PORTALLNEWS.ID (Lampung Selatan) – Tim dosen Institut Teknologi Sumatera (ITERA) meluncurkan Smart Farming System atau pertanian cerdas berbasis internet of thing (IoT) dan artificial intelligence (AI) untuk mengendalikan kondisi lingkungan tanaman, serta pemupukan dengan dosis tepat dan presisi sesuai kebutuhan tanaman.
Smart Farming System yang dikembangkan di dalam Kebun Raya ITERA ini merupakan hasil kolaborasi antara akademisi ITERA dengan pihak industri melalui kegiatan matching fund Kedaireka dari Kemendikbudristek.
Ketua Proyek Smart Farming System, Zunanik Mufidah, S.TP., M.Si., mengatakan, proyek dimulai sejak September 2022 dengan suntikan Rp570 juta dari Kemendikbudristek. Waktu yang cukup singkat sekitar 3,5 bulan menjadi tantangan tersendiri bagi tim yang melibatkan 10 dosen dan 20 mahasiswa merdeka belajar kampus merdeka (MBKM) ITERA ini.
“Waktu dan finansial menjadi tantangan luarbiasa bagi kami. Diawal proyek kami bekerjasama dengan PT. Kharisma Agri Inovasi, tetapi dalam perjalan kami menggandeng mitra-mitra lain untuk mengatasi kendala tersebut, yaitu PT East West Seed dan Politeknik Pembangunan Pertanian,” ujar Zunanik Mufidah dalam sambutannya, Selasa (13/12/2022).
Peluncuran Smart Farming System di Kebun Raya ITERA dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Mahasiswa ITERA Prof. Khairurrijal. Hadir Sekretaris Jurusan Teknologi Produksi dan Industri, tim dosen, mahasiswa, serta pihak industri, yaitu Chief Operating Officer PT. Kharisma Agri Inovasi Abdullah Taufiq Kharisma, dan Senior Product PT. East West Seed Indonesia (Ewindo) Ferry Ferdiandito.
Zunanik menjelaskan, Smart Farming System diterapkan pada green house seluas 20×30 meter persergi yang berisi 400 bibit melon varietas Golden Alisha. Green house dilengkapi dengan perangkat teknologi berupa kamera, exhaust fan, cooling fan, pompa nutrisi, dan irigasi tetes. Semuanya dilengkapi dengan sensor controlling dan monitoring yang terhubung ke internet.
“Aplikasi Smart Farming System memiliki beberapa fitur, diantaranya switching itu untuk memberikan pupuk, ada cooling fan, exhaust fan, pompa nutrisinya, kemudian monitoring itu tadi semua kelembapan udara, suhu lingkungan, nutrisi, semuanya sudah ada. Jadi, walaupun saya ke Jakarta, saya bisa memantau kondisi green house tersebut melalui handphone,” tuturnya.
Dia juga memaparkan teknis pertanian pintar menggunakan teknologi internet tersebut. Menurut dia, semua data dan foto tentang kondisi ideal tanaman telah dimasukkan ke dalam sistem, selanjutnya kamera akan meng-capture gambar daun pada tanaman dan diolah oleh AI. AI melanjutkan informasi yang telah diolah ke sensor, lalu sensor membaca intruksi dan melanjutkan intruksi ke mikrokontroler yang telah dipasang pada perangkat di green house.
“Misalnya gambar dari kamera menunjukkan daun berwarna kuning, maka sensor akan mengintruksikan untuk menambah nutrisi pupuk sesuai kebutuhan tanaman,” jelasnya.
Untuk suhu, pihaknya menyeting suhu green house antara 25-30 derajat celcius sesuai suhu terbaik untuk pertumbuhan melon. Jika suhu green house diatas 30 derajat celcius, maka exhaust fan otomatis akan menyala sehingga suhu terjaga pada suhu ideal tumbuh kembang tanaman melon.
Menurutnya, penerapan Smart Farming System ini dapat menjadi solusi keterbatasan SDM di bidang pertanian, serta efesiensi penggunaan pupuk. Hal ini tentu juga berdampaknya pada rendahnya biaya operasional yang dikeluarkan.
“Smart farming ini sebenarnya low cost karena tidak membutuhkan banyak tenaga kerja, semua juga dilatarbelakangi sulitnya mendapatkan SDM untuk pertanian, siapa sekarang yang mau jadi petani? Selain itu, penggunaan pupuk lebih presisi, sesuai kebutuhan tanaman, harga pupuk naik, pupuk langka, nah dengan penggunaan pupuk yang tepat maka lebih efesien,” urainya.
Namun, dia mengaku inventasi awal Smart Farming System membutuhkan modal yang besar, seperti untuk membangun insfasruktur green house berikut sistem dan perangkat teknologinya.
Saat ini, pihaknya sudah mendaftarkan empat hak cipta untuk produk teknologi yang merupakan turunan dari Smart Farming System, dengan luarannya nantinya adalah lima hak cipta dan satu hak paten.
Dibutuhkan Industri Pertanian
Sementara itu, Chief Operating Officer PT. Kharisma Agri Inovasi Abdullah Taufiq Kharisma mengatakan, pihaknya tertarik berkolaborasi dengan ITERA karena penelitian yang dilakukan dosen ITERA inline dengan lini bisnis perusahaannya.
Salah satu produk mereka yang mirip dengan Smart Farming System adalah Crop Hero, berupa perangkat canggih yang dapat memantau kondisi lingkungan pertanian untuk menangkap kondisi suhu, kelembapan, intensitas cahaya, curah hujan, dan ph tanah lahan pertanian.
“Produk Crop Hero, itu produk kami, ada sedikit kemiripan dengan yang dibuat disini, tetapi secara dasar berbeda sekali. Pada kolaborasi penelitian ini, kami mengharapkan dosis system, yaitu sistem nutrisi tanaman berbasis digital, kami juga sedang melakukan riset ke arah sana,” kata Kharisma.
Melalui penelitian kolaborasi ini, dia berharap tercipta produk hilir yang dapat dikomersilkan dan membantu dunia industri pertanian untuk lebih efektif dan efesien dalam pengelolaan lahan pertanian, terutama dalam dosis pemupukan yang tepat sesuai kebutuhan tanaman.
“Insyallah kami akan berusaha untuk mengkomersilkan, tentu kami juga perlu melakukan analisis ekonomi, operasional, sistem, manajemen, tujuan akhirnya memang pengennya kita jadikan revenue stream, tapi masih perlu waktu yang cukup panjang, karena perlu step-step yang masih panjang,” tuturnya.
Warek Akademik dan Kemahasiswaan ITERA, Khairurrijal mengatakan, saat ini, ITERA baru berhasil meloloskan satu proposal matching fund Kedaireka dengan kegiatan penelitian berjudul “Pengembangan dan Penerapan Smart Farming System berbasis Internet of Things (IoT) untuk Efesiensi Penggunaan Pupuk sesuai Kebutuhan Tanaman dan Kendali Lingkungan di PT Kharisma Agri Inovasi.”
Dia menyatakan, ke depan, ITERA akan mengundang dosen peneliti berpengalaman yang telah berhasil mendapatkan matching fund Kedaireka untuk berbagi ilmu dan pengalaman dengan dosen-dosen ITERA.
“Kami sudah mengudang orang-orang yang biasa mendapatkan Kedaireka dan menularkan ilmu tersebut kepada dosen-dosen di ITERA. Kemudian, kami juga mendorong dosen-dosen untuk mengajukan proposalnya,” ujarnya. (RINDA/R-1)
Recent Comments