PORTALLNEWS.ID ( Bandar Lampung ) – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandar Lampung bergerak cepat menanggapi isu kelangkaan stok vaksin Anti Rabies (VAR) di beberapa fasilitas kesehatan. Kepala Dinkes Kota Bandar Lampung, Muhtadi Tumenggung, pada Rabu (5/11/2025), menegaskan bahwa pihaknya telah menginstruksikan Kepala Bidang P2P (Pencegahan dan Pengendalian Penyakit) untuk memperkuat mekanisme distribusi dan komunikasi antar puskesmas.
Langkah ini diambil menyusul laporan masyarakat yang tidak mendapatkan VAR setelah menjalani pemeriksaan akibat gigitan hewan penular rabies (GHPR).
“Dengan sistem ini, setiap puskesmas dapat segera melapor ke Dinas Kesehatan Kota jika mengalami kekosongan stok, dan kami akan segera mengarahkan ke puskesmas terdekat yang masih memiliki persediaan,” ujar Muhtadi, ditemui usai kegiatan apel di lapangan Saburai, Enggal.
Muhtadi menjelaskan bahwa dalam kurun waktu satu tahun terakhir, tercatat sekitar 600 kasus gigitan hewan penular rabies. Mengingat setiap kasus umumnya memerlukan dua kali penyuntikan pada tahap awal, kebutuhan akan vaksin menjadi sangat tinggi.
200 Dosis Tersisa, Distribusi Ulang Demi Penanganan Optimal

Muhtadi mengakui bahwa jumlah vaksin Anti Rabies yang tersedia saat ini memang terbatas. Dari total vaksin sekitar 1.600 dosis yang telah didistribusikan ke seluruh puskesmas, sisa stok terakhir yang tersedia hanya sekitar 200 dosis.
“Kami telah mengajukan permohonan tambahan ke Kementerian Kesehatan, dan berharap akan ada distribusi lanjutan dalam waktu dekat,” paparnya.
Dinkes juga memberikan klarifikasi penting mengenai prosedur pemberian vaksin. Muhtadi menekankan bahwa vaksin VAR tidak diberikan secara otomatis pada setiap kasus gigitan, melainkan didasarkan pada hasil observasi dan kondisi hewan yang menggigit.
“Jika hewan tersebut menunjukkan gejala rabies, barulah korban diberikan vaksin. Hal ini dilakukan untuk memastikan penggunaan vaksin yang tepat sasaran, mengingat keterbatasan jumlahnya,” ucapnya.
Untuk mengatasi kekosongan stok, Dinkes telah menyusun mekanisme distribusi ulang. Vaksin yang tersedia di satu puskesmas dapat digunakan oleh puskesmas lain yang membutuhkan. Misalnya, jika Puskesmas Kedaton memiliki stok, dan Puskesmas Way Halim kehabisan, Dinkes akan memfasilitasi koordinasi agar vaksin dari Kedaton dapat dialihkan.
“Kami juga mempertimbangkan faktor jarak dalam mekanisme ini… kami akan mencari alternatif puskesmas terdekat yang memiliki stok untuk mempermudah akses,” katanya.
Dengan mekanisme distribusi dan komunikasi yang diperkuat ini, Dinkes berharap penanganan kasus GHPR dapat tetap berjalan optimal hingga akhir tahun
.






Recent Comments