PORTALLNEWS.ID (Jakarta) – Salah satu juri “Jambore Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Hebat”, Abdurachman Effendi menyatakan kekagumannya akan aksi nyata dan inovasi guru serta tenaga kependidikan, terutama di sekolah-sekolah pelosok dan terpencil.
Abdurachman bersama 62 praktisi dan akademisi lainnya mendapat kesempatan untuk menilai karya para GTK dengan dua kategori lomba, yakni GTK Inovatif dan GTK Dedikatif, untuk masing-masing jenjang TK, SD, SMP dan SMA sederajat, serta pendidikan khusus.
Jambore GTK Hebat digelar oleh Ditjen GTK Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah, dalam rangka memeriahkan Hari Guru Nasional (HGN) 2024. Kegiatan berlangsung selama sepuluh hari, 20-30 November 2024, di Jakarta.
“Saya sendiri mendapat tugas menjadi juri untuk menilai Tenaga Laboran Sekolah Inovatif, dan Pengawas Dikmensus Inovatif SMA,SMK,SLB” kata Rachman yang merupakan Pranata Laboratorium Pendidikan Ahli Madya Universitas Lampung (Unila), Selasa, 3 Desember 2024.
Untuk kategori Tenaga Laboran Sekolah Inovatif diraih oleh Majmi Susi Arini, SPd, dari SMAN Seribu Bukit, Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Nangro Aceh Darussalam. Sedangkan Pengawas Dikmensus Inovatif diraih oleh pengawas SMA dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Dia menjelaskan, kriteria penilaian GTK inovatif adalah guru dan tenaga kependidikan yang telah melakukan upaya pembaharuan strategi, inovasi, berbagi, dan berkolaborasi dengan menggunakan teknologi dalam menerapkan kurikulum merdeka.
Rachman memaparkan keunggulan karya Majmi Susi Arini sebagai laboran di SMAN Seribu Bukit. Menurut Rachman, SMAN Seribu Bukit berada pada ketinggian 1000 mdpl. Lokasi yang cukup terpencil dan sulit dijangkau ini menyebabkan peralatan laboratorium untuk praktikum siswa juga terbatas. Sementara, Majmi Susi Arini menginginkan para siswa dapat melaksanakan praktikum sebaik mungkin di tengah keterbatasan yang ada.
“Jadi, tenaga laboran ini berinovasi mengembangkan mikroskop digital menggunakan handphpone dan barang bekas untuk mengoptimalkan layanan praktikum di laboratorium Biologi,” kata Rachman.

Dia memaparkan, Majmi Susi Arini mengembangkan mikroskop menggunakan HP yang dilengkapi dengan kaca cembung sehingga alat tersebut dapat difungsikan sebagai mikroskop untuk pengamatan objek kecil secara mendetil.
“Inovasi alat sederhana ini dapat mengatasi permasalahan ketiadaan mikroskop yang harganya cukup mahal. Karyanya itu sudah di street workshop ke beberapa sekolah. Pembuatan mikroskop ini tidak memerlukan waktu lama, hanya sekitar dua sampai tiga hari untuk membuat satu mikroskop. Dapat memanfaatkan barang bekas layak, sehingga tidak membutuhkan biaya yang mahal,” papar Rachman yang juga alumni Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat II-LAN Tahun 2024.
Sedangkan, pengawas inovatif dari Jawa Barat menerapkan inovasi pendampingan model pelangi.yang berbasis pada data spesifik kondisi masing-masing sekolah.
Menurutnya, pengawas sekolah tersebut bertugas di Kantor Cabang Dinas (KCD) 6, Kabupaten Bandung Barat dan Cianjur, dengan kondisi geografis yang cukup sulit dijangkau karena jarak dan infrastruktur yang masih terbatas.
Beberapa sekolah binaan di KCD 6 juga merupakan unit sekolah baru dengan jumlah siswa yang masih terbatas. “Model pendampingan pelangi yang dia terapkan mampu mengangkat citra sekolah dengan indikator kenaikan jumlah peserta didik,” papar Rachman.
Dari pengalaman menilai karya para tenaga kependidikan tingkat nasional tersebut, Rachman menyatakan karya inovasi dan aksi nyata para tenaga kependidikan sudah cukup luarbiasa dalam menyelesaikan tantangan dan situasi di tempat kerja.
“Inovasi dan aksi nyata yang dilakukan berdampak pada peningkatan kualitas proses belajar mengajar, prestasi siswa, budaya sekolah dan tata kelola sekolah,” tuturnya.
Dia berharap, ke depan, Ditjen GTK semakin meningkatkan program pembinaan tenaga kependidikan secara menyeluruh dan inklusif. Mendorong sinergi dan kolaborasi tenaga kependidikan dalam kemampuan menulis, pemanfaatan teknologi digital dan berfikir kritis yang solutif. (RIN/R-2)
Recent Comments