• Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Wednesday, July 30, 2025
  • Login
Portallnews.id
Advertisement
  • Beranda
  • News
  • Hukum & Kriminal
  • E-Magazine
  • Politik
  • Lampung
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pesisir Barat
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Pendidikan
  • Olahraga
    • Kesehatan
  • Ekonomi
No Result
View All Result
Portallnews.id
  • Beranda
  • News
  • Hukum & Kriminal
  • E-Magazine
  • Politik
  • Lampung
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pesisir Barat
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Pendidikan
  • Olahraga
    • Kesehatan
  • Ekonomi
No Result
View All Result
Portallnews.id
No Result
View All Result
Home Headline

Maklamo Tula

OPINI

by portall news
July 29, 2025
in Headline
Jalur Langit

Prof. Dr. Sudjarwo, M.S.

144
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Oleh: Sudjarwo, Guru Besar Universitas Malahayati Lampung

PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) -Ada teman yang sekalipun sudah lama meninggalkan kota kelahirannya di salah satu daerah wilayah Sumatera Selatan; namun aksen palembangnya sebagai bahasa sehari-hari, masih sangat kental. Pada waktu jumpa ditanya bagaimana perkembangan kehidupannya, terutama masalah ekonomi. Beliau menjawab dengan khas palembangnya “maklamo tula, idak begerak, malah banyak tekornya”, terjemahan bebasnya “masih seperti dulu, tidak bergerak, malah banyak ruginya”. Setelah itu beliau menjelaskan dengan bahasa khasnya tadi bagaimana hidup sekarang semakin susah. Setelah berlalu, istilah yang beliau ungkapkan maklamo tula, masih terngiang, dan itu menginspirasi untuk menulisnya dari kaca mata filsafat manusia.

Dalam bahasa Palembang, ungkapan “Maklamo Tula” menggambarkan kondisi yang stagnan, tidak berubah, dan tetap sama seperti sebelumnya. Istilah ini sering kali digunakan secara sarkastik untuk mengekspresikan kekecewaan kolektif masyarakat, khususnya terhadap keadaan yang dianggap tidak membawa perubahan signifikan dalam kehidupan. Dalam konteks sosial-politik, ungkapan ini menjadi semacam kritik budaya yang kuat, dan tidak selalu frontal, namun menyimpan makna eksistensial dan reflektif yang mendalam.

Baca Juga

Jarwo Songha Sampaikan Dongeng “Ucil”, Ajak Anak-Anak Pulau Madura Gemar Membaca

Pramuka Al Kautsar Gelar SIGMA Shield 2025

Gubernur Lampung Dorong Peradi Turun ke Desa, Hadirkan Hukum untuk Semua

Dari perspektif eksistensialisme, manusia adalah makhluk yang sadar dan bebas, tetapi juga terjebak dalam absurditas kehidupan yang kadang tidak memberinya makna. Filsuf seperti Jean-Paul Sartre dan Albert Camus banyak berbicara tentang kegelisahan manusia modern dalam menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. Ketika rakyat menggunakan istilah maklamo tula, mereka sedang mengekspresikan kesadaran eksistensial; bahwa harapan mereka terhadap perubahan telah menemui jalan buntu. Mereka merasa hidup dalam suatu realitas sosial yang absurd, di mana perjuangan untuk hidup layak, adil, dan bermartabat selalu menemui tembok birokrasi, korupsi, dan ketidakpedulian dari penguasa. Dalam konteks ini, “maklamo tula” adalah bentuk kesadaran kolektif akan ketiadaan perubahan yang mereka harapkan. Ini adalah sebuah pengalaman eksistensial yang getir: manusia yang sadar akan deritanya, tetapi tidak mampu mengubahnya karena sistem yang membelenggu.

Filsafat Karl Marx mengenalkan konsep alienasi, yaitu keterasingan manusia dari hasil kerjanya, dari dirinya sendiri, dari sesama, dan dari sistem sosial yang tidak manusiawi. Dalam sistem yang gagal memberikan keadilan dan kesejahteraan, rakyat menjadi terasing, tidak merasa menjadi bagian dari pemerintahan yang harusnya mewakili mereka. Ungkapan “maklamo tula” mencerminkan alienasi rakyat terhadap negara. Mereka merasa bahwa suara dan aspirasinya tidak didengar.

