PORTALLNEWS.ID (Solok) – Guru SMKN 5 Solok Selatan, Solok, Sumatera Barat, Riko Muliadi melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada kompetensi keahlian konfigurasi Routing Dinamis. Hasil akhir penelitian menunjukkan sebanyak 20 siswa (83,3%) meraih nilai kognitif dan praktik diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau diatas 75, dan hanya 4 siswa (16,7%) yang mendapat nilai dibawah 75.
“Siswa mampu melakukan konfigurasi router dinamis (RIP, RIPv2, EIGRP dan OSPF) dengan Cisco Packet Tracer, dan mampu menghubungkan dua routing protokol dengan perintah Redistribute di Cisco Packet Tracer,” ujar Riko saat diwawancara, Minggu (28/3/2021).
Penelitian Riko Muliadi berjudul “Project Base Learning (PjBI) pada Peserta Didik Kelas XI TKJ A SMKN 5 Solok Selatan” ini terbit di Jurnal Ilmiah Teknologi Sistem Informasi (Jitsi) yang diterbitkan oleh Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Padang, dapat diakses pada situs jurnal-itsi.org.
Jitsi merupakan jurnal akses terbuka peer-review internasional yang didedikasikan untuk pertukaran hasil penelitian berkualitas tinggi di semua aspek Teknologi dan Sistem Informasi. Makalah yang ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris direview awal oleh editor, dan proses review lebih lanjut oleh minimal dua reviewer.
Riko mengatakan, penelitian tindakan kelas ini berawal dari keprihatinannya atas rendahnya jumlah siswa yang mampu meraih nilai KKM pada kompetensi keahlian Routing Dinamis. Dokumen guru Produktif UH Router Dinamis 2018/2019 SMKN 5 Solok Selatan menunjukkan siswa yang mendapat nilai diatas 75 hanya 8 siswa (33,3%), selebihnya 16 siswa (66,7%) mendapat nilai dibawah 75.
“Ada beberapa faktor yang menyebabkan sulitnya siswa mencapai nilai KKM, diantaranya proses pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa cenderung pasif, sumber belajar utama siswa adalah catatan yang diberikan guru saat kegiatan belajar mengajar. Ditambah lagi, media pembelajaran dan perangkat praktik di laboratorium masih terbatas,” ujar guru Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan ini.
Kondisi ini, menggugah Riko untuk memaksimalkan pembelajaran Router Dinamis menggunakan Cisco Packet Tracer dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning sesuai dengan kurikulum 2013.
“Pada pembelajaran berbasis proyek ini, siswa diasah untuk mampu memecahkan persoalan nyata sehingga siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan, tapi juga mendapatkan keterampilan konfigurasi Routing Dinamis,” tuturnya.
Menurut Riko, penelitian dilakukan kepada 24 siswa kelas XI A Teknik Komputer Jaringan SMKN 5 Solok Selatan pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020, yaitu mulai tanggal 1 Agustus 2019 sampai 12 Oktober 2019. Penelitian dilakukan menggunakan tiga siklus dengan masing-masing siklus diawali dengan perencanaan, lalu pelaksanaan dan diakhiri dengan refleksi.
Siklus I
Tahap perencanaan di siklus I, peneliti menyusun RPP instrument penilaiannya. Penjelasan konfigurasi router Cisco dengan CLI (Command Line Interface), topolagi jaringan dan pembahasan yang akan diajarkan pada peserta didik. Kondisi labor komputer TKJ tersedia 25 Buah PC, sehingga pembuktian dan pembuatan konfigurasi dapat dilakukan secara individu, namun sebelumnya konfigurasi harus ditulis dulu dalam kertas kerja kelompok masing-masing.
Pelaksanaan penelitian pada siklus I dilakukan pada hari Kamis, 29 Agustus 2019. Riko memberikan teknik konfigurasi RIP, RIPv2, EIGRP dan OSPF pada peserta didik, dengan teknik mastery learning (Penjelasan, Demontrasi, dan mengerjakan latihan), kemudian peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok dan diberikan tugas harian untuk konfigurasi router dengan 3 router dan teknik konfigurasi berbeda (RIP, RIP v2, EIGRP dan OSPF).
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 5 September 2019. Riko melaksanakan langkah-langkah model pembelajaran PjBL, dimulai membagikan soal (permasalahan) berupa topologi jaringan dengan 7 router pada masing-masing kelompok, kemudian meminta mereka berdiskusi memecahkan masalah, mengisi/ membuat konfigurasinya pada kertas kerja kelompok sebagai hasil kerja kelompok dan mempresentasikan hasilnya dalam bentuk file digital Cisco packet Tracer.
