PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Institut Teknologi Sumatera (Itera) menyelenggarakan Sarasehan Gubernur se-Sumatera di Aula Gedung Kuliah Umum 1, Senin, 7 Oktober 2024. Kegiatan ini merupakan rangkaian peringatan Dies Natalis ke-10 Itera.
Dalam sarasehan, Itera mengangkat dua topik tentang masa depan, yaitu mitigasi kebencanaan di Sumatera dan kemajuan teknologi digital. Dua narasumber ahli yang dihadirkan adalah Dr. Harkunti P Rahayu selaku Ketua Umum Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) dan juga Scientific Committee for UN Ocean Decade Tsunami Program 2021-2030, menyampaikan materi tentang Pusat Mitigasi Gempa Tsunami Sumatera. Lalu, Guru Besar Bidang Keamanan Siber dan Pervasif Komputing/Hardware Security Itera Dr. Eng Sarwono Sutikno yang memaparkan tentang Peranan Artificial Intelligece (AI) untuk Kemajuan Kabupaten di Provinsi Lampung.
Harkunti Rahayu menjelaskan alasan kenapa diperlukannya Pusat Mitigasi Gempa dan Tsunami Sumatera di Itera karena Sumatera merupakan daerah yang rawan bencana, terutama gempa bumi dan tsunami.
“Total kerugian dan kerusakan akibat becana itu yang paling besar adalah karena gampa bumi, tsunami dan banjir. Oleh sebab itu, sebenarnya dibutuhkan satu lembaga khusus yang menangani gempa bumi dan tsunami,” ujarnya.
Menurutnya, isu megathrust diangkat untuk mengingatkan semua orang akan potensi bencana besar yang akan terjadi. Di Sumatera sendiri terdapat dua sumber gempa yaitu patahan semangko dan megathrust. Gempa megathrust yang terjadi karena tumbukan lempeng tidak hanya berpotesi melepaskan gempa besar, tetapi juga gempa-gempa menengah dan kecil.
Harkunti menjelaskan sekilas sejarah gempa di zona patahan Sumatera, diantaranya gempa dan tsunami Aceh pada 2004 yang menjadi bencana terbesar di Samudera Hindia, lalu gempa Padang yang terjadi pada 2009 dan gempa Pidie Jaya Aceh pada 2016.
Sementara, dukungan terhadap mitigasi bencana di Indonesia masih rendah, saat terjadi bencana, semua sibuk melakukan penanganan, tetapi setelahnya lupa. Hal ini menyebabkan problem klasik selalu berulang, yaitu budaya membangun yang salah. Bangunan-bangunan di wilayah rentan gempa tidak menggunakan teknologi antigempa atau tahan gempa.

“Pusat Mitigasi Gempa dan Tsunami Sumatera ini dibuat dengan visi menjadi pusat Iptek yang menghasilkan penemuan dan inovasi dalam pengembangan sains dan teknologi mitigasi gempa dna tsunami Sumatera yang unggul dan terpandang di tingkat lokal, nasional dan diakui secara internasional,” ujar Harkunti.
Tentu saja, inovasi tersebut akan berkontribusi secara signifikan dalam menciptakan kondisi masyarakat Indonesia yang lebih aman dari ancaman bencana, khususnya bencana gempa dan tsunami Sumatera.
Ada delapan produk unggulan yang akan dihasilkan oleh Pusat Mitigasi Gempa dan Tsunami Sumatera, yaitu informasi karakter sumber gempa Sumatera, informasi fungsi atenursi Sumatera, informasi bahaya gempa dan tsunami Sumatera, informasi respon bangunan dan infrastruktur terhadap gempa, asesmen risiko gempa Sumatera, pedoman integrasi risiko bencana gempa bumi ke dalam rencana tata ruang, dan pedoman integrasi risiko bencana gempa bumi ke dalam perencanaan pariwisata.
“Sedangkan produk teknologinya berupa asesmen mikrozonasi gempa kota besar di Sumatera, rancngan bangunan tahan gempa, sistem instrumentasi pengamatan goncangan tanah, sistem instrumentasi pengamatan deformasi, dan sistem informasi peringatan dini gempa dan tsunami,” jelasnya.
