PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Dalam tiga tahun, Tim Konservasi Rusa Universitas Lampung (Unila) berhasil mengembangbiakkan enam Rusa Timor. Satwa langka bernama latin Cervus timorensis ini melahirkan secara alami di Penangkaran Rusa Unila.
Dengan kelahiran enam Rusa Timor sejak 2020, maka jumlah Rusa Timor di Penangkaran Unila berjumlah dua belas ekor, terdiri dari lima jantan dan tujuh betina.
Ketua Tim Konservasi Rusa Unila, Bainah Sari Dewi mengatakan, dari enam Rusa Timor yang lahir di penangkaran Unila selama tiga tahun terakhir, empat diantaranya berkelamin betina dan dua berkelamin jantan.
“Enam rusa tersebut bernama Kiki dan Rommy yang lahir pada 2020, lalu Asep dan Sefti lahir pada 2021, Yani lahir pada 2022, dan Sutikno lahir pada 2023,” urai Bainah Sari Dewi saat memaparkan materi dalam Seminar Nasional Tahunan Rusa, Selasa (17/1/2022).
Sedangkan indukan Rusa Timor dan anakan yang lahir pada tahun-tahun sebelumnya diberi nama-nama pimpinan Unila, diantaranya Sugeng, Karomani, Lusi, dan Irwan.
Seminar yang digelar hybrid ini diselenggarakan oleh Tim Konservasi Rusa Unila dan Peer Group Konservasi Jurusan Kehutanan Unila. Dibuka oleh Dekan Fakultas Pertanian Unila, Prof. Irwan Sukri Banuwa.
“Penangkaran Rusa Unila juga menjadi lokasi riset enam mahasiswa Jurusan Kehutanan Unila dalam tiga tahun terakhir ini,” ujar Bainah Sari Dewi.
Dia menjelaskan, Tim Konservasi Rusa Unila melaksanakan tugas berdasarkan Keputusan Rektor Unila Nomor 251/UN26/OT/2020 tanggal 13 Januari 2020 yang merupakan kelanjutan dari Tim Pengelola Rusa yang dibentuk pada 2001 lalu.
Menurutnya, pengelolaan rusa di Unila juga telah dibukukan dalam empat judul buku, diantaranya memegang hak cipta. Judul buku tersebut adalah Upaya Konservasi (2020), Pengalaman Baik Mengelola Rusa di Unila (2022), Konservasi Rusa di Unila (2022), dan Perilaku Harian Rusa di Penangkaran Rusa Unila (2023).
Selain Bainah Sari Dewi, juga hadir narasumber Kepala BKSDA Bengkulu Hifzon Zawahiri, dan Guru Besar Kehutanan Unila Sugeng P Harianto.
Kepala BKSDA Bengkulu, Hifzon Zawahari mengingatkan pentingnya penandaan pada rusa hasil penangkaran. Pemberian tanda bersifat permanen pada bagian tumbuhan maupun satwa hasil penangkaran dapat menggunakan teknik tagging/banding, cap (marking), transponder, pemotongan bagian tubuh, tatto, dan label dengan kode berupa nomor, huruf, atau gabungan nomor dan huruf.
“Pemasangan tagging dapat membedakan identitas antara induk dengan induk lainnya, juga antara anak dengan anakan lainnya,” kata Hifzon Zawari.
Seminar bertema “Penangkaran Rusa Dalam Mendukung Upaya Konservasi” tersebut diikuti oleh 203 peserta dari fakultas/jurusan kehutanan se-Indonesia. Turut hadir Kepala BKSDA dan Taman Nasional se-Indonesia, dinas kehutanan, praktisi, penggiat dan LSM Kehutanan dan Lingkungan dari berbagai daerah di Indonesia. (RLS/R-1)
Recent Comments