PORTALLNEWS.ID (Lampung Selatan) – Pada Lokakarya UI GreenMetric 2023 yang dihadiri ratusan perwakilan perguruan tinggi se Indonesia, Rektor Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Prof. I Nyoman Pugeg Aryantha menunjukkan terobosan dan inovasi keberlanjutan yang telah dilakukan ITERA. Program unggulan pertama adalah Integrated Waste And Agro Center atau IWACI.
“Di tahun ini kita fokus pada pengelolaan dan penanganan sampah. Saya selaku pimpinan ingin ITERA menerapkan konsep yang namanya zero waste, sehingga kita menerapkan sistem pengelolaan sampah terpadu ini dari hulu sampai hilir, termasuk pemanfaatannya,” kata I Nyoman, saat konferensi pers Lokakarya UI GreenMetric di gedung kuliah umum ITERA, Kamis (10/8/2023). Kegiatan lokakarya dihadiri langsung oleh Ketua UI GreenMetric, Prof. Riri Fitri Sari dan jajaran.
I Nyoman mengatakan, berbagai produk yang dihasilkan dari pengelolaan sampah ITERA dengan kapasitas sampah 1 ton per hari, akan menjadi sumber income bagi ITERA. Pihaknya telah menyiapkan infrastruktur pengelolaan sampah terpadu, termasuk tim IWACI yang secara rutin dan berkelanjutan akan menangani pengelolaan sampah di ITERA, mulai dari pemilahan sampah organik, anorganik, dan B3 (limbah bahan berbahaya dan beracun)
“Untuk sampah organik kita jadikan input makan untuk black soldier fly (BSF) atau lalat tentara hitam. Ini nanti insyaallah akan menjadi platform percontohan ke masyarakat. BSFnya akan menghasilkan produk protein larva manggot yang nanti bisa untuk pakan ternak, seperti ikan. Banyak sekali potensinya sebenarnya, termasuk di dunia kesehatan bisa dipakai karena kulit serangga itu bisa diolah menjadi bahan kosmetik,” jelas I Nyoman.
Menurut dia, ITERA juga memiliki percontohan peternakan yang menghasilkan limbah kotoran dengan jejak karbon yang cukup tinggi, sehingga wajib dilakukan pengolahan agar tidak berkontribusi kepada efek rumah kaca. Tim IWACI mengolah kotoran ternak yang dicampur limbah manggot menjadi pupuk organik yang sudah diujicobakan di masyarakat dan sudah bekerja sama dengan pihak swasta.
“Ini juga akan menjadi platform untuk membantu mengurangi penggunaan pupuk kimia oleh petani, baik di Lampung maupun nasional,” tuturnya.
Selanjutnya, sampah anorganik yang memiliki nilai jual seperti botol kemasan minuman plastik langsung dijual ke bank sampah, sedangkan sampah plastik yang tidak bernilai ekonomis seperti kantong plastik, sachet, dicacah hingga ukuran kecil dan dicetak menjadi batako. Begitu juga dengan sampah pembalut, dan popok bayi yang tidak memiliki nilai ekonomis, dihancurkan menggunakan teknologi pirolisis, yaitu dipanas secara kedap udara sehingga menjadi karbon dan nantinya bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Untuk limbah B3, sesuai peraturan perundang-undangan, dimusnahkan melalui kerja sama dengan pihak ketiga.
“Jadi ini akan kita laksanakan secara rutin dan sudah ter-install di sistem IWACI kita,” kata I Nyoman.
Vegetasi Pakan Lebah
Beberapa inspirasi lain yang di-sharing ITERA kepada peserta lokakarya adalah konservasi air dengan memiliki 7 embung, konservasi flora melalui Kebun Raya ITERA, kebun buah, dan kebun pohon berbunga.
“Tahun kemarin kita menanam 1.000 bibit pohon melibatkan mahssiwa baru, dan minggu depan ini PPLK (program pengenalan lingkungan kampus) 5.000 mahasiswa akan menanam bibit pohon yang menghasilkan bunga untuk keindahan, dan pohon sumber pakan lebah karena kita punya ternak lebah kampus yang menghasilkan produk madu,” urainya.
“Insyaalah dalam waktu dua bulan, ITERA akan blooming menjadi tempat selfie, mudah-mudahan tidak ada kendala,” tambahnya.
Menurut I Nyoman, kegiatan penanaman dan pemeliharaan pohon di lingkungan kampus ITERA masuk ke dalam kurikulum wajib bagi mahasiswa semester 1. Pemeliharaan tanaman akan dilakukan secara rutin oleh setiap mahasiswa selama satu semester, yang diikuti dengan praktik pengukuran tumbuh kembang tumbuhan.
“Keberhasilannya diukur dari survive tanaman yang dipelihara mahasiswa tersebut,” jelasnya.
Inovasi Mobile Gardening
Selain program unggulan IWACI, kata I Nyoman, ITERA juga melakukan inovasi moda tranportasi yang memiliki tanaman di atas atap kendaraan sebagai carbon capture (penangkap karbon asap kendaraan).
“Ini inovasi kita yang kita sudah diregistrasikan patennya, yaitu mobile gardening, jadi berupa kebun di atas bus, konsepnya tanaman ini akan menangkap karbon yang dihasilkan kendaraan. Hari ini ada dua bus yang mulai menerapkan carbon capture ini di ITERA. Ini inovasi yang sedang kita rintis dan ingin kita sharing kepada peserta,” katanya.
Program vertical garden berupa penanaman tanaman tembok dengan konsep hidroponik juga merupakan yang pertama dilakukan kampus di Indonesia. Menurut I Nyoman, pihaknya menerapkan konsep hidroponik agar low cost dalam pemeliharaan. Pengairan dan pemupukan sudah terkontrol melalui sistem otomatis.
Secara seremoni, siang tadi, ratusan peserta lokakarya melakukan penanaman 2.000 tanaman tembok jenis Lee Kwan Yew di lantai 1 dan 2 Gedung Kuliah Umum ITERA.
Dengan semua inovasi dan terobosan tersebut, I Nyoman berharap dapat meningkatkan rangking UI GreenMetric ITERA di tahun ini.
“Tahun lalu, ITERA di rangking 15, di tahun ini, kami berharapnya meningkat tentunya , ya kalau bisa di 10 besar,” tuturnya. (RINDA/R-1)