• Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Monday, October 27, 2025
  • Login
Portallnews.id
Advertisement
  • Beranda
  • News
  • Hukum & Kriminal
  • E-Magazine
  • Politik
  • Lampung
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pesisir Barat
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Pendidikan
  • Olahraga
    • Kesehatan
  • Ekonomi
No Result
View All Result
Portallnews.id
  • Beranda
  • News
  • Hukum & Kriminal
  • E-Magazine
  • Politik
  • Lampung
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pesisir Barat
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Pendidikan
  • Olahraga
    • Kesehatan
  • Ekonomi
No Result
View All Result
Portallnews.id
No Result
View All Result
Home Refleksi

Waktu “Surup”

by portall news
October 27, 2025
in Refleksi
Kenyang yang Membungkam

Prof. Dr. Sudjarwo, M.S.

110
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Oleh: Sudjarwo, Guru Besar Universitas Malahayati Lampung

PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Ingat pada waktu kecil dahulu, bila senja sudah tiba, warna langit berubah jingga yang biasa disebut dengan Candikolo, dan setelahnya temaram menuju gelap. Waktu seperti itu oleh orang Jawa disebut “Surup”. Dan. Jika waktu itu tiba Ibu pasti memanggil kami anak-anaknya guna memastikan apakah sudah masuk rumah. Selanjutnya beliau akan menutup pintu menyalakan “dimar” atau lampu teplok; yaitu lampu minyak tanah yang diberi sumbu dan diberi penutup kaca. Entah mengapa, sore itu saat menuju mushala dekat rumah, kenangan itu berkelebat dalam angan dan bayang. Sepulang dari menunaikan kewajiban shalat, tergerak untuk menelusuri makna surup itu dari kacamata filsafat manusia; yang sejatinya setiap kita akan mengalami waktu “surup-nya kehidupan”.

Di dunia ini, setiap peristiwa alam sesungguhnya menggambarkan hakikat kehidupan manusia. Tidak ada yang terjadi tanpa makna, dan tidak ada yang berjalan tanpa sebab. Di antara berbagai tanda yang dihadirkan Tuhan, waktu surup adalah salah satu simbol yang sarat makna. Surup bukan sekadar perubahan warna langit dari jingga menjadi gelap, melainkan lambang dari transisi, peralihan antara terang dan gelap, antara hidup dan mati, antara kesadaran dan keheningan. Di sinilah filsafat kehidupan menemukan cerminnya, sebab dalam waktu surup manusia belajar mengenali hakikat dirinya sebagai makhluk yang selalu berubah, yang tidak kekal, dan yang pada akhirnya akan melewati masa senja kehidupannya sendiri.

Baca Juga

Pulang

Kesetiaan yang Memberontak

Ketika Ajal Tak Memilih Usia (Perenungan Eksistensial di Tengah Takziah)

Ketika langit mulai menebar warna merah keemasan dan burung-burung pulang ke sarang, muncul suasana hening yang khas. Dunia seolah berhenti sejenak, menggantung di antara terang dan gelap. Keheningan itu memberi pesan bahwa segala sesuatu yang hidup akan mengalami perubahan. Tak ada yang abadi. Manusia yang dahulu muda dan kuat, lambat laun akan memasuki masa surup kehidupannya , saat tenaga berkurang, ketika suara hati lebih nyaring daripada suara ambisi. Dalam waktu seperti itu, manusia belajar menerima kenyataan bahwa satu-satunya hal yang tetap dalam hidup adalah perubahan itu sendiri.

Pandangan orang Jawa, surup tidak hanya berarti waktu secara fisik, tetapi juga waktu yang simbolis. Ia adalah momen ketika kekuatan alam berganti arah, ketika keseimbangan antara terang dan gelap terjadi sesaat. Suasananya lembut, udara terasa tenang, dan perasaan menjadi lebih peka. Bagi manusia yang waspada, surup adalah saat paling tepat untuk menyadari keberadaannya, untuk menengok ke dalam diri. Sebab ketika cahaya luar mulai redup, cahaya dari dalam hati seharusnya menyala agar tidak tersesat dalam gelap. Di sinilah makna filosofisnya tampak jelas: ketika dunia luar menjadi gelap, manusia harus menyalakan terang di dalam dirinya.

Manusia hidup di antara terang dan gelap. Dalam terang, ia berbuat, bekerja, dan mencipta. Dalam gelap, ia merenung, menahan diri, dan berserah. Surup adalah garis tipis di antara keduanya, tempat di mana manusia diajak untuk memandang dua sisi itu dengan bijak. Surup tidak memaksa manusia memilih antara terang atau gelap, tetapi mengajarkan keseimbangan ; bahwa keduanya adalah bagian yang sama penting dari kehidupan.