“Selanjutnya, saya meminta peserta membuat reka ulang pembuatan topologi dan konfigurasi router sesuai permasalahan yang diberikan pada mereka dan dinilai secara individu. Untuk mendapatkan nilai Kognitif, peserta didik akan diberikan soal Essay sebanyak 5 Soal dan diberikan 20 menit sebelum pembelajaran pada siklus 1 pertemuan ke-2 ditutup,” ujar Riko.
Data yang diperoleh dalam penelitian siklus I ini adalah nilai praktek dan nilai tes kognitif dengan soal essay. Adapun kedua nilai yang di peroleh pada siklus I dibandingkan dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), sebesar 75 untuk menentukan ketuntasannya.
“Dari hasil penelitian ditemukan bahwa terjadi peningkatkan jumlah siswa yang berhasil mendapatkan nilai di atas KKM, yaitu 12 siswa (50%) mendapat nilai besar dari 75, dan 12 siswa (50%)mendapat nilai kecil dari 75,” kata Riko.
Sedangkan, kegiatan Refleksi dilakukan oleh peneliti sendiri dan mengevaluasi kekurangan dalam pembelajaran di siklus I. Dia mencatat beberapa kekurangan diantaranya waktu yang diberikan untuk diskusi terlalu lama dan tidak efektif, ada beberapa siswa tidak aktif dalam kelompok dan tidak membuat backup prosedur/ konfigurasi dari permasalahan yang dibahas dikelompoknya. Hal ini menyebabkan peserta didik akan kesulitan dalam membangun topolagi jaringan yang diminta, terutama pada penamaan port dan pemberian IP yang tepat untuk port tersebut.
Siklus II
Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun RPP, permasalahan dengan 8 router dan menyiapkan soal essay sebagai instrument penilaiannya. Penjelasan konfigurasi port dan pemberian IP yang benar, topolagi jaringan dan pembahasan dalam waktu kurang lebih 30 menit beserta pengujian-pengujian pada setiap tahapnya. Pembagian kelompok kerja (praktik) tetap dibagi dalam enam kelompok seperti kelompok pada siklus I, masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang.
Selanjutnya peserta diminta membuat reka ulang pembuatan topologi dan konfigurasi router sesuai permasalahan yang diberikan pada mereka dan dinilai secara individu. Untuk mendapatkan nilai Kognitif, peserta didik akan diberikan soal Essay sebanyak 10 Soal dan diberikan 45 menit sebelum pembelajaran pada siklus 2 pertemuan ke-2 ditutup.
Pelaksanaan penelitian pada siklus II dilakukan pada hari Kamis tanggal 12 dan 19 September 2019. Pada tanggal 12 September 2019 peneliti melaksanakan langkah-langkah model pembelajaran PjBL, dimulai membagikan soal (Project/ Permasalahan), kemudian menjelaskan prosedural konfigurasi router pada Cisco Packet Tracer dan topologi pada gambar soal dengan menekankan pemberian kabel dan pemilihan port, sehingga pada port yang tepat akan dapat disesuaikan penulisan IP number masing-masing, kemudian melakukan demontrasi melalui infocus, setelah itu meminta peserta didik untuk memberikan pendapat (bertanya).
Selanjutnya, membagi peserta didik dalam 6 kelompok belajar untuk berdiskusi menyelesaikan masalah yang diberikan pada mereka (RIP, EIGRP atau OSPF), untuk menghindari masalah penamaan port dan pemberian IP disarankan masing-masing kelompok membuat topologi di Cisco packet Tracer terlebih dahulu dan mencatat port-port terpasang pada masing-masing router disesuaikan dengan gambar topologi yang ada, sehingga permasalahan pemberian IP akan berkurang.
Setelah selesai membuat konfigurasi dan laporan kelompok, beberapa kelompok diminta untuk presentasi dan melakukan tanya-jawab. Pada pertemuan ini peserta didik masih diperbolehkan melihat catatannya untuk membangun topologi kelompok masing-masing di Cisco Packet Tracer dan waktu belum dicatat (dinilai). Pada penutup pertemuan 1 ini guru memberikan beberapa penguatan dan memberikan trik-trik dan komentar perihal kesalahan yang terjadi pada masing-masing kelompok, agar pada pertemuan kedua (praktik membuat konfigurasi secara individu) kesalahan yang sama tidak terulang.
