PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Ketua Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Lampung Vina Oktavia menegaskan bahwa kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) hanya sekedar menjadi tools dalam penulisan berita jurnalistik agar lebih efesien. Namun, “ruh” tulisan tetap bergantung kepada jurnalisnya.
Hal tersebut disampaikan Vina saat menjadi narasumber pada diskusi “People Vs Sistem : Bagaimana kecerdasan Artificial Membantu Kualitas Produk Jurnalistik” yang digelar di Kopdit Mekar Sai Bandar Lampung, Selasa, 6 Mei 2025.
Kegiatan ini merupakan kolaborasi Lampung Geh Academy dengan Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Bandar Lampung dalam rangka memperingati Hari Pers Dunia, diikuti oleh 20 peserta dari kalangan mahasiswa dan jurnalis.
Vina membagi sekilas informasi tentang perkembangan AI di dunia dan Asia. Vina yang juga jurnalis kompas.id ini baru saja mengikuti Gulf Information Technology Exhibition (GITEX) Asia di Singapura.
Menurut Vina, perkembangan AI di dunia sangat cepat. Selain Amerika dan Eropa, sekarang negara-negara Asia juga bersatu untuk menjadi pusat inovasi AI, seperti China dengan Arab Saudi, termasuk Singapura dan Vietnam yang melihat AI bukan sebagai ancaman, melainkan potensi ekonomi.
“Vietnam berani menargetkan 30 persen pendapatan negara mereka dari teknologi AI. Setiap tahun, Vietnam membutuhkan 50 ribu tenaga kerja yang paham AI dan disebar di seluruh wilayah Vietnam,” jelasnya.
Selanjutnya, Vina memaparkan pemanfaatan AI dalam kerja jurnalistik, diantaranya untuk transkrip data dan penerjemah otomatis, seperti menggunakan ChatGPT dan Deepting. AI juga bisa membantu jurnalis membaca data dalam dokumen besar, serta membantu membuat laporan berdasarkan basis data yang diinput atau berikan oleh jurnalis.
“Kita sebagai jurnalis bisa memanfaatkan AI sebagai tools dan menghasilkan karya jurnalistik yang lebih bagus, tetapi jurnalis tetap harus mengedit tulisannya dan memastikan akurasi data, karena AI tidak bisa menggantikan ruh jurnalisme dan AI tidak bisa menulis dengan jiwa,” kata Vina.
Dengan bantuan AI sebagai tools, maka jurnalis punya lebih banyak waktu untuk melakukan wawancara dan mengumpulkan data untuk berita-berita indepth dan investigatif.
Kompas sendiri, lanjut Vina telah memanfaatkan kecerdasan buatan dalam penulisan catatan redaksi dengan menambahkan catatan bahwa tulisan tersebut menggunakan bantuan mesin kecerdasan buatan generatif, serta tetap melalui proses pemeriksaan dan editing oleh editor Kompas.
“Ini sebagai bentuk kejujuran dari Kompas bahwa tulisan tersebut menggunakan generate kecerdasan buatan dengan diawasi oleh redaktur untuk akurasi dan verifikasi datanya,” jelas Vina.
Hal senada disampaikan oleh Budisantoso Budiman dari AJI Bandar Lampung, bahwa kerja jurnalis adalah kerja nurani, yang tidak akan pernah bisa digantikan oleh AI.
“Bagaimana Mbak Vina meliput korban banjir yang dipegang melepuh, dan hanya ditumpuk jasadnya, nggak tahu itu jasad siapa, bagaimana itu rasanya, sedihnya luarbiasa, kondisi itulah yang harus dituliskan oleh seorang jurnalis,” jelas Budi.
Dia menegaskan jika jurnalis sampai tidak ada lagi, maka kebenaran juga akan ikut mati, karena kerja jurnalis adalah menyampaikan pesan-pesan kebenaran, seperti yang dilakukan oleh dai, dan orang-orang baik lainnya.
Kreator Konten Lampung Geh, Pindo Riski Saputra memaparkan tentang kehadiran AI yang mengubah cara produksi, distribusi dan konsumsi informasi dan berita.
Pemanfaatan AI di industri media, diantaranya pembuatan konten otomatis, personalisasi konten, penyaringan dan verifikasi data. Di sisi lain, terdapat tantangan AI di era digital ini, seperti disinformasi dan deepfake, kurangnya akurasi dan konteks, bias algoritma, serta ketergantungan berlebihan terhadap AI.
Solusinya, lanjut Pindo, dibutuhkan etika dan regulasi yang ketat terkait penggunaan AI dalam penulisan berita jurnalistik, verifikasi dan kurasi harus dilakukan oleh manusia, perlunya pendidikan AI dan literasi digital, serta kolaborasi AI dengan manusia.
“Kita jangan menganggap AI sebagai musuh, kita terima dulu AI, kita pelajari, dan kita menjadi pelaku yang memanfaatkan AI tersebut,” tegas Pindo.
Arif Fianto, sebagai perwakilan tim Lampung Geh menyampaikan, Lampung Geh Academy berkolaborasi dengan AJI Lampung menggelar diskusi ini untuk melihat apakah AI berpengaruh dalam jurnalistik dan apa dampak positif dan negatifnya bagi dunia jurnalisik.
Sementara, Dian Wahyu Kusuma selaku Ketua AJI Bandar Lampung mengatakan, kegiatan ini dalam rangka memperingati Hari Kebebasan Pers Dunia yang jatuh pada 3 Mei 2025. AJI Indonesia bergabung dengan jurnalis muda dari banyak media telah melakukan banyak kegiatan, diantaranya aksi, diskusi, nobar, longmarch, dan di Lampung berupa kegiatan diskusi peran AI dalam industri media. (RIN/R-1)