PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Festival Wisata Hutan Tahun 2023 yang digelar Dinas Kehutanan Provinsi Lampung mempromosikan wisata petualang dalam kawasan hutan dengan tetap menjaga kelestarian dan kealamian hutan.
“Pengelolaan wisata di dalam hutan ini harus diawasi secara khusus karena memiliki karakteristik tersendiri. Tidak diarahkan ke wisata massal, tetapi wisata khusus sehingga keindahan bentang alam, kejernihan air, kesejukan alam, keanekaragaman flora dan fauna, serta kondisi hutannya harus tetap dipertahankan dan dijaga kealamianya,” ujar Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, Yanyan Ruchyansyah saat menyampaikan laporan pada acara Launching Festival Wisata Hutan Tahun 2023, Senin (3/7/2023), di Ballroom Hotel Swiss Bell Bandar Lampung.
Rangkaian Festival Wisata Hutan dilaksanakan selama 7 hari, 3-9 Juni 2023, berpusat di Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul Rachman. Terdapat 17 stand Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang menampilkan dan menjual hasil hutan, produk olahan hasil hutan, hingga paket wisata hutan. Rangkaian kegiatan juga akan dimeriahkan dengan berbagai perlombaan bertema hutan.
Yanyan menjelaskan, di provinsi Lampung terdapat 1.004.735 hektar kawasan hutan, dengan 564.950 hektar atau 56% diantaranya merupakan kewenangan pemerintah provinsi, seperti hutan lindung, hutan produksi, dan Tahura.
Berdasarkan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPH, dari 564.950 hektar tersebut, ada sekitar 86% kawasan hutan yang dijadikan blok pemanfaatan. Kenapa dijadikan blok pemanfaatan? ujar Yanyan, karena di dalamnya sudah ada aktivitas manusia. Dengan begitu, hanya tersisa 14% yang menjadi blok inti, yang betul-betul murni kawasan hutan, dan tidak ada pengelolaan.
“Ini yang kita jaga. kalau ini tidak dijaga, dan kita tidak mendekati para pengelola (wisata hutan), nanti (mereka) masuk ke dalam yang 14% ini, kan habis hutan kita. Jadi betul-betul kami harus menjaga ini, supaya 86% ini diperbaiki dan dikelola dengan baik,” katanya.
Salah satu upaya memperbaiki kawasan hutan adalah dengan mengedukasi kelompok tani untuk menanam tanaman hutan kayu, seperti jengkol, petai, dan alpukat yang dapat diambil nilai ekonominya oleh masyarakat dari buahnya, sekaligus bisa mengembalikan fungsi ekologis hutan. Selain itu, pihak kehutanan juga mengedukasi para pengelola dan wisatawan wisata hutan untuk bisa menikmati keindahan alam hutan tanpa merusak kealamian hutannya.
Raflesia Adventure
Menurut Yanyan, beberapa paket wisata hutan yang dapat dinikmati masyarakat adalah Raflesia Adventure dari KPH Kota Agung, Tanggamus. Melalui wisata ini, wisatawan bisa berwisata dua malam satu hari di hutan dan menyaksikan bunga Raflesia bermekaran.
Selanjutnya, KPH Pesawaran pernah mengajak wisatawan dari Jakarta untuk melihat pengelolaan kandang kambing petani, malamnya menginap di rumah masyarakat, dan menyaksikan taman kunang-kunang karena di desa tersebut terdapat banyak kunang-kunang.
“Untuk saya yang biasa di hutan mungkin ini biasa saja, tetapi untuk orang kota ini menarik. Jadi target marketnya memang khusus. Jangan dikeluhkan aksesibilitasnya, jauh, jalannya susah, sebab disitulah daya tariknya,” kata Yanyan.
Bird Watching
Dia juga mencontohkan pemanfaatan wisata hutan yang dilakukan oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dari dua desa penyangga Tanam Nasional Waykambas (TNWK). Pokdarwis dia dua desa tersebut menawarkan paket wisata bird watching dan menyusuri sungai melihat aktivitas satwa liar di TNWK, seperti gajah liar. Melihat kondisi gajah dari kejauhan, tidak berinteraksi langsung dengan gajah, dan tidak mengganggu kelestarian gajah.
“Kami berharap, kegiatan Festival Wisata Hutan ini menumbuhkan kesadaraan untuk bijaksana dalam memanfaatkan kawasan hutan, dan terus berupaya menjaga kawasan hutan dengan baik sehingga bisa lestari hingga nanti,” tuturnya.
Dia juga berharap, ke depannya, Festival Wisata Hutan dilanjutkan oleh sektor yang berkaitan dengan wisata, sementara pihak dinas kehutanan akan terus melakukan edukasi yang lebih intensif agar pemanfaatan hutan dilakukan masyarakat dengan lebih baik dan tidak merusak kawasan hutan.
Festival Wisata Hutan 2023 secara resmi dibuka oleh Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi. Dalam sambutannya, Arinal menegaskan bahwa kawasan hutan wajib dinikmati dan juga wajib dijaga. Pihak dinas kehutanan harus membuat zona yang jelas, mana zona pendidikan bersifat penelitian, mana zona pemanfaatan untuk fungsi ekonomi, dan mana zona inti yang tidak boleh dijamah oleh siapapun.
Untuk proses perbaikan hutan di blok pemanfataan, Arinal menyatakan akan mendorong pemerintah kabupaten dan instansi vertikal untuk menanam jengkol, petai, dan alpukat. Saat berbuah, masing-masing instansi boleh menikmatinya, tetapi harus ada pembiayaan pemeliharaan sehingga hutan bisa dinikmati dan terjaga kelestariannya.
Arinal juga mengingatkan, dalam pengelolaan wisata hutan yang membutuhkan pembangunan sarana prasarana harus memperhatikan fungsi-fungsi hutan, tidak boleh merusak dan menggerus bentang alam hutan.
“Tumpuan harapan saya kepada kehutanan sangat besar. Jangan berharap ketika taman nasional dan hutan lindung terganggu, pangan kita akan aman! Tidak ada andalan Lampung itu selain pangan, minyak kalah sama Riau, tambang kalah sama daerah lain. Jadi, jagalah hutan kita ini,” pungkas Arinal. (RINDA/R-1)
Recent Comments