PORTALLNEWS.ID (Lampung Selatan) — PT PLN Nusantara Power UPK Tarahan dan Mitra Bentala bersama masyarakat meresmikan wisata tracking mangrove sepanjang 100 meter di bibir pantai di Pulau Sebesi, Lampung Selatan.
Selain meresmikan lokasi tracking mangrove mereka juga melakukan penanaman 1000 bibit pohon mangrove.
Direktur Mitra Bentala Rizani mengatakan, pihaknya bersama PLN telah melakukan program penyelamatan lingkungan sejak dua tahun terakhir.
“Wisata pinggir pantai menjadi trending, apa yang dilakukan adalah isu global dalam penyelamatan pesisir, terutama dalam hal perubahan iklim,” kata Rizani, Jumat (23/6/2023).
Menurutnya, keberadaan Mangrove sangat berkaitan erat dengan terumbu karang dalam menyerap karbon.
Warga Pulau Sebesi sebanyak 2.785 jiwa dari 812 kepala rumah tangga. Sebagian besar warga bermata pencaharian perkebunan dan nelayan.
Sekretaris Desa Pulau Sebesi, Firdaus menyebut, desanya memiliki luas areal konservasi mangrove sekitar 6 hektare yang sangat membantu melindungi warga dari gelombang pasang dan tsunami. Pada 2018, saat Pulau Sebesi dihantam bencana tsunami, dusun 1 dan 2 aman dari tsunami karena terlindungi oleh mangrove.
“Warga yang tinggal di areal yang tertanam mangrove yakni di dusun 1 dan 2, aman dari bencana tsunami sedangkan dusun 3 dan 4 mengalami kerusakan parah,” kata Firdaus.
Maysaroh (52), warga Pulau Sebesi juga mengisahkan pada saat terjadinya tsunami semua warga naik ke gunung untuk menyelamatkan diri. Dia menyatakan tidak keberatan jika setiap keluarga diwajibkan menanam mangrove.
“Beneran, saya pikir semua warga di sini sangat mendukung penanaman mangrove. Karena mangrove sangat melindungi kami yang tinggal di kepulauan seperti ini,” katanya.
Warga yang tinggal di Pulau Sebesi merupakan warga yang siap menanggung resiko tinggi. Untuk bisa menyeberang ke daratan yang luas, mereka harus menempuh waktu perjalanan selama 1.5 jam. Transportasi kapal menuju Pulau Sebesi hanya ada di waktu pagi dan sore hari.
Saat bencana melanda, warga tidak bisa dengan cepat mendapatkan pertolongan. Satu-satunya cara yang bisa dilakukan warga untuk menyelamatkan diri adalah dengan naik ke pegunungan. Ancaman bencana alam yang membayang-bayangi mereka, selain tsunami, mereka juga terancam terkena dampak bencana longsor.
“Bagaimana tidak longsor Bu, pegunungan Pulau Sebesi ini sebagian besar telah menjadi perkebunan kopi dan pisang,” tutur Maysaroh. (ENI/R-1)
Recent Comments