa Pos, Dr.dr. Novie Homenta Rampengan, Sp. A (K), DTM&H, MCTM(TP) selaku Anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memaparkan, lebih dari 95 persen kasus rabies pada manusia diakibatkan oleh gigitan anjing. Oleh sebab itu, masyarakat harus mengetahui prilaku anjing yang diduga terkena rabies sehingga dapat terhindar dari gigitan dan penularan rabies.
“Salah satu gejala rabies yang paling khas adalah anjing mendadak jadi ganas. Perilakunya berubah jadi beringas, tak seperti biasanya,” ujar dr. Novie, Sabtu (17/6/2023).
Perubahan perilaku anjing juga mudah dikenali, anjing yang biasa patuh pada tuannya, tiba-tiba menjadi tidak patuh. Suka menghindar, mudah kaget. Kemudian bila ada provokasi, langsung menyerang.
Anjing rabies biasanya kerap menggigit benda-benda mati seperti kayu atau batu. Gejala lainnya, anjing takut pada cahaya (fotofobia) dan takut pada air (hidrofobia).
Secara fisik, anjing yang kena rabies juga bisa dilihat ciri-cirinya, seperti hidung anjing kering, mengeluarkan air liur yang banyak bahkan mulut berbusa, kemudian pada akhirnya akan terjadi kelumpuhan dan mati. Umumnya mati dalam waktu 10-14 hari.
“Jika melihat tanda-tanda tersebut pada anjing, sangat disarankan untuk tidak berinteraksi dengan anjing tersebut,” kata dr. Novi.
Gejala Rabies pada Manusia
WHO menyatakan, rabies adalah penyakit virus zoonosis yang dapat dicegah dengan vaksin yang mempengaruhi sistem saraf pusat. Begitu gejala klinis muncul, maka rabies hampir 100% fatal.
Hingga 99% kasus rabies di dunia ditularkan oleh anjing peliharaan. Rabies menular ke manusia melalui air liur, biasanya melalui gigitan, cakaran, atau kontak langsung dengan mukosa seperti mata, mulut, atau luka terbuka.
Masa inkubasi rabies biasanya 2-3 bulan, tetapi dapat bervariasi dari 1 minggu sampai 1 tahun, tergantung pada faktor lokasi masuknya virus dan viral load (jumlah virus dalam darah).
Gejala awal rabies berupa demam, nyeri dan kesemutan, tusukan, atau sensasi terbakar yang tidak biasa di lokasi luka gigitan atau cakaran. Saat virus berpidah ke sistem saraf pusat, maka radang otak dan radang sumsum tulang belakang berkembang secara progresif dan berakibat fatal menyebabkan kematian. Rabies klinis pada manusia dapat dikelola, tetapi sangat jarang disembuhkan.
Rabies ada dua jenis, yaitu rabies ganas yang menyebabkan perilaku hiperaktif, bersemangat, halusinasi, kurangnya koordinasi, hidrofobia (takut air), aerofobia (takut angin atau udara segar). Kematian terjadi setelah beberapa hari karena henti jantung atau henti nafas.
Kedua, rabies paralitik. Bentuk rabies ini memiliki gejala yang lebih lama dibanding bentuk ganas. Otot berangsur-angsur menjadi lumpuh, dimulai dari lokasi luka, lalu koma dan akhirnya terjadi kematian.
Rabies paralitik menyumbang sekitar 20% dari total kasus pada manusia. Bentuk rabies yang menyebabkan lumpuh ini sering salah didiagnosis sehingga berkontribusi pada berkurangnya pelaporan penyakit rabies.
Pengobatan Rabies
Apa yang dilakukan ketika terjadi kontak dengan hewan yang diduga rabies? WHO memberikan panduan Profilaksis Pasca Pajanan (PEP), yaitu tanggap darurat atau pengobatan terhadap pajanan rabies untuk mencegah virus memasuki sistem saraf pusat. Sebab, saat virus sudah memasuki saraf pusat, hampir 100% berakhir dengan kematian.
Jika dicurigai pasien kontak dengan hewan rabies, maka lakukan PEP dengan:
1. Mencuci luka menggunakan air dan sabun selama 15 menit.
2. Merawat luka lokal sesegera mungkin setelah dugaan paparan.
3. Segera dapatkan rangkaian vaksin rabies yang manjur dan efektif yang memenuhi standar WHO di puskesmas atau rumah sakit terdekat.
4. Segera dapatkan imunoglobulin rabies (RIG) atau antibodi monoklonal ke dalam luka sebanyak mungkin secara anatomis, dan RIG yang tersisa harus disuntikkan pada tempat intramuskuler yang jauh dari tempat inokulasi vaksin. Kombinasi vaksin rabies dan RIG hampir seluruhnya dapat mencegah perkembangan penyakit secepat mungkin.
WHO juga memberikan rekomendasi khusus PEP sesuai kategori paparan, yaitu :
Kategori 1
Menyentuh atau memberi makan hewan, serta jilatan hewan pada kulit utuh (tanpa luka). Cukup dengan mencuci permukaan kulit yang terbuka menggunakan air dan sabun selama 15 menit, tanpa PEP.
Kategori ll
Mengalami gigitan pada kulit yang terbuka, goresan kecil atau lecet tanpa pendarahan. Lakukan pencucian luka dan vaksinasi segera.
Kategori lll
Gigitan atau goresan transderma tunggal atau ganda, kontminasi selaput lendir atau kulit yang rusak dengan air liur dari jilatan hewan, serta paparan langsung dengan kelelawar (paparan parah). Segera cuci luka, segera vaksinasi, dan berikan imunoglobulin rabies/antibodi konoklonal (RIG).
Sangat dianjurkan, bagi masyarakat yang mengalami gigitan atau cakaran hewan untuk segera berobat ke puskesmas atau rumah sakit terdekat agar dapat diberikan pengobatan rabies. (R-1)
Recent Comments