PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Laju kehilangan keanekaragaman hayati mencapai tingkat yang sangat tinggi dalam sejarah manusia. Perubahan iklim, dengan segala dampaknya yang ekstrem, semakin memperparah tekanan terhadap ekosistem.
“Di Indonesia, sebagai negara megabiodiversitas, tantangan ini menjadi semakin krusial. Oleh karenanya perlu kerjasama dan sinergi para pihak untuk menjawab tantangan itu dengan tindakan nyata,” ujar Rektor Universitas Lampung (Unila), Prof. Lusmeilia Afriani yang disampaikan Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan Dr. Habibullah Jimad pada Seminar Nasional Konservasi III Tahun 2025, Kamis,14 Mei 2025.
Penyelenggaraan seminar dipusatkan di UPT TIK (Teknologi Informasi Komunikasi) Unila, didukung oleh Kementerian Kehutanan dan Yayasan Badak Indonesia (YABI).
Seminar Nasional Konservasi tahun ini bertema “Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem sebagai Langkah Generasi Masa Kini Menuju Lampung Visioner dan Indonesia Hijau”.
Dr. Bainah Sari Dewi selaku Ketua Panitia Seminar Nasional Konservasi mengatakan, provinsi Lampung menjadi miniatur kekayaan alam Indonesia. Terbentang Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang memanjang dari Lampung hingga Bengkulu, menjadi rumah penting bagi tiga satwa liar kunci yang dilestarikan, yakni Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), dan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae).
TNBBS juga merupakan situs Warisan Dunia UNESCO, terdapat juga Taman Nasional Way Kambas (TNWK) sebagai pusat konservasi Gajah Sumatera dan pusat pelestarian Badak Sumatera. Di selat Sunda, berdiri kokoh Cagar Alam Krakatau, sebagai laboratorium alam yang menyimpan catatan evolusi dan suksesi ekologis pascaletusan dahsyat, serta Tahura Wan Abdul Rachman yang menjadi paru-paru hijau bagi kualitas lingkungan dan sumber air masyarakat Lampung.
“Keberadaan kawasan konservasi tersebut merupakan anugerah sekaligus amanah yang harus kita jaga dengan sungguh-sungguh,” ujar Bainah.
Panitia menghadirkan narasumber Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam (KSDAE) Kementerian Kehutanan yang diwakili Direktur Keanekaragaman Spesies dan Genetik, Nunu Anugrah. Memaparkan tentang kebijakan nasional untuk memberikan perspektif strategis dalam pengelolaan dan pelestarian sumber daya alam dan ekosistem.
Selanjutnya, Direktur Program YABI, Arief Rubianto, berbagi pengalaman praktis dan tantangan nyata dalam upaya konservasi satwa liar Badak Sumatera dan Badak Jawa yang terancam punah.
Lalu, Prof. Sugeng P. Harianto, Guru Besar Konservasi Unila memaparkan program konservasi rusa di Universitas Lampung.
Seminar daring ini diikuti oleh 274 peserta yang berasal dari Sumatera hingga Papua. Ada dari kalangan Kementerian Kehutanan dan UPT Kemenhut, baik Balai Taman Nasional dan BKSDA, peneliti dan akademisi dari berbagai kampus se-Indonesia, fungsional kehutanan, dan fungsional lainnya, pemerhati, dan mahasiswa.
Sesi presentasi menampilkan 73 paper hasil penelitian di 11 provinsi dari Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, Bali, Jawa dan Sumatera.
Topik penelitian dikelompokkan dalam tujuh subtema, yaitu Penangkaran Satwa Liar, Konservasi Satwa Liar, Biodiversitas Flora dan Fauna, Kesehatan Flora Fauna dan Manusia dan Ekosistem, Sosial Ekonomi Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat, Konservasi Sumber Daya Lahan, Kebijakan Konservasi Sumber Daya Alam, dan Adat Istiadat, Kearifan Lokal tentang Konservasi.
Penyaji berasal dari 12 perguruan tinggi dan satu instansi, yaitu Universitas Halu Uleo, Universitas Mulawarman, Universitas Tujuhbelas Agustus Surabaya, UIN Raden Mas Said Surakarta, Universitas Diponegoro, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada, Universitas Padjdjaran, Universitas Al Muslim Aceh, UIN Raden Intan Lampung, Institut Teknologi Sumatera, dan Universitas Lampung, serta BPSDM Provinsi Lampung. (RLS/R-1)
Recent Comments