PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Universitas Lampung (Unila) me-launching Campus Garden, berupa konservasi anggrek spesies alam yang ditanamkan di pohon-pohon dalam kampus Unila.
Peluncuran Campus Garden dilakukan oleh Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan Prof. Asep Sukohar mewakili Rektor Unila Prof. Karomani, Jumat (11/6/2021), di halaman depan Gedung Rektorat Unila.
Peluncuran Campus Garden dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unila Prof. Yulianto, Ketua DWP Unila Enung Juhartini, Ketua SDGs Center Universitas Lampung Unang Mulkhan, jajaran dekanat, civitas akademika Unila, serta komunitas pecinta anggrek di wilayah Lampung.
Asep Sukohar mengatakan, Unila telah melakukan berbagai program untuk meningkatkan rangking GreenMetric, diantaranya melakukan konservasi rusa, membangun embung, membangun instalasi sanitasi dan air baku, serta dibuatnya kebijakan pengurangan penggunaan plastik.
“Alhamdulillah, Campus Garden berupa konservasi anggrek spesies ini bisa mendukung GreenMetric dan SDGs. Kami sudah mendaftar ke UI GreenMetric, paling tidak Unila bisa masuk di 10 besar pemeringkatan UI GreenMetric,” ujar Asep Sukohar saat memberikan sambutan.
Dia juga mengusulkan panitia untuk melakukan workshop konservasi anggrek tingkat nasional sehingga konservasi anggrek di Unila semakin dikenal masyarakat Indonesia.
“Kita rencananya juga akan mendaftarkan tiga nama anggrek ke Royal Holticultural Society London, yaitu Dendrobium Unila Karomani, Dendrobium Unila Sukohar, dan Dendrobium Unila Campus Garden, semoga nanti berhasil sehingga nama Unila juga dikenal di internasional,” tutur Asep Sukohar.
Sementara, Ketua Panitia Elida Purba mengatakan, kegiatan konservasi anggrek hanya secuil aksi peduli lingkungan dan aksi mengindahkan dunia.
“Tujuan utamanya adalah menciptakan well being di kampus Unila yang kita cintai ini, salah satunya lewat keindahan, yang bisa dinikmati semua civitas akademika, pengunjung dan bagi calon mahasiswa Unila, semoga ke depan, ini menjadi gerakan nasional,” kata Elida.
Selain itu, lanjutnya konservasi anggrek spesies juga dapat mengurangi emisi rumah kaca karena masyarakat kampus akan lebih menjaga pohon-pohon besar yang menjadi tempat hidupnya anggrek spesies alam.
“Ini juga dalam rangka mendukung GreenMetric di Unila sebagai kampus hijau berkelanjutan, dan juga beririsan dengan goal SDGs ke 13 dan 15 tentang konservasi flora,” kata Elida.
Dia menjelaskan, kegiatan konservasi anggrek spesies sudah dilakukan sejak 22 Mei lalu dengan menanam 700 plant dengan 17 spesies anggrek alam di halaman Fakultas Teknik Unila.
“Kami bersyukur 700 plant anggrek species itu hidup semua tidak ada yang mati, walau saat ini belum cantik, tapi enam bulan atau satu tahun ke depan baru akan berbunga-bunga cantik mengindahkan kampus,” ujarnya.
Selain konservasi insitu dengan menanam anggrek spesies di pohon-pohon yang ada di lingkungan kampus, timnya juga melakukan konservasi eksitu dengan memperbanyak anggrek secara kultur jaringan di laboratorium.
“Nanti kita akan berkunjung ke lab-nya Ibu Yusnita, kultur jaringan anggreknya sangat amazing. Konservasi eksitu memperbanyak anggrek bisa kita lakukan dan bisa juga meningkatkan ekonomi,” tuturnya.
Tiga Program Andalan GreenMetric
Ketua GreenMetric Unila, Dewi Agustina memaparkan tiga kegiatan utama atau program andalan untuk meningkatkan rangking GreenMetric Unila di tingkat nasional.
Pertama konservasi flora, salah satunya konservasi anggrek langka atau spesies alam yang telah dilakukan sejak 22 Mei 2021.
Kedua, launching dasboard GreenMetric sebagai salah satu software yang mencatat evidence-evidence unit kerja yang mendukung sustainability di Unila, sekaligus penilaian kinerja unit dalam mendukung kegiatan dan program GreenMetric.
“Dan yang ketiga lomba nasional tingkat mahasiswa tentang inovasi kampus berkelanjutan,” ujar Dewi.
Ketua Harian Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) Wilayah Lampung yang juga dosen Pertanian Unila, Prof. Yusnita menjelaskan di dunia terdapat 29.000-30.000 spesies anggrek alam, dan 5.000 diantaranya ada di Indonesia.
“Ini bukan milik orang per orang, tapi milik Indonesia yang harus kita lestarikan bersama-sama,” katanya.
Menurut Yuanita, di Sumatera terdapat 118 spesies anggrek alam, dan banyak terdapat di Gunung Tanggamus. Namun, sayangnya, lanjut Yusnita, di masa pandemi ini, anggrek banyak diburu dan dijual murah di pasaran.
“Salah satunya anggrek ekor tupai ini harganya murah (di pasaran), dibeli dibawa pulang, tapi sampai di rumah banyak yang mati, jika ini dibiarkan terus menerus maka anggrek spesies akan banyak yang punah,” tuturnya.
Untuk itu, kata Yusnita, Unila menginisiasi konservasi anggrek spesies alam secara insitu di pohon-pohon dalam kampus, dan secara eksitu melalui kultur jaringan di laboratorium.
Usai sambutan, kegiatan dilanjutkan dengan penanaman anggrek spesies di pohon depan Gedung Rektorat Unila, lalu kunjungan ke Fakultas Teknik, dan Laboratorium Kultur Jaringan tanaman anggrek di Fakultas Pertanian Unila.