PORTALLNEWS.ID (Lampung Utara) -Empat puluh tanda tangan unsur pimpinan PT Buma Cima Nusantara (BCN) Unit Bungamayang terpasang di Gedung Tjoek Supomo, Kompleks Pabrik Gula Bungamayang, Lampung Utara. Baliho yang berisi komitmen manajemen itu dipasang sebagai pemantik bagi 40 asisten yang mengikuti inhouse training dengan tema “Grand Strategy Peningkatan Performa On Farm” di gedung itu selama tiga hari mulai Selasa (23/3/21).
Pelatihan ini adalah bagian dari manajemen menggerakkan seluruh resourcesnya untuk mensukseskan musim giling 2021. Dalam “fakta integritasnya”, anak perusahaan PTPN VII itu “harus” memproduksi 768 ribu ton tebu pada tahun 2021, menggiling dengan kapasitas minimal 6 ribu ton tenu per hari (TCD), rendemen minimal 7,28 persen, dan menghasilkan gula putih kristal 56 ribu ton.
Pelatihan yang diisi oleh pemateri dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) ini dibuka Direktur Utama PT BCN Putu Sukarmen. Turut hadir dan memberi sambutan, Kasubbag Urusan Kerjasaman Balai P3GI M. Rasyid Ridho, General Manager PT BCN Unit Bungamayang Willy Mulyawan, para manajer, dan beberapa pejabat lain.
Dalam pengantarnya, Putu Sukarmen memaparkan target-target produksi pada musim giling 2021 untuk dua unit kerja, yakni Bungamayang (Lampung) dan Cintamanis (Sumsel). Menohok kepada angka, Putu menyebut tahun 2021 ini PT BCN harus untung Rp112 miliar. Angka itu didapat dari produksi gula putih kristal dari dua pabrik itu sebanyak 87 ribu ton.
“Secara umum, kondisi on farm di dua kebun kita, Bungamayang dan Cintamanis lebih baik dari tahun 2020. Taksasi Maret telah dilakukan, musim giling 2021 akan kita mulai Bulan Juni 2021, produktivitas kebun 65 ton tebu/hektare (TCD). Rendemen diperkirakan 7,5 persen, harga jual Rp10.800/kg dengan harga pokok produksi di bawah Rp10 ribu,” kata pria Bali kelahiran Lampung Tengah ini.
Kepada peserta pelatihan, Putu mengajak semua karyawan dan pihak-pihak yang terlibat dalam upaya pencapaian produksi ini bekerja all out. Pada musim giling 2021 ini, kata dia, hampir semua kebutuhan untuk mencetak kinerja terbaik sudah mendapat dukungan dari induk perusahaan. Di kebun, tanaman sudah cukup mendapat treatmen yang jauh lebih lengkap.
“Jadi, kita akan kehabisan alasan jika tahun ini kita tidak mencetak laba. Dan untuk mewujudkan itu, kuncinya ada pada komitmen bapak-bapak sekalian. Kami semua titipkan nasib perusahaan ini kepada bapak-ibu sekalian,” kata dia.
Sementara, M. Rasyid Ridho dari P3GI mengatakan, dua industri gula putih PTPN VII (PT BCN) adalah salah satu masa depan industri gula di PTPN Holding. Dengan ketersediaan HGU yang luas, pabrik kapasitas besar dengan usia belum terlalu tua, dan infrastrukturnya, BCN bisa menjadi pioner di PTPN Holding.
“Modal dasar industri gula di PTPN VII (PT BCN) sangat mapan. Di Jawa memang unggul dari kesuburan tanah, tetapi tidak ada yang punya HGU sebanyak 17 ribu hektare. Tinggal nanti dibenahi terus teknik budidaya dengan berbagai spesifikasinya, nanti akan ditemukan formula terbaik untuk berproduksi maksimal,” kata dia.
Tentang materi yang akan diberikan pada pelatihan, General Manager PG Bungamayang Willy Mulyawan menyebut inhouse training ini sebagai mengingatkan kembali kepada standar operasional prosedur di kebun. Ini dinilai sangat penting karena hulu dari semua budi daya tebu menjadi gula putih adalah di kebun.
“Ini adalah upaya merefresh teman-teman asisten yang bertugas di lapangan agar kembali ke SOP. Ini sangat urgen karena seluruh siklus produksi gula ini berawal dari tanaman tebu yang baik. Kalau tanaman baik, sehat, subur, maka faktor lain akan berjalan linier,” kata mantan Manajer PTPN VII Unit Kedaton ini.
Persiapan musim giling 2021, menurut Willy menjadi titik krusial bagi PT BCN, baik Unit Bungamayang maupun Cintamanis. Di Bungamayang yang dia pimpin, Willy menyatakan rasa optimistisnya mencetak apa yang menjadi komitmen bersama. Melalui berbagai upaya di on farm, off farm, maupun relasi dengan stakeholder, ia yakin target-target bisa dicapai.
“Ada perubahan mindset juga motivasi dari karyawan untuk mencapai target ini. Kalau boleh menyebut, ini adalah turn around atau titik balik dari sisi motivasi karyawan. Dan, inhouse training ini menjadi bagian dari upaya balik arah menuju positif itu,” kata alumnus Magister og Business Administration dari Queensland University, Australian ini.