Pembangunan yang dijanjikan tidak menyentuh mereka, bantuan yang dijanjikan tidak pernah datang, dan perubahan yang digaungkan hanya menjadi pepesan kosong. Dalam kondisi ini, rakyat kehilangan rasa memiliki terhadap negara. Pemerintah bukan lagi representasi dari kehendak rakyat, tetapi menjadi entitas asing yang tidak menyentuh realitas kehidupan sehari-hari mereka. Rakyat hanya menjadi penonton dari drama kekuasaan yang tidak melibatkan mereka.

Filsuf Gabriel Marcel, seorang eksistensialis, menyebut harapan sebagai unsur spiritual yang membuat manusia tetap manusiawi. Namun, ketika harapan terus-menerus dikhianati oleh kenyataan, manusia akan mengalami apa yang disebut sebagai “keletihan eksistensial”. Rakyat yang telah berkali-kali percaya pada janji kampanye, rencana pembangunan, dan wacana perubahan, akhirnya mengalami kejenuhan, akhirnya mereka menjadi apatis dan sinis.

“Maklamo tula” adalah bentuk pudarnya harapan. Ini bukan hanya sindiran sosial, tetapi sebuah pengakuan kultural bahwa idealisme dan realitas telah terputus. Manusia, dalam hal ini rakyat, berhenti berharap karena tidak ada lagi yang bisa diharapkan. Dalam kondisi ini, mereka tidak hanya kecewa, tetapi juga terluka secara moral.

Dalam filsafat, manusia dipandang sebagai makhluk historis, dan ia tidak hidup dalam ruang kosong, tetapi terikat pada sejarah, budaya, dan memori kolektif. Ungkapan seperti “maklamo tula” adalah hasil akumulasi pengalaman historis dalam melihat ketimpangan yang terus berulang.
Manusia sebagai makhluk kritis tidak bisa dipisahkan dari sejarahnya. Ketika rakyat mengucapkan “Maklamo Tula”, mereka sesungguhnya sedang mengekspresikan kesadaran historis atas siklus kekecewaan yang terus berulang. Ini adalah kritik yang tidak bisa diabaikan, sebab ia lahir dari perenungan yang panjang, bukan sekadar emosi sesaat.
“Maklamo Tula” menjadi cermin bahwa tanggung jawab etis pemimpin telah diabaikan. Rakyat tidak menuntut kemewahan; mereka hanya ingin keadilan, pelayanan publik yang manusiawi, dan kesempatan yang adil untuk hidup layak. Ketika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka yang muncul bukan hanya kekecewaan, tetapi juga krisis moral.
Filsafat manusia menegaskan bahwa martabat manusia tidak boleh dikorbankan oleh sistem apa pun. Ketika rakyat bangkit dari sikap pasif dan menjadi pelaku perubahan, maka kekuasaan yang lalai tidak akan lagi memiliki legitimasi moral. Sebagaimana dikatakan oleh filsuf Martin Heidegger, bahasa adalah rumah bagi keberadaan. Ketika rakyat mengucapkan “Maklamo Tula”, mereka sedang mendiami realitas melalui bahasa, dan mengekspresikan makna hidup mereka yang penuh luka, harapan, dan penantian. Apakah kita akan tetap berada pada posisi ini, semua berpulang pada kita baik secara individu maupun kolektif.
Salam Waras

 

Previous Post

Jarwo Songha Sampaikan Dongeng “Ucil”, Ajak Anak-Anak Pulau Madura Gemar Membaca

No Result
View All Result

Recent Posts

  • Maklamo Tula
  • Jarwo Songha Sampaikan Dongeng “Ucil”, Ajak Anak-Anak Pulau Madura Gemar Membaca
  • Pramuka Al Kautsar Gelar SIGMA Shield 2025
  • Gubernur Lampung Dorong Peradi Turun ke Desa, Hadirkan Hukum untuk Semua
  • Ratusan PPPK Resmi Dilantik, Walikota Eva Dwiana Tegaskan Etos Kerja dan Integritas

Recent Comments

  • portall news on British Propolis Dapat Mengobati Berbagai Penyakit Ini
  • Icha on British Propolis Dapat Mengobati Berbagai Penyakit Ini
Portallnews.id

© 2020 Portallnews.id

PORTALLNEWS.ID hadir ke tengah masyarakat memberikan sajian berita yang berkualitas dan berimbang.

  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
  • Hukum & Kriminal
  • E-Magazine
  • Politik
  • Lampung
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pesisir Barat
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Pendidikan
  • Olahraga
    • Kesehatan
  • Ekonomi

© 2020 Portallnews.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist