PORTALLNEWS.ID (Lampung Selatan) – Empat mahasiswa Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Sumatera (Itera), yakni Wahyu Sony Ardiyansah, Safana Rizkika, Muhammad Ridho Saputra, dan Syifa Khalishah Husna mengikuti pertukaran mahasiswa ke Jepang selama setahun.
Mereka berkesempatan menimba ilmu dalam program The University of Kitakyushu–Student Exchange Research Program (UK-SERP). Selain mengenal budaya Jepang, mereka juga diajak melakukan riset terkait arsitektur, hingga penggunaan energi pada bangunan.
Program pertukaran mahasiswa ini diadakan setiap tahunnya oleh Prodi Arsitektur Itera.
Biaya program tersebut diberikan dari Japan Student Services Organization (JASSO) oleh pemerintahan Jepang yang disalurkan ke kampus The University of Kitakyushu. Biaya yang diberikan adalah setengah biaya kehidupan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama mengikuti program pertukaran mahasiswa.
Muhammad Ridho Saputra menyampaikan pengalamannya setelah belajar setahun di Negeri Sakura. Sesuai judul dari program ini sendiri yaitu The University of Kitakyushu Student Exchange Research Program, Ridho mengaku lebih banyak diajak untuk mempelajari cara meriset pada bidang arsitektur.
Ada satu mata kuliah yang mengharuskan para mahasiswa melakukan riset penggunaan energi pada bangunan yang dilakukan secara individu dan juga secara kelompok.
“Di program ini kami juga mempelajari low carbon pada bangunan arsitektur yang memiliki output summary dan juga PPT yang harus kita presentasikan di kelas,” ujar Ridho, Selasa, 27 Agustus 2024.
Selain itu, para mahasiswa juga memiliki kesempatan belajar bahasa asing, bersosialisasi dengan mahasiswa lain, juga profesor dari berbagai negara dalam diskusi untuk bertukar ilmu arsitektur.
Selain kegiatan yang ada di kampus Ridho juga menjadi volunteer di masjid Kagoshima Islamic Culture Center (KICC), hingga mengikuti kegiatan konservasi bambu dan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Kitakyushu.
Selama menjalani program pertukaran mahasiswa, Ridho mengaku tidak menemukan banyak kendala.
“Kesulitan yang dialami selama belajar adalah ketika saya mendapatkan tugas berkelompok dengan peserta dari negara lainnya, saat diskusi, saya harus menyesuaikan budaya belajar mereka, sehingga itu menjadi tantangan sendiri,” ujarnya.
Ridho dan empat temannya merekomendasikan program ini untuk diikuti mahasiswa arsitektur Itera. Sebab, program ini memberikan banyak pengetahuan tentang arsitektur dan kesempatan untuk menjalin relasi.
“Saya pribadi berkesempatan untuk bertemu dengan berbagai profesor ahli di bidangnya masing-masing. Selain itu, pengalaman yang diperoleh juga sangat berharga, termasuk memahami sistem pembelajaran di Jepang,” ujar Ridho.
Meskipun mereka memiliki tantangan yang besar selama belajar setahun di Jepang, tetapi tim mahasiswa Itera berhasil mendapatkan Best Presenter pada konferensi AILCD International Conference 2024. (R-1)
Recent Comments