PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Kepala Pusat Standardisasi dan Kelembagaan Geospasial Badan Informasi Geospasial (BIG) Dr. rer. nat. Sumaryono, MSc mendorong kampus-kampus yang memiliki program studi pemetaan bumi untuk menciptakan inkubator bagi pengembangan teknologi hilir geospasial.
Menurut Sumaryono, BIG bersama Ikatan Surveyor Indonesia (ISI) dan universitas harus berkolaborasi untuk mendorong tumbuhnya pengusaha-pengusaha muda dalam mengembangkan aplikasi-aplikasi berbasis lokasi atau informasi geospasial yang secara praktikal sangat dibutuhkan oleh pemerintah, industri dan masyarakat.
“Advance technology terkait geospasial ini ada dua, ada hulu dan hilir. Tadi saya sudah jelasnya kapitalisasi teknologi hilir geospasial ini sangat fantastis. Nah, ini jangan sampai dikuasai asing, sedapat mungkin bangsa kita mengambil nilai ekonomi yang besar ini. Inilah kita sebut kemandirian teknologi geospasial,” kata Sumaryono dalam Konferensi Pers disela kegiatan Konferensi Internasional ISI, di Hotel Novotel, Bandar Lampung, Rabu (29/11/2023).
The Annual Scientific Forum of the Indonesian Surveyor Associaton (FIT ISI) 2023 and The International Conference Infrastucture and Regional Technology ini diselenggarakakan oleh ISI bekerja sama dengan Institut Teknologi Sumatera (ITERA) dan BIG. Dihadiri oleh ratusan surveyor dari berbagai provinsi di Indonesia, serta peneliti dan akademisi dari beberapa negara.
Dalam penjelasannya, Sumaryono mencontohkan, aplikasi google map yang memanfaatkan data lokasi atau geospasial untuk teknologi navigasi cerdas memiliki pendapatan miliaran dollar per tahunnya baik berbasis desktop maupun ponsel.
“Hilirisasi geospasial ini valuasinya luarbiasa besar, sudah pernah kami hitung. Ayo kita kuasai dan kita bangun kemandirian teknologi geospasial Indonesia,” tuturnya.
Menurutnya, sekarang pemerintah sudah melek tentang pentingnya geospasial. Peta atau data geospasial merupakan dasar informasi yang tidak bisa ditinggalkan, sebab jika hanya ada angka dan statistik tanpa tahu titik lokasinya, akan membuat suatu perencanaan menjadi misleading.
Oleh sebab itu, kedua data tersebut harus digabungkan, dan saat ini sudah keluar kebijakan Satu Data Indonesia. “Jika data ini sudah bersatu mulai dari daerah sampai pusat, akan menjadi informasi data yang sangat penting. Data-data ini nanti bisa diolah menggunakan teknologi dan aplikasi,” tuturnya.
Kontribusi ITERA
Rektor ITERA, Prof. I Nyoman Pugeg Aryantha menambahkan, hilirasasi teknologi geopasial memanfaatkan artificial intelligence (AI) dalam menerjemahkan dan menganlisis data ke dalam bentuk visual sesuai kebutuhan industri dan masyarakat.
“Seperti saat ini mengatasi climate change ada carbon trade. Ini akan membutuhkan teknologi geospasial untuk menerjemahkan berapa coverage (cakupan) dari hutan, coverage dari reboisasi, plantation yang bisa menyerap karbon. Selain sistem navigasi cerdas tadi, teknologi ini akan menghasilkan kegiatan ekonomi yang luarbiasa,” jelas I Nyoman.
Saat ini, teknologi berbasis informasi geospasial banyak dikembangkan untuk pemetaan digital dan navigasi cerdas untuk mendukung autonomous vehicle atau kendaraan tanpa awak.
Lebih lanjut, I Nyoman memaparkan, ITERA sendiri menjadi patner dalam konferensi internasional ISI ini karena ITERA dan Universitas Lampung (Unila) memiliki prodi yang terkait. DI Unila terdapat prodi Geodesi, sedangkan ITERA memiliki Prodi Geomatika dibawah Fakultas Teknologi Infrstruktur dan Kewilayahan.
Menurut I Nyoman, ITERA sudah memberikan kontribusi yang signifikan bagi pemerintah Provinsi Lampung dalam mengatasi permasalahan kewilayahan menggunakan teknologi geospasial.
“Seperti contoh di Kabupaten Way Kanan, ITERA sudah berkontribusi membuat lebih dari 100 peta desa untuk legalitas batas wilayah yang sangat penting dalam pembangunan pengembangan wilayah,” kata I Nyoman.
Oleh sebab itu, dia berharap, kerja sama ITERA dengan ISI dan BIG serta pemerintah bisa terus sinergis untuk membangun Lampung yang saat ini berkembang dengan sangat cepat.
Update Teknologi Terbaru Geospasial
Sementara itu, Ketua ISI Pusat, Viviani Suhar mengatakan, FIT merupakan kegiatan rutin tahunan ISI untuk berbagi ilmu dan wawasan terbaru tentang teknologi geospasial.
“Ajang ini memberi kesempatan sharing teknologi terbaru, penelitian-penelitian terbaru di bidang geospasial biar teman-teman surveyor selalu update mengenai perkembangan teknologi terbaru di bidang geospasial ini,” kata Vivi.
Melalui kegiatan ini, ISI juga menjalin kerja sama dengan institusi dan stakeholder terkait bidang ilmu tersebut, seperti Unila dan ITERA.
“Kita juga berharap bisa terus bersinergi dengan BIG dan Kementrian PPN untuk menghasilkan surveyor-surveyor yang berkompeten,” ujarnya.
Ketua Panitia Konferensi Internasional yang juga Dekan Fakultas Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan ITERA, Arif Rohman mengatakan, ada 115 paper yang ditampilkan dalam konferensi internasional ISI. Sebagian besar dari Indonesia, selebihnya dari Taiwan, Jepang, Malaysia, Selandia Baru, dan United Kingdom. (RINDA/R-2)
Recent Comments