Pada akhirnya, setiap manusia akan mengalami waktu surup-nya sendiri-sendiri. Tak seorang pun bisa menghindar dari masa ketika cahaya hidupnya mulai redup, ketika semangat duniawi mulai digantikan oleh ketenangan jiwa. Namun di sini tidak ada kesedihan, sebab surup bukanlah akhir. Setelah gelap, akan datang terang baru. Surup hanyalah peralihan dari satu bentuk cahaya ke bentuk cahaya lainnya; dari cahaya kasar menuju cahaya halus, dari kehidupan fisik menuju kehidupan spiritual. Dalam pemahaman ini, surup adalah simbol kesadaran rohani, pengingat bahwa kematian bukanlah penutupan, melainkan pintu menuju kehidupan yang lebih dalam.

Saat menatap surup, langit seperti melukis suasana melankolis yang lembut namun dalam. Tidak ada hiruk-pikuk, tidak ada cahaya menyilaukan, hanya ada warna-warna lembut yang menenangkan rasa. Dalam keadaan itu, manusia bisa merasakan bahwa segala yang ada di dunia ini hanyalah singgah. Perasaan ini bukan untuk menimbulkan kesedihan, tetapi untuk menumbuhkan kesadaran bahwa hidup harus dijalani dengan makna. Setiap terang akan berakhir, maka setiap masa terang harus dijalani dengan penuh arti. Surup tidak untuk ditakuti, tetapi untuk diterima sebagai pengingat bahwa tidak ada yang abadi, dan hanya kesadaran yang mampu menembus kegelapan.

Manusia yang telah melalui berbagai fase kehidupan akan lebih memahami makna surup. Saat muda, surup tampak seperti waktu yang biasa saja, hanya pertanda malam akan tiba. Namun ketika usia menua, surup menjadi simbol masa senja kehidupan, yaitu: saat seseorang lebih banyak mengingat daripada berharap. Di sini filsafat bertemu dengan rasa: kesadaran akan datangnya senja membuat manusia lebih lembut, lebih dalam, lebih dekat pada hakikat dirinya. Surup mengajarkan bahwa umur seperti perjalanan matahari; ada pagi, siang, dan senja. Tak ada yang lebih penting, sebab semuanya memiliki peran dalam kesempurnaan hidup.

Maka, waktu surup lebih dari sekadar perubahan warna langit. Ia adalah kitab filsafat yang ditulis oleh alam, yang dapat dibaca oleh siapa pun yang mau berhenti sejenak dan menatapnya dengan hati. Setiap sinar jingga yang menyatu dengan gelap memberi pelajaran bahwa hidup tidak harus selalu terang, tetapi harus jujur dalam menerima setiap perubahannya. Manusia yang memahami makna surup akan hidup lebih tenang, lebih sadar, dan lebih siap ketika masa surup-nya sendiri tiba.

Setiap waktu surup yang tampak di langit sejatinya adalah panggilan agar manusia mengingat kehidupan dirinya sendiri. Surup bukan hanya milik langit, tetapi juga ada di dalam hati setiap manusia. Setiap kali manusia mengalami kehilangan, perpisahan, atau kesedihan, ia sebenarnya sedang mengalami surup batinnya. Namun dari sana akan tumbuh cahaya baru yaitu, cahaya yang lebih dalam, lebih murni, dan lebih sejati. Surup bukan akhir, melainkan awal dari kebijaksanaan yang abadi.  Salam Waras. (R-1)

Previous Post

Gubernur Rahmat Mirza Raih Anugerah Tun Perak dari DMDI

Next Post

349 Siswa SMA Al Kautsar Ikuti Try Out TKA

Next Post
349 Siswa SMA Al Kautsar Ikuti Try Out TKA

349 Siswa SMA Al Kautsar Ikuti Try Out TKA

No Result
View All Result

Recent Posts

  • 349 Siswa SMA Al Kautsar Ikuti Try Out TKA
  • Waktu “Surup”
  • Gubernur Rahmat Mirza Raih Anugerah Tun Perak dari DMDI
  • Lampung Siap Jadi Pusat Bioetanol Nasional
  • “Bebay Butabuh 2025: Perempuan Lampung Tunjukkan Harmoni Budaya”

Recent Comments

  • portall news on British Propolis Dapat Mengobati Berbagai Penyakit Ini
  • Icha on British Propolis Dapat Mengobati Berbagai Penyakit Ini
Portallnews.id

© 2020 Portallnews.id

PORTALLNEWS.ID hadir ke tengah masyarakat memberikan sajian berita yang berkualitas dan berimbang.

  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • Beranda
  • News
  • Hukum & Kriminal
  • E-Magazine
  • Politik
  • Lampung
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pesisir Barat
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Pendidikan
  • Olahraga
    • Kesehatan
  • Ekonomi

© 2020 Portallnews.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist