PORTALLNEWS.ID (Lampung Selatan) – Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Institut Teknologi Sumatera (ITERA) melatih masyarakat Bandar Agung, Jati Agung Lampung Selatan membuat biskuit jamur tiram putih dan labu kuning (J-Laning).
Olahan dari jamur tiram putih dan labu kuning ini dapat menjadi camilan mencegah stunting pada balita dan anak-anak. Selain memiliki rasa yang lezat, dua bahan pangan ini kaya akan protein, vitamin dan mineral.
Dilansir dari itera.ac.id, pelatihan Pembuatan Biskuit Pangan Fungsional dan Mikoprotein Jamur Tiram Putih dan Labu Kuning (J-Laning) diikuti oleh belasan kader posyandu Desa Banjar Agung, Jati Agung, Lampung Selatan, Kamis (8/6/2023).
Tim dosen PKM ITERA beranggotakan apt. Gayatri Simanullang, S.Farm, M.Si., apt. Untia Kartika Sari, S. Farm, M.Farm., apt. Riri Fauziyya, S.Farm., M.Farm., dan apt. Annisa Maulidia Rahayyu S.Farm, M.Farm. Kegiatan PKM ini juga melibatkan lima mahasiswa ITERA.
Dalam pemaparannya, Apt. Untia Kartika Sari menjelaskan, jamur tiram putih memiliki potensi sebagai pangan fungsional antistunting karena selain memiliki rasa yang lezat, juga kaya akan nutrisi. Jamur tiram putih mengandung protein, karbohidrat, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, vitamin B5, vitamin B7, vitamin C, mineral, dan beberapa asam amino.
Begitu juga dengan labu kuning yang dapat menjadi pilihan sebagai Makanan Pendamping ASI (MPASI) antistunting karena kaya serat pektin, beta karoten, vitamin A, vitamin B, vitami C, vitamin E, serta beberapa jenis mineral kalsium, fosfor, besi dan seng.
“Apalagi jamur tiram putih dan labu kuning memiliki harga yang terjangkau di pasaran,” ujar Untia.
Dia berharap, dengan pelatihan pembuatan biskuit jamur tiram putih dan labu kuning bisa membantu ibu-ibu menyediakan camilan enak, sehat, dan bergizi untuk anak-anak mereka.
Dalam penyuluhan Dampak Stunting pada Balita, tim dosen Prodi Farmasi ITERA tersebut juga menjelaskan tentang pengertian stunting dan ciri-ciri stunting pada anak.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Ciri-ciri anak yang mengalami stunting diantaranya tinggi tubuh dibawah rata-rata, mengalami gangguan tumbuh kembang dan kesehatan, tingkat intelegensi tidak optimal, terlihat lemas terus menerus dan kurang aktif.
Beberapa penyebab stunting pada anak adalah asupan makanan yang tidak bergizi, kurangnya gizi pada ibu hamil, kebersihan dan higienitas yang tidak terjaga, infeksi virus dan bakteri, serta ekonomi keluarga rendah.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementrian Kesehatan menunjukkan prevelensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6 % pada 2022. Sementara prevelensi stunting di Provinsi Lampung memiliki tren positif, yaitu 15,2% dan menempati peringkat ke-3 provinsi dengan stunting terendah di Indonesia.
Pemerintah Provinsi Lampung kembali menargetkan penurunan angka stunting pada balita hingga 14% pada 2024. (R-1)
Recent Comments