Satu Dekade Perjalanan Itera
Dalam sarasehan, Rektor Itera Prof. I Nyoman Pugeg Aryantha memaparkan perjalanan dan perkembangan Itera hingga usia 10 tahun. Dia menjelaskan tentang visi dan misi Itera untuk menjadi kampus yang kuat, maslahat dan bermartabat. Itera memiliki modal berupa 273 hektar lahan, bangunan infastruktur, 20.000 mahasiswa, 580 dosen, 350 tenaga kependidikan, 41 program studi dan 3 fakultas. Itera juga memiliki 4 research center, 10 academic support center, dan 85 laboratorium.
“Itera menghasilkan sarjana science, technology, engineering and mathematics. Semua prodi Itera copy paste dari ITB untuk menghasilkan engineering membangun Sumatera,” katanya.
Menurut Pugeg, Itera juga memiliki komitmen untuk keberlanjutan lingkungan atau green campus. Hal ini ditanamkan kepada semua mahasiswa Itera, mahasiswa Itera harus memahami isu pemanasan global yang terjadi, dan karbon dioksida yang meningkat drastis.
“Di tingkat 1 mereka harus mengambil mata kuliah wajib Lingkungan Hidup Sumatera, mereka diwajibkan menanam pohon, mengambil data dan membuat laporan,” ujarnya.
Itera juga menerapkan konsep konservasi aquatik dengan memiliki 7 embung di dalam kampus, serta konservasi teresterial dengan memiliki Kebun Raya Itera. Untuk ketahanan energi, mahasiswa dibekali dengan pembelajaran tentang energi terbarukan, seperti energy forest/biomass energy, serta memiliki energi surya terbesar di Indonesia.
Itera menerapkan water saving dan daur ulang air dengan memanfaatkan air wudhu menjadi air yang bisa dialirkan ke embung dan untuk menyiram tanaman, memiliki inovasi pengelolaan sampah terpadu yang terintegrasi dengan tanaman agro Integrated Waste and Agro Center (IWACI).
“Mahasiswa tidak hanya diajarkan teori, tetapi juga dikuatkan di praktek. Semua inovasi yang dilakukan Itera ini menjadi wadah praktek dan penelitian bagi mahasiswa dan dosen Itera,” jelas Pugeg.
Dia melanjutkan, saat ini Itera sedang melakukan inovasi penanaman padi di lahan kering karena kondisi lahan Sumatera yang dominan lahan kering. Padi tersebut ditanam di lahan seluas 100 meter persegi dengan menggunakan mulsa dan irigasi terkendali.
“Mudah-mudahan ini nanti bisa kami sumbangkan untuk Lampung dan Sumatera, berdasarkan kalkulasi kami dalam 1 hekater bisa menghasilkan padi sebanyak 10 ton,” ujar Pugeg.
Engineering Itera juga didorong untuk menciptakan mesin-mesin pertanian untuk mendukung ketahanan pangan daerah baik melalui indoor farming maupun smart farming.
Sarasehan Gubernur se-Sumatera ini dihadiri oleh Penjabat Gubernur Lampung diwakili oleh Ir. Zainal Abidin, MT (Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan); Penjabat Gubernur Sumatera Barat diwakili oleh Drs. Jasman, M.M (Staf Ahli Gubernur Bidang Hukum, Politik dan Pemerintahan); Penjabat Gubernur Riau diwakili oleh Tengku Zul Effendi, S.H,. M.Si. (Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi dan Keuangan).
Lalu, Penjabat Gubernur Sumatera Utara diwakili oleh Asisten Bidang Administrasi Umum, Ir. Lies Handayani Siregar, M.MA; Penjabat Gubernur Sumatera Selatan diwakili oleh Kepala Bappeda, Ibu Regina Ariyanti, S.T., serta penjabat bupati/walikota se-Provinsi Lampung dan jajaran pimpinan Itera beserta sivitas akademika. (RINDA/R-2)
Recent Comments