Pada pertemuan kedua tanggal 19 September 2019, peserta didik diminta membuat konfigurasi sesuai dengan hasil kerja kelompok pada pertemuan pertama dengan waktu maksimal 120 menit, kemudian di test pinging dan dinilai. Bagi peserta didik yang selesai dengan konfigurasi yang dibuatnya akan diberikan soal Essay yang telah disediakan untuk hasil belajar teori (kognitif) dan diberikan waktu paling lama 45 menit. Bagi peserta didik yang masih gagal diberikan waktu tambahan paling lama 60 menit.
“Nilai praktik dan kognitif (teori) siswa pada penelitian siklus II ini kembali menunjukkan peningkatan yang cukup baik pada ketuntasan belajar yang berhasil dicapai siswa, yaitu 15 siswa (62,5%) mendapatkan nilai diatas 75, dan hanya 9 (37,5%) yang mendapat nilai dibawah 75,” kata Riko.
Sebagai refleksi dari penelitian siklus II, lanjut Riko, pada penelitian siklus III dia akan meminta peserta didik untuk membuat konfigurasi router di notepad supaya pengecekan kesalahan pada sintaks yang digunakan, pemberian IP dan subnetmask menjadi lebih mudah.
Siklus III
Sebelum melakukan tindakan pada siklus III peneliti menyusun RPP, permasalahan dengan 10 router dan menyiapkan soal essay sebagai instrument penilaiannya. Penjelasan konfigurasi port dan pemberian IP yang benar, topolagi jaringan dan pembahasan dalam waktu kurang lebih 45 menit beserta pengujian-pengujian pada setiap tahapnya. Pembagian kelompok kerja (praktik) tetap dibagi dalam enam kelompok seperti kelompok pada siklus I dan II, masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang.
Selanjutnya peserta diminta membuat reka ulang pembuatan topologi dan konfigurasi router sesuai permasalahan yang diberikan pada mereka dan dinilai secara individu. Untuk mendapatkan nilai Kognitif, peserta didik akan diberikan soal Essay sebanyak 10 Soal dan diberikan 45 menit sebelum pembelajaran pada siklus 3 pertemuan ke-2 ditutup.
Pelaksanaan penelitian pada siklus III dilakukan pada hari Kamis tanggal 26 September 2019 dan 3 Oktober 2019. Pada tanggal 26 September 2019 peneliti melaksanakan langkah-langkah model pembelajaran PjBL, dimulai membagikan soal (Project/ Permasalahan), kemudian menjelaskan prosedural konfigurasi router pada Cisco Packet Tracer dan topologi pada gambar soal dengan menekankan pada redistribution (redistribute) karena adanya router transisi antara dua routing protocol dinamis yang digunakan. Kemudian melakukan demontrasi melalui infocus, setelah itu meminta peserta didik untuk memberikan pendapat (bertanya).
Selanjutnya, peneliti membagi peserta didik dalam 6 kelompok belajar untuk berdiskusi menyelesaikan masalah yang diberikan pada mereka (Redistributin untuk dua routing protokol antara RIP, RIPv2, EIGRP atau OSPF).
Pada pertemuan ini peserta didik diminta untuk membuat konfigurasi Cisco Packet Tracer dan urutan sintaks konfigurasi notepad. Pada penutup pertemuan 1 ini guru memberikan beberapa penguatan dan memberikan trik-trik dan komentar perihal kesalahan yang terjadi pada masing-masing kelompok, agar pada pertemuan kedua (praktik membuat konfigurasi secara individu) kesalahan yang sama tidak terulang.
Pada pertemuan kedua tanggal 3 Oktober 2019, peserta didik diminta membuat konfigurasi sesuai dengan hasil kerja kelompok pada pertemuan pertama dengan waktu maksimal 120 menit, kemudian di test pinging dan dinilai. Bagi peserta didik yang selesai dengan konfigurasi yang dibuatnya akan diberikan soal essay yang telah disediakan untuk hasil belajar teori (kognitif) dan diberikan waktu paling lama 45 menit. Bagi peserta didik yang masih gagal diberikan waktu tambahan paling lama 60 menit.
“Pada siklus III ini ada 20 siswa (83,3%) yang mendapatkan nilai diatas 75, dan hanya 4 siswa (16,7% ) yang mendapat nilai dibawah 75,” ujar Riko.
Riko mengatakan, dengan melakukan tiga siklus penerapan PjBL diperoleh hasil yang sudah memenuhi indikator sehingga penelitian dihentikan sampai disini. Segala tindakan perbaikan (remedial) akan di laksanakan guru di luar bahasan laporan penelitian ini.
